15.

112 39 4
                                    

Kini para anggota geng Dandelion dan juga Demon's tengah berkumpul di markas besar, meskipun hanya membicarakan hal² kecil ataupun bercanda ria mereka nampak bahagia dengan kegiatan tersebut. Saling melepas penat, saling berbagi cerita suka maupun duka. Hal inilah yang membuat jiwa toleran mereka meningkat, jiwa ke solidaritasan pun selalu mereka utamakan pada geng yang mereka bangun selama ini.

"Gimana cewe yang gue kenalin sama lo? mantap kan?" tanya Varrel menaik turunkan alisnya

"Mantap mata lo! agresif banget dia bangsat" kesal Rafdal

"Emang kenapa kalo agresif?" tanya Oky

"Susah mengimbanginya" jawab Rafdal asal

"Lagak lo dal" ucap Varrel geleng geleng

"Ngapain aja lo sama dia" lanjutnya dengan tatapan penuh selidik

"Kaga ngapa-ngapain anjirr, dia aja yang godain gue terus. berasa jalan sama bencong lampu merah sialan" Rafdal membalas dengan raut wajah yang amat kesal, membuat semua anggota disana tertawa terpingkal pingkal terkecuali Faizal dan Arthur yang hanya menggelengkan kepalanya.

"Sesat banget, lo kenalin cewe jadi jadian kayak gitu" Rafdal tak habis pikir dengan Varrel

"Bukanya lo bilang yang body nya mantap?"

"Body mantap doang, kalo kelakuan kaya bencong buat apaan anjir" ujar Rafdal yang kembali membuat tawa mereka pecah

"Ketua geng gesreknya kaga ketulungan" ucap Oky tertawa

Drtt....Drtt...Drtt

Suata getaran ponsel milik San membuat tawa mereka terhenti, semua memusatkan perhatian kepadanya.

"Siapa?" tanya Leo

San mengangkat bahunya tak tahu "Unknow"

"Angkat aja" sela Arthur yang di angguki oleh San, ia mengangkat panggilan tersebut dengan louds speaker yang di aktifkan

"Selamat siang, dengan Tn. San Lorenzo?"

"Iya saya sendiri, ada perlu apa?"

"Saya ingin memberikan informasi bahwa saudara Bayu Anggara, tengah di rawat akibat luka tusukan. nomor ini adalah nomor terakhir yang ia hubungi" jelas orang tersebut yang diyakini sebagai perawat.

Mereka yang mendengar penjelasan tersebut tentunya sangat terkejut, sepulang sekolah tadi memang Bayu izin untuk tidak mengikuti pertemuan ini, sebab ada acara keluarga, dan tiba tiba saja kabar buruk ini terdengar pada telinga mereka.

"Rumah sakit mana?" tanya San

"Dekat Tkp tuan, Ainsley Hospital's"

"Baik saya segera kesana, Terimakasih"

"Sama sama tuan"

Tut.

"Cabut sekarang" perintah Faizal

"Sebagian jaga markas" lanjutnya dengan tegas

"Siap Capt" seru para anggota Dandelion

Mereka pun pergi menuju Rumah Sakit untuk melihat keadaan Bayu, yang merupakan salah satu anggota Dandelion.

.

.

.

Sore ini dengan malas, Callista melangkahkan kakinya pada koridor Rumah Sakit. Ia diperintahkan oleh daddy nya untuk menemui kepala rumah sakit yang dimiliki olehnya.

"Selamat Sore Nona" sapa Pak Rendra selaku kepala rumah sakit tersebut

"Sore kembali" jawabnya dengan tersenyum tipis

"Ini ada beberapa dokumen dari daddy" lanjutnya dengan menyerahkan tumpukan kertas yang di baluti oleh map

"Baik nona, saya periksa terlebih dahulu" ucap pak Rendra

Callista mengangguk "Surat kontraknya ada di map warna merah"

"Jika sudah, saya permisi Pak Rendra" ucap Callista sopan namun terkesan tegas

"Terimakasih nona" ucap Pak Rendra membungkuk hormat, yang di balas senyum simpul oleh Callista.

keluar dari ruangan kepala rumah sakit, Callista berjalan menuju kantin karna ia merasa lapar.
Saat Callista berada di depan pintu kantin, manik matanya menemukan seseorang yang ia rindukan belakangan ini

"Kak farrand" gumam Callista

Ya. Lennard Farrand Samido
Dokter muda nan tampan yang sudah Callista anggap sebagai kakaknya sendiri.
Dahulu farrand lelaki yang lahir dari keluarga sederhana, namun berkat kepintaran yang dimilikinya ia berhasil masuk ke universitas impiannya di bantu dengan Xander. sekarang pun ia masih merasa berhutang budi pada Xander atas segala kebaikan yang di berikan kepadanya termasuk menjadi Dokter spesialis di Ainsley Hospital.
Hubungan Callista dan Farrand sangat baik, usia mereka yang hanya terpaut 3 tahun membuatnya mudah untuk sama sama berinteraksi.

"Kak Farrand" panggil Callista dengan mata yang berkaca kaca

Farrand memutar badanya dan terkejut saat melihat Callista berdiri di depannya

"Cal" panggil Farrand balik, dan setelah itu keduanya saling berpelukan melepas rindu

Callista mengangguk "Callista kangen" ujarnya di sela sela tangis

"hey, don't shed your tears dear" ucap Farrand dengan menyeka air mata yang turun dari mata Callista

Callista yang mendengar ucapan tersebut memukul pelan dada farand

"Ngomongnya udah kaya om pedo" sahut Callista terkekeh

"Biarin, sama cewe cantik ini" ujarnya lalu mengecup kening Callista

Tanpa mereka berdua sadari, Faizal dan para anggota yang lain melihat adegan tersebut saat sedang menyantap makanan di kantin.

"Kalah start lo boss" celetuk Oky

"Ganteng mana si ndro?" tanya Varrel pura pura

"Udah, kasian yang lagi panas hati" sindir San

"Bacot" sarkas faizal dan berlalu pergi

Sampai di parkiran rumah sakit, faizal melihat Callista yang sedang berusaha menelfon seseorang.

"Ngapain?" tanya faizal tanpa basa basi

"Nungguin supir" jawab Callista sekenanya dan kembali menelfon supirnya

"Ngga aktif, pulang sama gue" putus faizal

"Ngga usah, gue bisa naik taksi" tolak Callista, namun justru tanganya di tarik oleh faizal

"Naik" titahnya, dengan malas Callista naik keatas motor faizal

Selama di perjalanan, keheningan melanda kedua remaja tersebut sampai faizal berujar

"Besok gue jemput"

"Ngapain? gue bisa berangkat sendiri" sahut Callista

"Turutin apa kemauan gue" tegas Faizal

Callista benar benar merasa kesal sekarang, sampai dengan langcangnya ia mendorong kepala faizal yang tertutupi helm

"Tangan lo lancang Callista" tekan faizal

"Bodoamat" cetus Callista

"Lo ngga akan pernah lepas dari gue" tantangnya

"Gue ngga takut sama ancaman lo" jawabnya berani, yang membuat faizal tersenyum smirk di balik helm full face miliknya

Prince Of WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang