Duapuluhempat

1.5K 149 4
                                    

"Sehun!" Siwon berseru cepat ketika memasuki ruang kerjanya. Ada Sehun di dalam yang baru saja masuk untuk meletakkan laporan.

"Ya, sajangnim?" Sehun berbalik, dan menemukan atasannya yang tengah kesal.

"Siapkan jet sekarang. Kita ke Jepang. Nana hilang!"

Sehun tertegun. Jet yang dimaksud Siwon tentu adalah jet yang tengah dalam perjalanan kembali ke Korea, setelah menjemput Eunhyuk dan Kyuhyun.

Keringat dingin mengembun di dahi aesthetic Sehun. Ia gugup sekarang. Apa yang harus Ia katakan?

"Kau dengar, Oh Sehun?"

"Y-ya, sajangnim. Saya mendengar. Saya konfirmasi ke pihak garasi bandara." Sehun segera melangkah keluar.

Menuju ruangannya yang memang terpisah dari Siwon. Menyambar ponselnya dengan cepat dan mencari nomor seseorang.

Tuutt... Tuutt...

"Yeoboseyo?" Jawab seseorang dari seberang telepon.

"Hyung, apa jet milik Siwon sajangnim sudah tiba?"

"Perkiraan sepuluh menit lagi landing. Apa Siwon membutuhkannya?"

"Iya. Jika sepuluh menit tiba, itu artinya kami butuh waktu untuk sampai kesana. Tiga puluh menit. Cukup? Pastikan cepat landing."

"Ku usahakan."

Pip

Sehun bergerak gelisah di tempatnya. Memikirkan cara bagaimana mengulur waktu untuk Siwon tiba di garasi bandara.

"Aku harus apa?" Sehun bergumam lirih.

"Ah, sedikit extrem tidak masalah, kan?"

Sehun mengambil ponselnya, lalu mencari kontak seseorang disana.

"Lee Felix?" Sapa Sehun setelah panggilannya diangkat.

"Ya? Ada apa hyung?"

"Bantu aku kali ini."

"Apa yang harus ku lakukan?"

"Tabrakkan dirimu dengan satu kendaraan di jalan utama menuju bandara privat Incheon. Kau bisa menggunakan seseorang yang berniat bunuh diri untuk melakukan hal ini."

"Kau gila hung! Astaga! Otak mu kemasukan gurita? Atau tinta cumi-cumi?! Kau tega membiarkan sepupu kesayangan mu ini kesakitan dan banyak dar-"

"Cepat lakukan, Lee Felix. Aku tidak ingin dalam waktu dua puluh menit aku belum mendengar kabar kecelakaan di jalan yang ku maksud." Sehun kesal sekarang. Hingga tanpa sengaja merubah nada bicaranya menjadi datar dan dingin.

Membuat lawan bicara di seberang telepon bergidik ngeri.

"Permintaan mu akan aku penuhi, Tuan Oh...ah tidak. Oh Pemaksa Shixun!"

Pip

Sambungan telepon terputus. Menyisakan Sehun yang mendesah lelah.

"Sehun!" Sentakan tiba-tiba itu mengejutkan Sehun yang baru saja akan duduk di sofa.

"Sajangnim? Maaf, aku sedikit pusing tadi. Mau berangkat sekarang?"

"Tentu." Siwon keluar dari ruangan Sehun.

Sehun menyusul Siwon yang sudah sampai di depan lift.

"Maaf sajangnim, jika saya lancang. Hanya saja, saya ingin tahu." Sehun melirik kearah Siwon yang masih diam. Raut cemas, khawatir, takut begitu jelas terlihat di wajahnya.

Beautiful Prince [NOMIN] - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang