Pagi ini Oliv langsung berangkat begitu saja tanpa pamit maupun sarapan. Dia masih kesal dengan kejadian kemarin malam yang lagi-lagi masalah kesukaannya dibahas.
Bukan apa-apa, tapi sejak Oliv tahu jika hanya dirinya yang tidak diberi kesempatan oleh pihak sekolah untuk kuliah di kampus itu tanpa biaya, suasana hatinya memburuk.
Tentu saja. Pesaingnya yang lain saja dapat, masa dia tidak? Tentu saja hal itu tidak adil bagi Oliv, apalagi untuk anak yang ambisius seperti Oliv, hal itu tidak boleh terjadi.
Saat pulang sekolah pun dia masih disuruh-suruh, dan ketika ada waktu menikmati hal yang dia suka malah ditegur. Membuat mood-nya memburuk saja.
Kini Oliv sudah berada di sekolah. Oliv sedang berjalan menuju kelasnya yang berada di lantai 2. Tapi, lagi-lagi, di pagi hari yang mendung ini, Oliv mendengar seseorang sedang membahas rekomendasi pihak sekolah untuk anak didiknya melanjutkan kuliah.
Oliv ingin mengetahui lebih jelas tentang hal itu, dan kebetulan yang baru selesai bercerita salah satunya adalah orang yang Oliv kenal. Dia juga salah satu teman Oliv, tapi dia dari kelas sebelah, namanya Rina. Jadi, Oliv langsung menghampiri Rina untuk bertanya dan memperjelas apa yang didengarnya.
"Rin, bahas apa, tadi?" tanyanya kepada Rina.
"Eh, Oliv? Ini gue barusan bahas rekomendasi pihak sekolah itu loh, yang ranking 1-3 tiap kelas. Emang lo gak tahu, Liv?"
Oliv hanya tersenyum, dia tahu, tapi, hal ini malah membuat suasana hatinya semakin memburuk. Rank 1-3? Tapi, kenapa dikelasnya malah rank 1-4? Tidak, maksudnya kecuali rank 3, kecuali Oliv yang tidak direkomendasikan.
Kenapa? Kenapa? Kenapa? Pertanyaan itu sekarang memenuhi pikiran Oliv.
"Terus kenapa lo kesal gitu?" ucap Oliv lagi. Dia berusaha untuk tetap biasa saja, padahal sebenarnya dia sedang menahan kalutnya.
"Ya gimana gak kesal coba? Kalo aja gue naik 1 peringkat lagi aja, pasti bisa dapat kesempatan itu, ngeselin," ucap Rina. Bisa dibilang jika Rina berada di urutan keempat dalam kelasnya, maka dari itu dia sangat kesal sekarang.
"Emang kenapa sih sama rekomendasi itu?"
"Lo gak tahu? Kalo kita direkomendasikan sama pihak sekolah, itu artinya kita ada kesempatan buat kuliah gratis tanpa seleksi. Meskipun kita bakal bersaing juga sih sebenarnya, tapi kan cuma sama anak sekolah kita aja, jadi gak terlalu banyak persaingannya. Dan lagi, setiap kelas cuma diambil 3 anak, jadi artinya persaingannya lebih dikit lagi. Arghh, gue jadi tambah kesel kalo bahas ini," ucap Rina yang masih terbawa suasana.
"Ooh gitu," ucap Oliv dengan nada pelan.
Oliv benar-benar kecewa dan marah sekarang.
Siapa yang telah menentukan hal ini? Terutama di kelasnya yang malah tidak adil seperti itu? Kenapa malah si Tania yang dapat kesempatan emas seperti itu? Kenapa bukan Oliv? Kenapa? Argh, sial. Pertanyaan-pertanyaan itu terus muncul di kepala Oliv.
"Eh, bukanya lo peringkat 3, ya, Liv? Kok lo nanya gue? Emang lo gak tahu? Katanya pihak kampus itu ke rumah-rumah yang dapat kesempatan itu loh," ucap Rina. Dia tahu jika Oliv berada di urutan ketiga, jadi agak aneh saja jika Oliv malah bertanya pada Rina.
"Gue--" ucapan Oliv terpotong bel yang tiba-tiba berbunyi.
"Eh udah bel, gue masuk kelas dulu ya, Liv? Dah..." ucap Rina seraya tersenyum lalu melambaikan tangannya.
Oliv membalas senyum temannya sambil mengatakan "Oke" dan juga melambaikan tangannya. Kemudian Oliv juga segera masuk ke kelasnya, kelas sebelah.
Ekspresi Oliv berubah seketika. Dia mengepalkan tangannya, mood-nya benar-benar hancur sekarang. Apalagi ketika dia melihat Tania bersama Ayya dan Zahra sedang bergurau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Life
Mystery / ThrillerON GOING *** Tentang remaja ambisius yang menginginkan keadilan dalam hidupnya. Dia, Olivia Clarissa. Luka yang hampir tertutup, lagi-lagi harus terbuka untuk kesekian kalinya. Hal itu membuat Oliv bertindak dengan caranya. Menghilangkan mereka. Men...