HAPPY READING
.
.
.
.
.
3 Minggu kemudian....
Pertengahan masa abu-abu membuatku sadar jika waktu sudah berlalu secepat itu. Kelas 11 aku rasa akan menjadi awal kisah yang tak pernah ku rencanakan sebelumnya. Kisah yang entah akan berjalan seperti apa alurnya. Aku tidak mau menebak. Kadang apa yang menjadi tebakanku menjadi sesuatu yang salah. Seperti tebakanku yang sebelumnya, jika perasaanku kepada Benua akan berakhir dalam waktu singkat. Tapi, justru sebaliknya, semesta malah membuat ku jatuh semakin dalam kepada Benua. Dan untuk kali pertamanya, pergi ke sekolah menjadi hal yang dua kali lebih menyenangkan ketimbang biasanya. Sepanjang jalan tadi aku bahkan tak bisa berhenti tersenyum.
Mengenai libur panjang kemarin, hari-hari terlewati seperti biasa. Aku lebih banyak dirumah dan membantu Mamah di toko kuenya. Citra dan Kia juga hanya sesekali ke rumahku. Tentang Kia, kemarin dia bercerita banyak tentang kekecewaannya itu. Aku hanya menyimak dan memberikan sedikit kalimat penenang kepadanya. Sedangkan Citra lebih banyak diam. Mungkin diantara kami, aku yang masih bisa berfikir rasional. Setidaknya cinta belum berhasil membuatku merasa bodoh. Untuk sekarang belum, tidak tau nanti.
"Eh, pembagian kelas udah ada di mading"
"Serius?"
"Iya,"
Aku yang mendengar percakapan dua orang itu langsung mempercepat langkahku menjadi setengah berlari. Setiap pembagian kelas selalu menjadi momen yang membuatku merasa gusar. Hanya membayangkan harus beradaptasi lagi, membuatku merasa malas. Fase perkenalkan dan penyesuaian itu menjadi sesuatu yang membosankan.
Aku dengan cepat menyusup diantara gerombolan orang-orang yang juga tengah mencari nama dan kelas mereka di mading sekolah. Rasa penasaran membuatku ingin cepat-cepat melihat namaku diantara banyaknya daftar nama itu. Tak butuh waktu lama, badanku yang cenderung kecil akhirnya berhasil masuk dan hampir berada di barisan depan. Dengan susah payah aku menyingkirkan orang-orang itu untuk memberi sedikit celah bagiku untuk masuk sedikit lebih dalam.
"IH MINGGIR DONG"
Badanku tiba-tiba didorong keluar dari gerombolan itu. Aku meringis kesakitan karena bahuku didorong cukup keras oleh perempuan yang badannya jauh lebih besar dariku. Tak sampai disitu, aku masih berusaha berjinjit untuk melihat deretan namaku diantara mereka.
"Na!" panggil Citra yang langsung menghampiri ku bersamaan dengan Kia.
Aku menoleh ke arah mereka. Kia dan Citra menuju ke arahku dengan langkah terburu-buru.
"Di kelas mana?" tanya Kia sambil ikut berjinjit melihat deretan nama didepan.
Aku menggelengkan kepala. "Nggak keliatan,"
Citra yang melihat sekumpulan cewek rusuh yang tak mau menyingkir itu tanpa pikir panjang langsung menerobos. Dia pun juga ikut menyeret aku dan Kia agar bisa masuk melalui celah itu. Setelah bersusah payah akhirnya kami dapat lolos dari kerusuhan tadi.
"Semoga sekelas lagi deh," kata Kia membuatku mengangguk setuju. Aku mulai mencari namaku diantara banyaknya nama-nama itu. Jari ku menelusuri satu persatu dan membacanya dengan teliti.
'Lifana Bulan Semesta - XI Mipa 1'
Aku menghembuskan nafas. Tak berhenti disitu, jariku mulai menelusuri nama Benua.
'Benua Aksara - XI Mipa 2'
Ku pikir kali ini aku dan Benua akan berada dikelas yang sama tapi ternyata salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BENUA dan HUJAN (ON-GOING)
Novela JuvenilTentang kehadiran seorang laki-laki yang mampu memberi ruang aman untuk gadis bernama Lifana. Sejak saat itu ketakutan masa lalu tak lagi menjadi sesuatu hal yang mengerikan. Karena dengan kehadirannya mampu memberikan Lifana sebuah tempat aman untu...