00. Kata dari Rania Alisha

177 19 9
                                    

Hi! Juania!

.

.

"Sekarang giliran aku!" sepasang suami istri itu kembali berhadapan. Sama seperti Juan, Rania juga menggenggam dua tangan suaminya saat menujukan kata untuk Juan. "Halo ganteng," sapa sayang yang biasa Rania beri untuk Juan terdengar.

Juan tak dapat berhenti untuk tersenyum. "Halo juga cantik," balasnya mengikuti permainan Rania.

"Arjuan Rafisqy suami dari Rania Alisha," ia ikuti Juan yang memanggil nama.

"Kenapa gak pake Rafisqy juga di belakangnya?" si Tuan mengajukan protes detik itu juga.

Rania hanya mengangkat bahu sebagai respon. "Gak pengen," sahutnya tak acuh. Namun tatap Juan yang masih tak terima membuat tawanya lepas. "Iya iya. Gitu aja ngambek. Dokter Spesialis Paru Arjuan Rafisqy suami dari Rania Alisha Rafisqy!" serunya tegas. "Puas?"

Anggukkan mantan dari Juan serta senyum bangga menjadi jawab. "Ya istriku," balasnya.

"Tadi Mas Juan minta tolong buat gak ninggalin Mas Juan. Kalau dari Nia juga cuma satu. Mas Juan, suami Nia yang semoga satu-satunya-" tawanya tertahan dengan ucapannya sendiri "-Mas Juan minta Nia buat percaya sama Mas Juan. Nia bisa Mas, tapi Mas Juan juga bantuin Nia buat percaya sama diri Nia sendiri. Nia juga gak tahu gimana caranya bikin Nia bisa percaya sama diri sendiri. Yang penting Mas Juan tulus aja bantuin Nia, pasti semuanya bakalan dilancarin sama Allah."

Juan sekali lagi mengangguk. "Pasti bakalan Mas Juan bantuin. Kita sama-sama jalan buat kebahagian kita. Emang ada yang bilang ngomong gampang tapi bakalan beda sama praktiknya. Tapi kalau kita sama-sama percaya dengan pasangan masing-masing, Mas Juan yakin semua akan dipermudah."

"Siap Suami!" satu tangannya lepas untuk memberi hormat. Keduanya tertawa dengan tingkah itu. "Sekarang untuk Rania Alisha, 'kan?"

"Tangan Mas Juan juga ditaro di dada?" tanya Juan membuat Rania menyipit.

"Taro doang Mas, gak lebih!" kecamnya dengan raut wajah mencoba serius.

Gelak tawa sulit surut jika keduanya dalam suasana hati yang baik. "Iya. Lebihnya di rumah aja," balas Juan yang tangannya sudah diletakkan Rania di atas dada.

"Gak papa, asalkan jangan rumah lain," balas Rania sengit. "Teruntuk Rania Alisha Rafisqy bersaksikan suami Arjuan Rafisy, beru-"

"Kok manggil nama suaminya beda dari yang awal?" kalimat Rania disela dengan protesan.

"Mas Juan nyela lagi nanti Nia cium nih!" dia mengancam dengan cara yang membuat seringaian Arjuan terlihat.

"Nih," tantang Juan yang sudah memajukan wajah.

"Gak mood!" elak Rania mendorong wajah Juan. "Lanjut dulu Mas," ia merengek kali ini. Juan beri pernyataan menyerah dengan anggukkan kepala. "Ya pokoknya untuk dia disaksikan dia. Males nih ngulangnya. Nia, sebagai seorang istri kamu harus tetap berusah untuk memenuhi kebutuhan suami kamu. Kehidupan sama suami gak bakalan jalan di tempat selama dunia masih terus berkembang. Jadi sebagai seorang pendamping hidup, sekalipun tidak untuk mengimbangi tapi cobalah tetap berusaha untuk selalu hadir dan dekat dengan suami. Nia, sebagai seorang ibu nanti kamu juga harus lebih berusaha lebih keras dari ngimbangin suami. Ibu itu pendidik anak paling pertama, jadi kamu harus memberikan dirimu edukasi sebelum mendidikan anak dengan benar. Jadi istri sama ibu yang pinter pokoknya!"

Senyum Juan terkesan lembut, tak ada tarikan urat yang berlebihan sebagai reaksi. "Aminn," balasnya tulus. "Selanjutnya untuk teman-teman pembaca."

Rania ubah hadap duduk untuk mengucapkan sepatah kalimat selanjutnya. Jemari keduanya masih tertaut dalam genggaman, meski tak lagi saling berhadapan. "Untuk teman-teman pembaca yang setia banget nungguin cerita kita, aku sama suami makasih banget. Aku gak tahu kalau cerita kita yang biasa ini bakalan menarik untuk diikutin. Kayak yang Mas Juan bilang tadi, kalau emang ada kritsar untuk kehidupan pernikahan kita, boleh banget buat berbagi. Kita mau belajar kok untuk jadi yang lebih baik."

Rania berhenti berbicara, membuat Juan menatapnya bertanya. "Udah?" tanyannya meyakinkan.

Rania mengangguk, "sana Mas Juan yang ngasih kabarnya."

Juan lebih dulu membasahi bibir, terlihat ketegangan dalam raut wajah dia. Rania yang melihat itu memeluk lengan Juan, lalu mendekatkan diri ingin berbisik.

"Santai dong ganteng. Kayak nunggu pengumuman kelulusan SNMPTN aja. Mentang-mentang anak PTN," guyon Rania sama sekali tak bersangkutan.

"Saya dan istri memberi kabar baik jika saat ini istri saya telah mengandung. Usia kandungannya tujuh minggu. Kandungan Rania juga kuat, semoga gak ada masalah sampai proses bersalin tiba."

Rania menggumamkan 'amin' saat mendengarnya. Ia menjauh dari Juan, wajahnya tersirat warna merah karena kebahagiaan yang membuncah. "Kalau kalian sadar, studio sempat gak jalan selama sebulan lebih. Satu dari beberapa alasanya adalah karena kehamilanku ini. Aku gak tahu kalau aku hamil. Ngerasanya suasana hati aku selalu berubah-ubah, lebih banyak ke rasa takut yang gak jelas. Waktu gelombang dua covid-19, aku itu suka cemas. Mas Juan telat jemput aku panik, padahal itu cuma beberapa menit. Mas Juan gak ada di samping aku waktu kebangun, aku panik karena mikirnya dia ke RS panggilan untuk pasien covid-19. "

Segala penjelasan panjang Rania ditemani Juan yang sudah merengkuh pundaknya. Terjawab sudah manjanya Rania yang sedikit berlebihan hari ini.

"Malam itu aku pingsan dan Mas Juan bawa ke rumah sakit. Itu karena beberapa hari aku gak jaga makan, tanpa sepengetahuan Mas Juan pastinya." Ia meringis saat mengucapkan itu.

"Nakal dia," celetuk Juan.

"Di sana deh tahu kalau kau udah hamil selama lima minggu. Aku dikasih beberapa vitamin dan obat. Privillage sesama spesialis, aku enak aja konsul sama dokter kandunganku. Kalau kalian juga ngeh bagian tanya jawab terakhirku dan Juania itu ada di waktu yang sama. Karena emang kita baru bisa take lagi. Malah setahu aku, lebih dulu tanya jawab sama Bang Laiv dan Mesya. Jadi aku sama suami juga minta maaf karena menelantrakan konten studio beberapa bulan."

"Kami mohon untuk dimaafkan segala kesalahan. Dan kami mohon untuk kelancaran istri saya selama kehamilan dan proses melahirkan nanti." Juan akhir segala kisah dengan permohanan.

Keduanya bertatapan beberapa saat. "Kayaknya kita udah harus ngucapain perpisahan sama teman-teman pembaca. Sekali lagi terima kasih banyak udah ngeluangin waktu hanya untuk ngobrol dengan kita."

"Terima kasih atas ketulusan kalian untuk setia mengikuti kisah kami," ucap Arjuan.

"Oh iya! Kata Admin studio, bakalan ada cerita waktu aku tahu aku hamil. Tungguin ya. Bye semua!"

"Bye!"

.

.

Selesai

Catatan Cici:

Akhirnya Rania hamil juga. Secara resmi "Hi! Juania" selesai di sini. Aku nebeng di sini buat ngasih cuap-cuap sedikit. Makasih untuk temen-temen pembaca yang udah setia nunggu cerita ini. Bahkan ada yang mungkin sampe udah sayang sama Juan dan Nia. Kayaknya yang naksir Juan sama banyak dengan yang sayang ama Nia. Sekali lagi aku sebagai pengarang cerita makasih banget karena udah mau ikutin cerita ini. Sampai ketemu di bonus chapter yang disebutin Nia tadi. Sampai jumpa di cerita lainnya.

.

.

#210801
©Meclaulin

Hi! JuaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang