Pt. 3 - Egois

28 13 17
                                    

Ketika Oliv melewati koridor sekolah, semua orang membicarakan hal yang sama, pak Afif. Dia selalu saja mendengar tentang pak Afif yang jatuh dari tangga. Satu sekolah menjadi heboh dengan berita pak Afif itu. Ketika masuk kelas pun, teman-temannya sedang membicarakan tentang hal yang sama.

Hebat, beritanya langsung booming dalam semalam. Oliv tersenyum tipis lalu mulai meletakkan tasnya.

"Tau gak berita tentang pak Afif?"

"Iya, tahu. Kasihan ya?

"Iya kasihan banget."

"Katanya kemarin dia jatuh dari tangga, terus waktu petugas kebersihan mau bersih-bersih katanya dia ngeliat--"

"Ngeliat apa?" ucap Oliv memotong ucapan Dinda. Dinda ini bisa dibilang ratu gosip di kelas XII IPA-1.

Oliv menghampiri mereka kemudian berdiri tak jauh dari mereka.

"Oliv, ngegetin aja," ucap Dinda saat tahu siapa yang tiba-tiba berbicara.

Oliv menggeser kursi yang ada disebelahnya kemudian ikut dalam acara gosip mereka.

"Lo tahu berita tentang pak Afif, Liv?"

Oliv mengangguk. "Jatuh dari tangga? Tadi gue denger di koridor pada ngomongin itu. Emang bener?" ucap Oliv.

"Iya Liv, terus sekarang katanya pak Afif kena stroke." Kini Lisa yang menjawab. Dia teman 1 geng dengan Dinda, yang sedari tadi sedang bergosip dengan Dinda dan juga Putri. Satu geng ini memang suka sekali bergosip.

Oliv hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Kasihan ya, Liv?" ucap Putri.

"Iya," ucap Oliv.

"Eh, tapi tadi ngeliat apaan?" tanya Oliv lagi. Sebenarnya dia cukup dag-dig-dug sekarang, tidak seperti sebelumnya yang malah merasa senang.

Apa secepat ini gue ketahuan? Pikir Oliv. Dia menelan salivanya karena gugup.

"Oh itu, ada petugas kebersihan yang ngeliat pak Afif pingsan dekat tangga ujung di lantai 2, yang mau ke perpus itu loh. Terus katanya dia langsung telepon ambulans deh, soalnya katanya darahnya banyak banget, terus dia agak phobia darah gitu," ucap Dinda menjelaskan.

Mendengarnya Oliv menjadi lega. Dia kira petugas itu tahu jika Oliv yang mendorong pak Afif dari lantai 3. Sial ketipu. Pikir Oliv.

"Ih, jadi ngeri gak si kalo mau ke perpus? Mana perpus kan di ujung, ih ngeri," ucap Putri.

"Eh, iya anjir," sambung Lisa dan Dinda.

"Pak Afif kan ditemukannya di lantai 2, terus tangga itu kan gak jauh dari kelas kita, sumpah gue gak mau ke perpus lagi," ucap Dinda.

"Iya sumpah, ngeri," ucap Lisa.

"Eh, ngomong-ngomong tumben lo tertarik sama gosip?" ucap Putri teruntuk Oliv. Tentu saja Putri heran, terkadang sesuatu yang penting saja Oliv tidak terlalu tertarik, tapi kali ini dia sampai ikut bergosip. Aneh, pikirnya.

Oliv tertawa kecil. "Gak tahu, soalnya dari koridor sampai kelas pada ngomongin pak Afif semua, jadi kepo," ucap Oliv.

"Iya sih, tapi kasian ya pak Afif."

Oliv tersenyum kemudian mengangguk. Setelahnya Oliv berjalan ke bangkunya dan duduk. Sebelumnya Oliv juga sudah mengembalikan kursi yang sempat didudukinya ke tempat semula.

Sedangkan satu geng itu kembali bergosip lagi.

Oliv langsung merubah raut wajahnya. Dia kesal setiap nama orang itu disebut. Orang yang gak bisa adil, kenapa harus dikasihani seperti itu?

Dark LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang