Hari ini hari senin dan seperti biasa Olivia Clarissa, atau yang kerap dipanggil Oliv harus berangkat ke sekolah. Kini dia sedang menempuh pendidikan di salah satu SMA swasta.
Oliv sebenarnya ingin masuk ke salah satu SMA negeri yang menjadi banyak incaran siswa-siswi lainnya, tapi dia tidak jadi masuk ke sekolah itu karena beberapa alasan.
Sebenarnya Oliv cukup berprestasi, namun sedari dulu dia tidak pernah mendapat beasiswa apapun, membuatnya mau tidak mau harus bersekolah di sekolah yang tidak dia inginkan ini. Sebenarnya tidak ada alasan khusus dia mau bersekolah di sini selain karena orang tua dan kendala biaya, serta tidak adanya dukungan dari siapapun.
Saat itu, ayahnya baru saja terkena musibah, jadi Oliv harus menuruti keinginan orang tuanya untuk bersekolah di sekolah yang tidak dia inginkan ini.
Saat itu, Oliv juga hanya berpikir, "Gak papa deh sekolah disini, daripada gak sekolah, kan?" ucapnya pada diri sendiri kala itu. Tapi, tetap saja ada luka yang menggores hatinya, apalagi ketika ada orang yang bertanya, "Sekolah dimana?" atau teman-teman SMP-nya yang bertanya demikian.
Pasalnya, saat teman SMP-nya tahu, Oliv bersekolah di SMA swasta ini, mereka mengolok Oliv. Terlebih, dari satu SMP-nya hanya dia yang bersekolah disini. Jadi, hal itu membuat hati Oliv terluka cukup dalam. Luka yang sampai saat ini masih sedikit basah walaupun Oliv sudah berusaha untuk melupakannya.
"Oliv, cepat bangun! Nanti terlambat!" teriak Dina, ibu dari Olivia.
Olivia memutar bola matanya malas. Padahal dia sudah siap dengan seragamnya sejak beberapa menit yang lalu. Namun, Oliv memang belum mengeluarkan suara sejak dirinya bangun. Tapi, jika lebih teliti, seharusnya Dina tahu jika putrinya itu sudah bangun karena jika Olivia akan mandi, dia harus keluar kamarnya dan pasti menimbulkan suara. Entah suara dari pintu kamarnya yang memang jika dibuka menimbulkan suara atau bahkan suara kran air ketika Oliv mandi.
Tapi, apakah hal itu benar-benar tidak menimbulkan suara sampai-sampai Dina tidak tau jika putrinya sudah bangun? Jelas-jelas jika ada yang berada di kamar mandi, Oliv dapat mendengar suara dari dalam sana, tapi ... ah sudahlah, tidak penting juga.
Oliv segera keluar kamar daripada sang ibu lebih berisik lagi memanggil-manggil namanya.
"Oliv sarapan dulu," ucap Dina menghentikan langkah Oliv.
Oliv langsung menuju meja makan dan langsung memakan sarapannya. Bisa dibilang, Oliv memang tipe orang yang tidak terlalu banyak bicara, jadi jangan heran jika Oliv tidak menjawab ucapan orang disekitarnya dan terkesan cuek ataupun sombong. Tapi, Oliv juga bisa berbicara panjang lebar dengan orang yang menurutnya sefrekuensi dengannya atau dapat mengerti Oliv. Namun, biasanya Oliv akan langsung melakukan apa yang orang itu katakan jika dia tidak keberatan, daripada harus menjawabnya dengan kata-kata terlebih dahulu. Oliv juga akan berbicara panjang lebar jika menurutnya sesuatu itu penting untuk dibicarakan.
Selesai sarapan Oliv pamit dan langsung berangkat ke sekolah menggunakan angkot.
Sesampainya di sekolah, dia tidak sengaja mendengar percakapan teman-temannya di dalam kelas. Oliv menghampiri mereka kemudian bertanya, "Ada apa?"
"Engga, itu kemarin ada pihak kampus yang ke rumah kita," ucap Kanaya, atau yang biasa dipanggil Ayya. Kini Ayya sedang bercerita dengan Zahra, teman Oliv juga.
"Ngapain?"
"Kita direkomendasikan sama pihak sekolah buat kuliah, yang gratis itu loh dan gak perlu seleksi lagi udah bisa langsung masuk kampus, ya meskipun kita disini bakal saingan, soalnya katanya yang dapat cuma 1 orang. Jadi, ya gitu deh." Kali ini Zahra yang menjawab.
"Enggak cuma kita sih, si Tania juga katanya," sambung Ayya.
"Ohh, kok gue enggak?"
"Belum kali, Liv, coba tunggu aja," ucap Zahra lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Life
Mystery / ThrillerON GOING *** Tentang remaja ambisius yang menginginkan keadilan dalam hidupnya. Dia, Olivia Clarissa. Luka yang hampir tertutup, lagi-lagi harus terbuka untuk kesekian kalinya. Hal itu membuat Oliv bertindak dengan caranya. Menghilangkan mereka. Men...