Satu

311 84 27
                                    

"Akhirnya ada orang yang mengirim lamarannya!"

Suara Ogawa Haru yang cukup lantang membuat Inoue Ai yang berjalan di sampingnya hampir menarik diri sambil mengernyit. "Kali ini apa kau cukup puas dengan pelamarnya?"

Haru mengangguk dengan semangat lalu mengarahkan layar ponsel kepada sahabatnya. "Hmm! Kali ini pelamarnya bukan anak SMA yang membutuhkan uang jajan tambahan dan akan jatuh cinta padaku lagi. Dia seumuran denganku dan pekerjaannya adalah guru bahasa Inggris. Bukankah itu bagus?! Itu berarti dia menyukai anak-anak!"

"Laki-laki?" Ai bertanya dengan sebelah alis terangkat.

"Tentu saja! Bukankah memang laki-laki yang dibutuhkan untuk posisi ini?"

Inoue Ai memutar bola matanya sambil mendesah. "Ya, kau mencari pelamar pekerjaan seperti mencari jodoh. Aku tidak mengerti kenapa kau masih saja membutuhkan orang untuk mengantarmu pulang kerja. Maksudku, bukankah sudah bertahun-tahun berlalu sejak kejadian itu? Apa itu masih menghantuimu, Haru?"

Haru mengetik sebuah pesan balasan kepada Tanaka Ryu, lelaki yang lamarannya membuat Haru terkesan dan entah mengapa namanya mengingatkan Haru pada salah satu karakter dari animasi favoritnya waktu kecil. Ia memberitahu pria itu untuk menemuinya di kafe dekat stasiun untuk wawancara sore ini. Sekarang ia hanya perlu menunggu balasannya.

Haru berdiri di pinggir jalan raya, menunggu arus mobil berhenti dan membiarkannya menyeberang. Lampu tanda boleh menyeberang belum menyala, ia memandang ke arah mobil-mobil yang melintas, sibuknya jalanan Shinjuku tak bisa membuyarkan isi pikirannya yang cukup kacau. Kacau dan menyeramkan akibat pertanyaan Ai yang mulai merambat ke isi kepalanya.

"Begitulah," Haru mengangkat sebelah bahu dan menjawab sambil lalu. "Lagipula pekerjaan kita menuntut untuk pulang malam dan aku masih tidak berani berjalan sendiri kalau langit sudah gelap."

Ai mendadak merasa bersalah telah bertanya karena ia merasakan tubuh Haru menegang. Ia akhirnya memutuskan untuk mengalihkan pembicaraan. "Yah, yang penting jangan sampai pengalaman sebelumnya terulang. Jangan membuat anak SMA yang polos jatuh cinta lagi padamu. Sebenarnya apa yang sudah kau lakukan pada Ueda hingga membuat anak itu menyatakan perasaannya kepadamu?"

Mendengar itu, tawa Haru refleks meledak. Dan tepat saat itu lampu hijau penyeberangan menyala. Sambil berjalan, Haru menjawab, "Aku tidak melakukan apa-apa! Aku hanya mengajaknya bicara, menghiburnya, memberinya saran untuk masalah-masalahnya."

"Ya dan hal-hal sepele itulah yang membuat orang salah paham," sahut Ai sambil menggeleng-geleng.

Ueda Kenta adalah salah satu lelaki yang disewa Haru sebagai pengawal pribadi untuk menemaninya pulang kerja setiap malam selama setahun terakhir. Awalnya Haru merasa nyaman karena Kenta sudah seperti adik baginya. Dalam perjalanan pulang, Haru sering menanyakan bagaimana harinya, seperti apa teman-temannya dan mendengarkan anak itu bercerita tentang masalah keluarganya. Dan ternyata maksud baik itu tak diterima dengan benar oleh Kenta. Dan suatu hari, lelaki itu menyatakan perasaannya pada Haru. Sejak hari itu, Haru memutuskan untuk mencari orang lain. Seseorang yang tidak terlalu naif dan cukup dewasa untuk mengetahui batasan.

"Malam ini sepertinya kita akan pulang larut lagi. Katanya bayi yang dilahirkan nyonya Fujiwara beberapa hari yang lalu baru keluar dari ICU dan akan dipindahkan ke ruang bayi," jelas Ai ketika mereka menginjakkan kaki di trotoar seberang jalan.

Haru mendesah berat. "Itu berarti malam ini akan menjadi malam yang panjang." 

"Sepertinya begitu. Kau sudah bawa baju ganti?"

Haru mengangguk kemudian mengikuti Ai berjalan memasuki rumah sakit bersalin yang terletak beberapa ratus meter dari penyeberangan jalan.

Ia dan Ai sudah bekerja sebagai suster perawat di bagian ruang bayi selama hampir tiga tahun. Pekerjaannya adalah merawat bayi-bayi yang baru lahir dan memastikan bayi-bayi itu sehat saat keluar dari rumah sakit. Haru begitu menyukai bayi sehingga mengganti popok, menyusui dan memandikan bayi bukanlah pekerjaan yang berat baginya. Meski ia tak begitu menyukai shift malam dan seringnya jadwal bekerja berubah tanpa pemberitahuan, melihat bayi-bayi di rumah sakit membuat Haru bahagia. Apalagi mencium aroma bayi yang baru selesai mandi dan diberikan krim. Bau itu selalu bisa membuat Haru tersenyum meski memiliki hari yang buruk.

Spring Breeze - 春のそよ風Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang