.
.
2021, STUDIO HI! JUANIA
"Untuk Kak Juan dan Kak Rania, ada yang mau diceritain nih waktu masa transisi dari status pacar ke suami istri. Dari panggilan kan udah berubah, apa ada lagi yang berubah?"
"Sebenernya bukan berubah yang gimana-gimana. Mas Juan masih aja tetep dengan kebiasaan dia pas lajang, aku juga masih sama. Kalau dari nama panggilan karena Mas Juan mikir aku jadi kayak adeknya kalau masih dengan panggilan pas pacaran. Terus-" jeda dari ucapnya ia gunakan untuk menatap Juan di sisi kanan. Meminta bantuan untuk penjelasan lebih lanjut.
"Parfum!" seru suami Rania itu tegas dengan sikap duduk yang santai. "Awalnya saya ngira itu udah kebiasaan Nia waktu lajang. Saya juga sempat ngira apa mungkin karena Nia mandinya lebih lama dari saya jadi bau sabunnya lebih lengket ke dia makamya wangi."
Sontak penjelasan Juan mendapat pukulan kecil pada pahanya. "Makanya mandi tuh jangan cebar cebur beres!" terungkap satu fakta kebiasaan Juan dari mulut sang istri.
Tepukan tadi adanya memberi rasa sakit karena Juan mengusapnya beberapa kali. "Dan saya baru tahu kalau dia memang pake parfum sebelum tidur setelah nikah. Ini lebih ke perubahan setelah nikah ya?" tampaknya Juan menyadari sesuatu.
Anggukkan kepala Rania beserta tangan wanita itu yang mengusap gemas pipi kiri Juan menjadi jawab. Rania ambil alih kembali ceritanya. "Ngehidangin makan. Dibilang kebalik juga gak kebalik banget menurut aku. Sebelum nikah kalau misalnya ada makanan yang aku gak tahu tapi Mas Juan pernah nyobain, Mas Juan bakalan ngehidangin buat aku. Tapi bukan yang ngehidangin gimana. Misalnya kita baru makan di resto apa, Mas Juan bakalan ngasih potongan makanan itu ke piring aku."
Tawa Juan yang tiba-tiba membuat semua mata menatapnya heran. Tatap dari sang istri ia balas dengan kuluman senyum seolah menahan tawa yang sempat meledak. Tangannya begitu saja terangkat mencubit dua belah pipi bulat milik Rania.
"Mas Juan kesambet?!" jerit Rania yang berusaha melepas cubitan Juan.
Lepas cubitannya, kini malah tangan pria itu yang mengacak surai rambutnya. "Mas inget sesuatu," ucapnya dengan jarak wajah cukup dengan sang istri. "Itu hari keempat? Pokoknya yang waktu setelah nikah kita ngadain makan malam keluarga. Ibu yang negur Nia karena gak ngehidangin makan buat Mas Juan."
Sesaat Rania berusaha mengingat, tatapnya terkunci oleh Juan yang masih merekah senyum geli. Kala matanya membulat, itu adalah tanda jika Rania mengingat apa yang Juan katakana. "Mas," cicitnya yang langsung memeluk lengan Juan.
Juan menggeleng berkali-kali, mengabaikan bujukan Rania yang sudah mengusap-ngusap lengan atasnya. "Kemarin Nia ceritain tentang saya yang mabuk laut. Sekarang saya ceritain tentang Rania yang negrasa gagal jadi istri saya cuma karena ditegur ibu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi! Juania
Romance[COMPLETED] Beberapa tanya hadir ketika ada rasa tak puas atau mungkin keingintahuan yang lebih tinggi. Termasuk pada kelanjutan kisah dari Arjuan Rafisqy dan Rania Alisha. "Mereka sudah menikah?" "Mereka sudah memiliki anak?" "Arjuan tidak menjad...