00. Pra-rilis 1

530 59 15
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

2021, STUDIO HI! JUANIA

"Kak Juan dan Kak Nia, ada yang nanya awal mula baper gimana."

Rania Alisha kerjapkan mata kala menerima pertanyaan tadi. Lalu ia menoleh menatap suami yang tampak tenang seperti biasa. "Mas duluan yang jawab."

Arjuan Rafisqy tunjuk dirinya sendiri, lebih memastikan jika itu pinta sang istri. "Kalau saya-" mulainya kembali menatap ke depan, "-gak ada awal mula baper."

Rania jelas terkejut mendengar itu, bahkan hadap duduknya berubah tak lagi ke depan lurus. "Serius?!" jeritnya tertahan.

Juan raih pundak Rania, membuat istrinya tersebut kembali pada hadap sebelumnya. "Belum selesai ngomong," ujarnya singkat. "Baper itu bawa perasaan, 'kan? Sesuatu yang sebelumnya gak ada jadi ada?" ia coba cari tahu reaksi Rania yang kini menanti. Lalu kembali ia menatap lurus, "kalau saya ke Nia ada sejak awal."

Dua bahu Rania seketika turun terkulai. "Bisa-bisanya punya mulut semanis ini!" serunya takjub.

"Nia, awal mula baper sama Mas kapan?" berharap tatap yang Juan beri pada Rania.

Dengan tangannya, Rania dorong wajah tampan itu agar tak menghadap dirinya. "Awal baper? Pas malam setelah sumpah dokter Mas Juan? Waktu itu Nia ikutan sama abang karena abang bilang bakalan malam banget baliknya. Terus Mas Juan yang punya acara malah nemenin Nia ngobrol perkara pengangguran dan itu awal mulanya! Bukan baper, tapi lebih ke awalnya Juania."

Senyum Juan rekah saat mendengar penuturan bernada polos tersebut. "Tau gak malam itu ada yang Mas bilang ke Laiv?"

Rania menggeleng, "apaan?"

Juan abaikan rasa penasaran Rania dan kembali menghadap depan. "Ci, kita bakalan cerita ini aja,"

.

.

2017, JAKARTA PUSAT

Malam ini Juan tengah mengadakan perayaan kecil dalam rangka resminya dia menyandang gelar dokter di depan nama. Bagi Juan itu perayaan kecil, tapi tidak untuk temannya yang lain. Tak hanya teman satu jurusan yang merayakan kebahagiaan serupa, Juan juga mengundang beberapa teman lamanya. Di dalam daftar itu ada Chandra dan Laiv yang membawa adik perempuannya Rania.

"Dek, Abang mau pergi bentar jemput Lia. Di sini aja sama Juan atau Chandra atau cari pacar sana!" seru Laiv yang berdiri di depan Rania.

Bagai mengusir hewan, Rania kibas tangannya tanpa menatap Laiv. "Pergi dah sono!" balasnya ketus

Senyum Laiv rekah saat menerima reaksi seperti itu. Tangannya jahil mendorong dahi Rania agar sang adik memberi perhatian padanya. "Jangan pulang dulu! Bentar doang ini jemput Lia dari kantornya beres lembur."

Hi! JuaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang