Pt. 2 - Mencari Keadilan

33 15 14
                                    

Bel pulang sudah berbunyi sekitar 5 menit yang lalu. Semua siswa-siswi pun banyak yang sudah meninggalkan sekolah. Tapi saat ini Oliv belum pulang. Dia ingin menunggu sekolah sampai sepi.

Oliv sekarang berada di perpustakaan sambil membaca komik. Kebetulan perpustakaan saat ini sedang dijaga oleh pak Afif, jadi Oliv tidak perlu mencarinya lagi. Ya, tujuannya memang mencari pak Afif, tapi ternyata tidak perlu dicari pak Afif sudah ada dalam pandangan Oliv. Beruntung sekali Oliv, jadi dia tidak perlu keliling untuk mencarinya.

Oliv sudah membulatkan tekadnya. Dia harus bertanya kepada pak Afif sekarang. Oliv berdiri, kemudian dia meletakkan komik yang sempat dibacanya di rak, lalu mulai berjalan menuju pak Afif yang berada di kursi pengawas.

"Pak, saya boleh tanya?" ucap Oliv saat sudah sampai di depan pak Afif, hanya terhalang meja saja.

"Iyaaa, mau tanya apa?"

"Bapak yang ngurusin buat rekomendasi beasiswa, kan, ya?"

"Iya, kenapa?"

"Bapak tahu gak, siswa yang namanya Olivia Clarissa? Dia kelas XII IPA-1 sekarang," ucap Oliv.

"Saya tidak hafal semua anak. Kebanyakan anak yang saya kenal itu yang berprestasi di kelasnya masing-masing atau kebalikannya. Misal peringkat 1-3, anak olimpiade, anak yang suka ikut lomba-lomba di bidang olahraga, atau yang lainnya, terus anak nakal yang biasa bolos atau sering dihukum, gitu sih. Kenapa ya? Ada yang bisa bapak bantu?"

Saat mendengar peringkat 1-3, Oliv langsung mengepalkan tangannya. Kalau begitu kenapa pak Afif tidak mengenalnya? Ck.

"Bapak tahu gak, siapa yang ada di peringkat 3 kelas XII IPA-1?" tanya Oliv. Dia masih bisa menahan kalutnya yang lagi-lagi muncul karena kata "peringkat 1-3". Entah mengapa Oliv menjadi sensitif dengan kata itu.

"Saya lupa. Sebentar, saya cari dulu datanya," ucapnya. Oliv hanya mengangguk. Dia memperhatikan pak Afif yang sedang mencari sesuatu di tasnya.

Jika dilihat, pak Afif ini sudah cukup berumur. Mungkin sekitar 50 tahun-an lebih. Badannya juga sudah sedikit rapuh dan sudah cukup banyak keriput di wajahnya. Badannya kurus namun cukup tinggi--

"Ini," ucap pak Afif menyodorkan sebuah kertas kepada Oliv. Oliv mengerjapkan matanya karena terkejut, dia melamun. Di kertas itu tertulis semua nama siswa kelas XII IPA-1 dan juga peringkatnya.

"Bapak saja yang lihat," ucap Oliv seraya tersenyum manis.

"Kalau disini, tertulis Olivia Clarissa yang ada di peringkat 3. Ada apa ya?"

"Kalo yang bapak rekomendasikan buat dapat beasiswa siapa aja pak di kelas itu?" tanya Oliv mengalihkan pembicaraan.

Pak Afif membalikkan kertasnya. Di sana tertulis siapa yang direkomendasikan untuk mendapat kesempatan dalam beasiswa full dan tanpa seleksi di kelas XII IPA-1.

"Di sini tertulis Kanaya Tabitha, Zahrania Salsa, dan Tania Silfia. Sebenarnya ada apa ya kamu bertanya seperti ini?"

"Bapak gak ngerti juga, atau pura-pura gak ngerti?!" ucap Oliv. Kemudian dia memukul meja di depannya karena sudah tidak tahan berpura-pura lagi dan ternyata hal itu membuat pak Afif kaget, terlihat dari reaksinya dan juga raut wajahnya yang terkejut.

"Saya-Olivia-Clarissa!" ucapnya menekankan setiap kata.

"Jadi?"

Oliv mengeluarkan ponselnya dan kemudian memutar rekaman 2 tahun yang lalu.

"Kalian belajar aja yang benar, nanti kalau udah kelas XII semester genap, peringkat 1-3 bakal direkomendasikan sama sekolah buat dapat kesempatan beasiswa full dan tanpa seleksi."

Dark LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang