Tiga

3K 314 6
                                    

"Tuan muda. Tuan besar sudah menunggu di ruang kerjanya." Kata seorang maid kepada pemuda yang baru saja masuk ke dalam rumah megahnya. Atau kita sebut mansion saja?

"Hmm." Hanya itu jawaban yang diberikan tuan muda. Lalu membawa langkah ringannya ke ruang kerja sang ayah.

Pemuda itu mengetuk pintu coklat ruangan ayahnya, setelah mendapat izin, dirinya segera masuk dan tak lupa menutup pintu.

"Kau sudah pulang? Kemana saja semalam?" Tanya ayahnya berturut. Dan itu membuat sang anak memutar bola mata bosan.

"Ayah, Nana bukan anak kecil lagi. Nana bisa lakuin apapun sekarang. Nana punya teman." Jawab sang anak yang tak lain adalah Nana.

Ayahnya memijit pelipisnya pelan.

"Baiklah. Jadi, apa kau menang semalam?"

"Tentu."

"Mobil atau motor apa hari ini?" Tanya ayahnya dengan pandangan tak lepas dari laptop.

"Bukan keduanya. Tapi, sirkuitnya." Jawab Nana dengan senyum ceria.

"Sirkuit?" Dahi ayahnya mengerut. Anak satu-satunya itu memang luar biasa akal nya.

"Ya. Milik King of Street di jalanan semalam. Masih jauh levelnya sama Nana. Oh ya, ayah. Besok Nana harus ke Jepang. Ada penantang yang nungguin Nana disana." Adu Nana dengan nada setengah merengek.

Oh, percayalah jika sekarang ayahnya benar-benar pusing dengan tingkah anaknya. Satu minggu 3x ke Jepang hanya untuk balapan? Ah, ingatkan Nana untuk berterima kasih sebanyak-banyaknya karena ayah nya membelikannya sebuah jet pribadi untuk berpergian.

"Dengan Njuni dan Pudu?" Tanya ayahnya.

"Eum, hanya Njuni yang ikut kali ini."

"Pudu?"

"Dia memiliki urusan sendiri."

Ayahnya menghela nafas pelan. Ia benar-benar merasa ajaib dengan tingkah polah anak semata wayangnya itu.

Tapi, mau bagaimana lagi? Ia sudah berjanji akan melakukan apapun untuk anaknya. Karena hanya Nana satu-satunya harta berharga yang ia miliki sekarang, setelah kepergian mendiang istrinya.

Siwon, ya itu namanya. Sudah menaruh harapan besar di pundak sang anak. Suatu saat jika dirinya di haruskan pensiun, maka seluruh aset dan perusahaan akan ia serahkan pada Nana.

Hanya saja, kini ia sedikit ragu untuk itu setelah mengetahui segalanya tentang tingkah anaknya.

"Pergilah." Hanya kata itu yang terucap dari bibir Siwon.

Ia sudah terlalu lelah untuk sekedar melanjutkan.

*****

"AARGGHH" Sementara di mansion Lee, seorang pemuda bersurai ungu terlihat tengah mengacak rambutnya frustasi.

Dia, Jeno.

"Bagaimana bisa aku terkecoh begitu saja! Sial!" Gerutunya.

Sementara sang kakak hanya diam di tempatnya. Tidak ingin menimpali atau menyahut gerutuan sang adik.

"Hyung! Mari kita tantang dia sekali lagi." Kata Jeno dengan menghadap tepat ke mata Mark.

"Kau serius?" Tanya Mark.

"Aku tidak pernah main-main dengan perkataan ku, hyung. Kita gunakan sirkuit lama kita sebagai arena." Ujar Jeno.

"Hubungi Hyunjin, Guan dan Jisung. Suruh Hyunjin menghubungi si Nana Nana itu." Perintah Mark yang langsung di turuti Jeno.

Namun, belum sempat ia mendial nomor Hyunjin, dirinya teringat sesuatu.

"Hyung, tunggu! Aku baru ingat tentang ini."

Mark mengerutkan dahinya, tanda bahwa dia bertanya pada Jeno.

"Nana, semalam dia bilang, jika dia adalah Queen of Racing di Jepang. Apa kau pernah mendengar nya?" Tanya Jeno.

Mark terdiam sejenak. Ia tahu dengan julukan itu. Tapi tidak dengan orangnya. Yang ia tahu, orang itu memiliki inisial 'PN' yang sampai sekarang belum diketahui rupa aslinya.

"Aku tahu julukan itu. Tapi tidak dengan orangnya. Dia memiliki inisial 'PN' dalam karir balapannya di Jepang. Dan seluruh sirkuit serta jalanan area balap, dia pemiliknya. Taruhan yang dia dapatkan atau taruhkan, tidak sembarangan. Bahkan si lawan berani bertaruh dengan 100 kg emas batangan hanya untuk mengalahkan dia." Terang Mark panjang lebar.

"Apa mungkin inisial itu milik Nana? Kita ambil saja dari huruf belakang. 'N', dan untuk 'P', mungkin itu marganya. Ini tidak menutup kemungkinan jika 'PN' itu adalah Nana, hyung."

"Hah, entahlah itu urusan mu. Aku sedang kesal sekarang. Bagaimana bisa mereka menjadikan ku taruhan?! Dan apa hasilnya? Aku harus menjadi pengawal seorang yang mungkin lebih muda dariku? Daebak!" Mark tersenyum tak percaya. Taruhan semalam benar-benar membuatnya kesal. Bahkan semalam dirinya sempat mendiami Jeno.

"Tenanglah, hyung. Aku akan pastikan jika di balapan selanjutnya aku akan menang. Dan aku akan membalikkan taruhan itu." Ucap Jeno sarkas, disertai smirk kecil dibibirnya.

*****












Tinggalkan vote dan komennya ya yeorobun
Oke author g akn bacot disini
Jadi

TBC

Beautiful Prince [NOMIN] - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang