Enam

2.4K 271 10
                                    

Keadaan di salah satu sirkuit balap di Jepang begitu ramai dengan sorakan penonton yang ingin menyaksikan sang Queen melawan seorang pengusaha kaya raya di Jepang.

Nana dan Johnny Seo.

Mereka yang akan bertanding di sana. Njuni dan Pudu sudah stay di tempat mereka memonitor Nana. Ya, mereka balapan dengan mobil, bukan motor.

Sementara orang tua Njuni, Pudu dan Siwon juga sudah stay di bangku penonton.

Dan, jika dilihat lebih teliti, di tribun penonton paling ujung, ada 5 remaja yang kini menatap intens ke salah satu pembalap.

"Kita lihat, seberapa jago dia mengendalikan mobil itu. Mobil itu bukan sembarang mobil. Mesinnya adalah mesin khusus untuk mobil balap seperti itu. Top speed mencapai 300km/jam. Dan daya rem nya juga sangat kuat. Pedal gasnya sangat pas. Tidak ringan tidak berat. Benar-benar keren." Jelas Hyunjin panjang lebar.

"Kita tunggu kekalahannya."

Nana dan Johnny sudah bersiap di garis start. Tinggal menunggu suara tembakan sebagai dimulainya pertandingan.

DOR

Nana dan Johnny berlomba-lomba memacu kecepatan mobil mereka setelah tembakan ke udara dilepaskan.

Balapan itu menggunakan salah satu sirkuit milik Nana dan akan menggunakan 5 kali lap putaran sesuai perjanjian.

Njuni dan Pudu tak henti-hentinya mengarahkan Nana dalam mengendalikan mobilnya.

Dua lap pertama, Nana berada di belakang Johnny. Dan di lap tiga dan empat Nana berhasil memimpin.

Mendekati lap terakhir, Nana kembali harus berada di belakang. Dan dengan liciknya, Nana tersenyum licik di balik helm.

"Kita tunggu, sayang. Njun, atur top speed ku sekarang." Pintanya lewat headphone yang tersambung ke Njuni.

Njuni yang mendengar itu segera melakukan perintah Nana.

"Pudu, sekarang." Ucapnya ke Pudu yang kini memegang tab besar di tangannya. Jarinya menari di atas layar tab itu.

Seiring bergeraknya jari Pudu, Nana juga semakin dekat dengan lawannya. Nana menginjak pedal gas dalam-dalam.

Memainkan stir dengan professional, dan akhirnya tempat pertama kembali menjadi milik nya.

Nana keluar sebagai pemenangnya. Meninggalkan Johnny yang menatapnya kagum.

"Wah, aku benar-benar kagum dengan kemampuan mu, prince. Selamat. Mansion utama milik ku, dan senjata baruku, sekarang jadi milik mu." Ucap Johnny setelah menandatangani surat perjanjiannya dengan Nana. Lalu menyerahkan kembali surat itu kepada Nana.

"Terima kasih, paman. Aku akan mendekor ulang mansion mu. Jika kau keberatan, kau boleh mengambil barang-barang yang ada disana." Sahut Nana seraya menerima surat itu.

"Yeah, mungkin aku akan mengambil beberapa barang ku disana. Sampai jumpa, prince."

Nana tersenyum lebar di balik helm nya. Ia sengaja tidak melepas helm nya, karena matanya sudah menangkap keberadaan 5 orang yang dilihatnya kemarin malam.

"Wah, apa itu tadi? Aku paham sekarang kenapa dia dijuluki Ratu balapan. Benar-benar sesuatu. Dan dia berani bertaruh sefantastis itu." Seru Hyunjin heboh.

"Gila! Bahkan caranya menyetir membuat ku merinding!" Sahut Jisung yang masih sibuk menatap kearah Nana dan kedua temannya.

Oh, jangan kira Njuni dan Pudu membuka wajahnya. Karena nyatanya, mereka menggunakan masker dan kacamata hitam.

"Mereka seperti teroris saja." Gumam Mark yang tentu masih bisa di dengar oleh yang lain.

"Tapi menurutku, ini hanya topeng mereka. Aku penasaran dengan lima orang disana." Guanlin menunjuk tribun deretan paling depan. Dimana Siwon, orang tua Njuni dan Pudu duduk disana.

"Bukankah salah satu dari mereka adalah Paman Siwon?" Tanya Jisung entah pada siapa.

"Kau kenal, Ji?"

"Tidak. Tapi, aku pernah melihatnya. Paman Siwon, ah aku pernah melihatnya bertemu papa ku." Jawab Jisung.

"Hyung, apa kita coba tanya daddy? Siapa tahu daddy kenal dengan orang bernama Siwon itu." Usul Jeno yang kemudian di angguki oleh Mark.

"Percuma kita menunggu disini jika mereka saja tetap mempertahankan pakaian teroris mereka. Sebaiknya kita pulang. Malam ini juga kita kembali ke Seoul." Final Mark.

Mereka beranjak pergi dari sana. Tanpa tahu jika Nana dan dua temannya itu tengah membicarakan mereka.

"Ku pikir mereka akan mengira kita teroris." Ucap Njuni.

"Yeah, pikiran kita sama. Na, setelah ini kau mau apa?" Tanya Pudu.

"Aku? Aku ingin istirahat yang banyak. Mereka menantang balik kau tahu? Dan mereka membalikkan taruhan. Tapi lucunya, mereka menginginkan Njuni sebagai taruhan. Tapi mereka tidak tahu nama Njuni. Haha.."

"Benar, menantang tapi tidak kenal musuh ya begitu!" Sahut Pudu.

Tak lama kemudian, Siwon datang bersama kedua orang tua Pudu dan Njuni.

"Nana, mami tak mengira jika itu kau. Ah, sepertinya lama sekali mami tidak melihat mu tumbuh hingga sebesar ini." Ucap mami Pudu. Lee Yoona.

"Papi juga tidak menyangka. Jadi, apa saja yang kami lewatkan, huh!" Sahut Lee Yunho, papi Pudu.

"Na, jika kau mendapat mansion baru, lalu bagaimana dengan mansion lama mu dari Chenle?" Tanya Taeyeon, mama Njuni.

"Nana akan jadikan mansion kedua. Mansion utama di mansion baru. Seluruh senjata juga akan Nana pindahkan ke mansion utama. Ya kan Njun, Pudu?"

"Iya. Atau bisa juga biar aku yang mengurus di mansion kedua. Sekaligus menjaga." Usul Njuni.

"Dan aku akan berdiam di dalam kamar di mansion baru." Kata Pudu yang detik berikutnya mendapat pukulan di lengannya.

"Enak saja berdiam. Kita itu sibuk, jangan hanya berdiam saja pikiran mu." Omel Njuni.

"Kalian ini, tidak pernah berubah ya... Haha
.." Papa Njuni, Huang Changmin tertawa melihat tingkah laku ketiga anaknya itu.

"Ayah harap, kalian terus seperti ini. Topang masalah kalian bersama-sama. Sukses untuk kalian." Ucap Siwon.

"Ayah tidak ingin memberi hadiah untuk ku? Aku baru saja mengalahkan teman proyek ayah di Jepang, loh." Sarkas Nana yang membuat semua orang tertawa geli.

"Apa masih haus hadiah?" Tanya Siwon.

"Tentu. Bagaimana jika kita bertanding?" Tantang Nana pada Siwon dengan memainkan kedua alisnya.

Dan hal itu di sambut tatapan terkejut dari orang-orang di sekitarnya.

"Yak! Ayah pasti akan kalah bahkan hanya beberapa meter dari garis start!" Seru Siwon ketika mengingat dulu saat dirinya bertanding dengan Nana.

Siwon itu buta dengan mobil balap. Ia dulu memang pembalap, tapi motor bukan mobil. Wajar jika ia tidak bisa mengendarai mobil balap. Dan akhirnya menyerah hanya dengan jarak beberapa meter saja dari start.

Sontak tawa keras memenuhi ruang tunggu di sirkuit itu. Tempat mereka berkumpul.

*****












Gimana ni ceritanya?
Dukung author terus ya
Jangan lupa vote dan komen yeorobun

TBC

Beautiful Prince [NOMIN] - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang