Pt. 10 - Jenguk Pak Afif

12 3 1
                                    

Maap ganti judul lagi wk plin plan emang kalo masalah judul 🤣

Sblmnya : Apa yang Salah dengan Ku?

Skrng : Dark Life

Happy reading!

***

Oliv memasuki kelasnya seperti biasa, tapi ada yang berbeda dengan tatapan teman-temannya, terutama teman yang kemarin sempat mengunjunginya di UKS. Tatapan menyesal, tatapan tak peduli, serta tatapan benci itu tertuju pada Oliv.

Suasana kelas juga menjadi sangat hening, padahal biasanya tidak sehening sekarang. Hal itu membuat Bima, sang ketua kelas angkat bicara.

"Ini lagi ada apa, sih? Kok jadi diam? Hening banget anjir," ucapnya. Tapi tidak ada yang menanggapi ucapan Bima membuat Bima mendengus.

"Maafin gue, ya, guys? Din, maafin gue, ya? Lis, Put, maafin gue? Ra, Ya, Tan, maafin gue juga, ya? Dan ... semuanya, maafin gue," ucap Oliv melihat satu persatu pada nama yang dia sebutkan, membuat semua mata tertuju padanya. Mereka terkejut dengan apa yang Oliv katakan. Mereka pikir Oliv akan membenci mereka, tapi ini apa? Mereka benar-benar tidak mengerti.

"Maksud lo apa, Liv?" tanya Bima yang tidak mengerti apapun, termasuk teman berjenis kelamin laki-laki yang lainnya.

"Gue udah keterlaluan kemarin. Gue tahu gue salah, maafin gue," ucap Oliv menyesal. Dia tidak menghiraukan ucapan Bima.

Zahra berjalan menuju di mana Oliv berada, di dekat papan tulis. "Maafin gue juga, maafin kita juga, ya?" ucapnya.

"Kita juga salah, gak seharusnya kita begitu sama teman sendiri, lo maafin kita, kan?" ucap Ayya yang mulai mendekat pada Oliv dan Zahra. Oliv mengangguk. Kemudian Zahra memeluk Oliv, disusul Ayya dan teman-temannya yang lain, termasuk Dinda CS yang merasa sangat bersalah.

"Maafin gue, Liv," ucap Dinda. Oliv mengangguk, begitupun ketika yang lainnya meminta maaf.

Tania masih bergeming, apa dia juga harus memaafkan Oliv? Tapi, tak lama setelahnya dia juga ikut bergabung--berpelukan, meskipun dalam hati kecilnya ada sedikit rasa tidak ingin memaafkan.

"Gue gak ngerti, tapi gue ikutan dong," ucap Bima kemudian mulai mendekat, namun belum sempat bergabung Ayya melepaskan pelukannya dan berkata, "Lo siapa, ya? Pergi sana, lo!" Ucapan Ayya refleks membuat yang lainnya tertawa, termasuk Oliv.

Bima menghela napasnya, "selalu ternistakan," ucapnya membuat Bagas tertawa terbahak-bahak, tawa yang lebih keras dari sebelumnya. Dia sangat suka ketika sahabatnya berada di posisi seperti sekarang.

Sialan. Batin Bima yang melihat tawa Bagas. Dia terlihat benar-benar sangat bahagia. Meskipun temannya yang lain juga tertawa, namun tawa Bagas yang paling membuatnya menyesal menjadikan Bagas sahabatnya. Tapi tetap saja Bima bersahabat dengan Bagas.

***

"Eh, tinggal Oliv nih yang belum ada tumpangan. Ada yang masih sendiri gak?" tanya Dinda. Saat ini mereka berada di parkiran sekolah--akan menjenguk pak Afif.

"Yah, gak ada, Liv."

Oliv berpikir sejenak. "Ya udah, gue naik angkot aja, yang tahu rumahnya share lok ya," ucapnya.

"Eh jangan dong, masa sendiri," ucap Ayya dan yang lainnya mengangguk setuju.

"Eh, Ri, mobil lo masih muat gak? Oliv ikut lo aja, lo doang yang bawa mobil," ucap Bima pada Rio--teman sekelas mereka.

"Udah penuh sih, tapi kalo lo mau desak-desakan gak papa sih, Liv," ucap Rio menanggapi.

"Gimana, Liv?" tanya Bima.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dark LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang