Jaemin bangun ketika seorang yang dikenalnya ada di kamarnya. Matanya mengerjap pelan, menyesuaikan bias sinar lampu di atasnya.
Netranya menelisik sekitar. Sedikit mengingat apa yang membuatnya berakhir di ranjang rumah sakit.
Tubuhnya terlalu kaku, mengingat Ia memang terlalu lama berbaring.
Tenggorokannya kering, Ia haus. Lantas dengan kekuatan tersisa, Ia memanggil lelaki di sampingnya.
"Chan.."
Lelaki itu mendongak. Menemukan mata indah yang telah satu tahun terpejam, kini terbuka lebar.
"Jaemin-ah? Kau sudah sadar? Kau ingin minum?" Tanyanya yang dibalas anggukan.
Ia segera mengambil air minum yang ada disana. Memberikannya pada si manis yang kini dibantunya untuk duduk.
Selesai minum, Jaemin memandangi sekitar.
"Dimana ayah dan bunda ku?"
Lelaki yang bernama Sungchan itu tersenyum teduh.
"Mereka masih dijalan menuju kemari. Haechan sedang di taman bersama Juyeon."
"Juyeon?"
"Kau lupa? Dia anak mu. Kau berhasil melahirkannya. Umurnya sudah satu tahun lebih. Kau ingin bertemu?"
Jaemin mengangguk mantab.
Sungchan lalu mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Haechanie?"
"..."
"Kau bersama Juyeon? Jaemin sudah sadar, dan ingin bertemu anak nya."
"..."
"Ahh, baiklah. Hati-hati di jalan."
"..."
"Mereka masih di perjalanan. Mungkin sebentar lagi."
"..."
"Baiklah. Ku tutup."
Pip
"Haechan masih di rumah. Dia baru sampai dan sedang ingin memandikan Juyeon. Kau ingin makan sesuatu?" Tanya Sungchan.
"Tidak. Aku hanya ingin bergerak. Tapi tubuh ku kaku semua."
"Tunggu suster dan dokter. Mereka akan memeriksa mu."
Setelahnya hening. Tak lama kemudian, seorang dokter masuk bersama perawat. Mereka memeriksa keadaan Jaemin.
Mulai dari infus, detak jantung, tekanan darah, dan beberapa saraf serta melakukan scan untuk memeriksa organ dalamnya.
Semua sudah selesai. Dan dokter itu keluar diikuti perawat. Tersisa Jaemin yang masih diam bersama Sungchan.
"Jaemin-ah..."
Jaemin menoleh. Menatap penuh minat pada lelaki yang beda satu tahun dengannya itu.
"Aku.... Ijinkan aku melakukan satu hal sebelum aku pergi."
Jaemin mengernyit. Mencerna setiap kata yang terlontar dari bibir lelaki Jung itu.
"Apa maksud mu dengan pergi?"
"Aku akan kembali ke negara ayah ku. Aku akan meninggalkan Jerman dalam waktu dekat. Dan selama satu tahun ini, aku sudah merenungi semuanya."
"Semuanya?"
"Iya, semuanya. Aku sadar, aku mungkin hanya terobsesi dengan mu. Aku tidak benar-benar mencintai mu. Dan...aku tahu siapa yang lebih pantas bersanding dengan mu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Prince [NOMIN] - End
Fanfiction[COMPLETED] *Sedikit deskripsi tidak sesuai dengan alur cerita. Maafkan jika ada kesalahan pada alur* Jeno dan dunianya, menjadi ancaman kehidupan seorang Park Nana. Murid nerd berkacamata tebal dengan buku sebagai sahabat. Pertemuannya dengan Jeno...