Empat

202 76 36
                                    

Ryu bersedekap sambil bersandar di balik pintu apartemen Haru yang kini tertutup rapat. Ia mengangkat kedua alisnya tinggi-tinggi dan memandang Haru dengan tatapan curiga. "Aku masih menunggu penjelasan yang masuk akal darimu."

Haru yang duduk di atas tatami ruang tamu kecilnya hanya melirik Ryu sambil menggigit sudut bibirnya.

Beberapa menit yang lalu, percakapan canggung antara Ryu, Kenta dan dirinya harus diakhiri dengan begitu cepat. Haru buru-buru mengangguk kepada Kenta yang menuntut penjelasan tentang Ryu, dan ia yakin anggukan itu diterima sebagai klarifikasi yang dibutuhkan. Setelah itu Haru buru-buru menarik Ryu masuk ke dalam apartemennya, meninggalkan Kenta berdiri mematung kebingungan di depan gerbang lapangan parkir gedung apartemennya.

Kini ia berhutang penjelasan kepada dua belah pihak -yang secara kebetulan yang gila- mengenal satu sama lain.

"Aku tahu Kenta cukup baik. Dia benar-benar anak yang keras kepala dan kalau dugaanku benar, anak itu masih akan berdiri di sana saat aku keluar dari sini nanti. Jadi sebaiknya kau menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi agar jawaban kita selaras. Kalau itu yang kau mau," lanjut Ryu ketika Haru tak menjawab selama beberapa detik yang lama.

Ryu melepas sepatunya kemudian mengenakan alas kaki kain yang empuk sebelum memasuki ruang duduk apartemen Haru yang kecil. Kediaman Haru hanya sebuah apartemen sempit dengan satu ruang kamar tidur dan dapur kecil yang menyatu dengan ruang duduk. Ryu tak melihat kamar mandi di sekitarnya, membuatnya menarik kesimpulan kalau kamar mandinya menjadi satu dengan kamar tidur. Ruang duduknya sendiri hanya diisi dengan kotatsu, atau meja penghangat yang dilapisi futon dan tatami berwarna cerah. Televisi diletakkan di ujung ruang tamu, berseberangan dengan kotatsu.

Ryu duduk di hadapan Haru dan bersedekap, menagih jawaban. Tepat saat itu Haru menghela napas panjang dan buka suara, "Dia salah satu pengawal sewaan yang pernah bekerja untukku."

Kedua mata Ryu terbuka lebar seraya ia melongo, kaget. "Dia?! Kau mempekerjakan anak di bawah umur?!"

"Dia bukan anak di bawah umur yang tidak tahu apa-apa! Aku mulai bekerja di mini market sejak 15 tahun dan membiayai hampir semua kelas tambahanku di luar sekolah. Anak SMA itu hanya orang dewasa berbadan kecil yang belum berpengalaman. Tapi bukan berarti mereka tidak tahu apa-apa. Lagipula, dia sebetulnya anak yang baik."

Ryu membutuhkan beberapa waktu yang lama untuk mencerna apa yang baru saja ia dengar. Kemudian ia mendecakkan lidah dan menyeletuk, "Lalu kenapa ia berdiri di sana menunggumu dalam hujan seperti anak anjing kelaparan?"

"Itu..." Haru menggigit sudut bibirnya dan menatap Ryu, ragu-ragu. "Ceritanya panjang."

"Well, bukankah aku harus mengetahui semuanya sebagai orang yang akan menikah denganmu?"

Nada bicara Ryu terdengar serius meski sepertinya ia sedang bergurau. Haru pun merasa bersalah karena telah menarik pria itu ke dalam skenarionya yang rumit. Akhirnya Haru mendesah berat sebelum mulai bercerita. Ia memberitahu Ryu segalanya yang pernah terjadi dalam hubungannya dengan Kenta sampai mengapa ia harus mencari orang lain sebagai pengawal sewaan untuk mengantarnya pulang.

"Dia menyatakan perasaannya kepadamu??" Ryu bertanya dengan begitu tidak percaya sampai-sampai suaranya meninggi begitu cepat.

Haru mengangguk, "Aku tidak merasa nyaman berada di sekitarnya sejak hari itu jadi... kubilang saja aku sudah tidak membutuhkan pengawal sewaan karena...," Haru meragu sejenak dan memelankan suaranya saat melanjutkan, "...aku berbaikan dengan tunanganku."

Rahang Ryu masih terbuka saat Haru berhenti bicara. Ia masih tidak bisa menemukan kalimat yang tepat untuk menggambarkan perasaannya.

"Ngomong-ngomong, bagaimana kau mengenal Kenta?"

Spring Breeze - 春のそよ風Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang