Lima

193 75 16
                                    

"Kau tidak diperbolehkan untuk jatuh cinta padaku." Kalimat itu masih terngiang di telinga Ryu seperti baru saja diucapkan beberapa detik yang lalu. Ryu telah menandatangani kontrak kerjanya bersama Haru, tanda ia telah menyutujui syarat-syarat yang diajukan Haru. Dan meski ada satu poin yang tak sepenuhnya ia suka, bukankah ia tak punya pilihan selain menandatanganinya? Ryu menghela napas berat ketika menopang dagu di atas meja kerja di ruang guru.

"Ingin cepat pulang?" tanya salah seorang guru yang duduk di sebelah meja kerjanya, Takayama Sei.

Ryu mengangkat wajah pada Sei yang duduk menghadapnya sambil melipat tangan. "Jangan membaca pikiranku. Ngomong-ngomong, kau mengajar kelas 3 hari ini?"

Takayama Sei mengajar Fisika di SMA Yokohama. Umurnya hanya satu tahun lebih tua dari Ryu tapi wajahnya tampak lebih muda dan berkat itu, Sei menjadi guru favorit murid-murid perempuan di sekolah.

Sei mengangguk. "Kenapa?"

"Kau melihat Ueda?"

"Ueda? Maksudmu Kenta?" tanya Sei balik.

Ryu baru hendak mengangguk dan menjawab ketika pintu ruang guru tiba-tiba terbuka. Perhatian Ryu dan Sei tertarik pada sumber suara tersebut kemudian mengangkat alis, kaget ketika sumber perbincangan mereka muncul.

Ueda Kenta membungkuk memberi salam kepada guru-guru yang duduk di balik meja kerja mereka. Kemudian langkah kakinya terhenti di depan meja kerja Sei yang berada di sebelah meja Ryu. Kenta menaruh tumpukan kertas di atas meja lalu berkata, "Saya sudah mengumpulkan semua hasil tesnya, Sensei."

"Oh, bagus. Terima kasih." Sei menjawab lalu langsung berpaling pada Ryu. "Tanaka Sensei, bukankah kau tadi mencari Kenta?"

Oh, sial. Tepat saat itu Ryu melirik Kenta yang masih berdiri tak jauh dari mejanya. Lalu ia bertemu pandang dengan Kenta yang menatapnya lurus-lurus dengan tatapan kosong. Ryu tak bisa mengartikan maksud pandangan itu karena Kenta tak terlihat marah atau terusik. Anak itu juga tidak tersenyum atau mengerutkan alisnya dengan bingung karena ingin menanyakan sesuatu. Wajah Ueda Kenta begitu tak berekspresi.

Ryu berdeham dan menggeleng. "Aku lupa apa yang mau kukatakan tadi. Aku akan memanggilmu lagi kalau sudah ingat," balasnya, menggerakkan sebelah tangan yang menyiratkan untuk pergi.

Kenta membungkukkan badan lagi untuk memberi salam sebelum akhirnya pergi meninggalkan ruang guru. Ryu memandang kepergian Kenta dengan alis berkerut samar. Ia tiba-tiba ingin tahu apa yang ada di pikiran anak itu.

***

Kenta menutup pintu ruang guru dengan hati-hati sebelum berjalan melewati koridor menuju kelasnya.

"Jadi? Kau bertemu dengannya? Dia bilang sesuatu?" Suara Matsuyama Ichiro yang sejak tadi berjalan membuntutinya membuat Kenta hampir menghela napas berat.

Ia duduk kembali di mejanya lalu menyandarkan kepala di atas meja

"Bagaimana ekspresi wajahnya? Apa ada keanehan? Dunia ini benar-benar sempit, ya. Jadi, selama ini dia... wah, aku benar-benar tidak percaya. Hei, Kenta! Beritahu aku apa yang terjadi!"

Ichiro adalah satu-satunya orang yang mengetahui semua hal tentang kehidupannya. Dari warna kesukaannya, makanan favoritnya sampai segala masalah pribadi dan keluarganya. Kenta telah mengenal Ichiro sejak mereka berumur dua tahun. Ibu mereka adalah tetangga yang cukup dekat, menikah di tahun yang berdekatan dan melahirkan dua anak laki-laki di bulan yang sama. Kenta sudah menganggap Ichiro sebagai anggota keluarganya, seperti saudara kandung. Dan karena Kenta tak pernah dekat dengan kakaknya, ia tak punya orang lain selain Ichiro untuk diajak bicara mengenai masalah-masalahnya.

Spring Breeze - 春のそよ風Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang