"Elineee!!!"
Teriakan itu membuatku terkejut bukan main.
"Apaan si ra?" tanyaku.
Kenalkan aku Zeline Zakeisha atau sering dipanggil Eline. Saat ini aku melihat ketiga sahabatku masuk kelas sambil menghembuskan napas panjang.
Clara Maisara, Jenia Humeera, dan Iva Nafeesa. Mereka semua adalah sahabatku, yang teriak tadi adalah Clara.
Clara itu orangnya sangat terbuka, bar-bar, sukanya ngegas, ya sebelas duabelas denganku.
Kalau Jenia itu orangnya suka nyanyi dan pintar. Aku sering pergi karaoke bersamanya.
Yang terakhir Iva, sedikit berbeda dengan sahabat-sahabatnya. Ia tak banyak bicara diantara kita bertiga.
Kita satu kelas, XII IPS 2. Di SMA 01 Nusa.
"Ya lo sih, tidur mulu kerjaannya," sungut Clara.
"Nih, gue bawain roti. Lo pasti blom sarapan kan?" tanya Jenia, dan aku hanya mengangguk.
"Kalian dah ngerjain tugas MTK blom?" kini Iva bersuara, dan kita bertiga hanya menggeleng. Iva hanya menghela napas dan mengeluarkan buku tugas MTK nya, ya dia yang paling rajin.
Sedikit cerita tentang kehidupannku. Aku anak dari pasangan Haidar Pratama dan Hanna Daisha. Aku anak ke-2 dari 3 bersaudara.
Kakakku bernama Arbecio Alvarendra sering aku panggil bang Alva. Arbecio artinya anak pertama sedangkan Alvarendra memiliki arti berhati mulia, cerdas, dan beruntung. Dia sosok kakak laki-laki yang penyayang, namun kadang ia keras kepala, juga sangat cerdas.
Kakakku sekarang sedang menempuh pendidikan S1 jurusan IT di Universitas Nusantara, aku dan dia hanya selisih 2 tahun, kita satu SMA di SMA 01 Nusa. Mengingat dulu ia sangat banyak digemari para siswi entah dari kelas X, XI, ataupun XII membuatku hanya menggelengkan kepala. Waktu itu aku masih kelas X dia kelas XII.
Bahkan ia sempat membohongi para penggemarnya dengan berkata bahwa aku ini pacarnya, namun itu tak bertahan lama. Karena sahabat karibnya yang bernama Revan membeberkan semuanya. Jadilah satu sekolah baru mengetahui aku Zeline adik dari Alvarendra.
Adikku bernama Ayana Keysa sering aku panggil aya/yana. Ayana artinya bunga yang cantik, sedangkan Keysa anak perempuan kesayangan. Seperti namanya Aya menjadi anak kesayangan orang tuaku, terutama Mama ku. Aya sekarang kelas 3 SMP.
Dari luar tampak semua baik-baik saja memang. Tapi, jika ditelisik lebih dalam mungkin kalian akan paham.
Bagaimana orang tua ku merawat ketiga anaknya. Bagaimana Papaku yang sangat membanggakan Bang Alva. Bagaimana Aya sangat disayangi Mamaku.
Sejujurnya aku tidak terlalu pandai dalam pelajaran sekolah, ya setidaknya masuk 10 besar. Dalam bidang olahraga aku juga hanya menguasai renang, karena itu hobiku. Namun, disisi lain aku sangat suka menyanyi.
Mungkin kisahku terlalu drama. Aku hanya berharap kalian jangan terlalu berekspetasi yang tidak-tidak. Ikuti alurnya saja ya, semua akan baik-baik saja. Aku yakin itu.
Tapi aku tak tau dengan takdir. Haruskah aku bertahan atau menghilang, bukan lebih tepatnya pergi.
Sudahlah. Tidak terasa bel pulang sekolah telah berbunyi.
Kriiingg.. Kringgg..
"Eline, lo pulang sama siapa?" tanya Jenia.
"Sama kalian aja." jawabku.
"Gue mau kerumah Clara dulu, mau ambil buku sejarah gue." jelas Jenia.
"Yaudah el, nanti gue yang nemenin lo." sahut Iva.
Rumah kita berempat itu satu arah, yang terdekat dari sekolah itu rumahnya Clara, Lalu rumahnya Iva, sedangkan rumahku dengan Jenia itu satu komplek.
Saat ini kita sedang berada didalam bis, pemberhentian pertama dekat dengan perumahan Clara, dia dan Jenia pun turun duluan.
"Kita duluan ya!" pamit mereka, hanya ku balas lambaian tangan. Aku langsung melanjutkan perbincanganku dengan Iva.
Bis berhenti. Menandakan pemberhentian kedua, Iva turun dan melambaikan tangannya. Hanya ku balas dengan senyuman.
Sudah kuduga, dirumah hanya ada Aya dan bi Uyem. Orang tua ku kerja, Papa Haidar menjadi direktur diperusahaan turun temurun dari keluarga Pratama. Kalian tau lah seberapa sibuknya dia, bahkan sekarang ia sedang berusaha merintis agar perusahaannya dapat berkembang dinegara lain.
Mama mempunyai butik yang ia bangun dari nol, bahkan sebelum kenal dengan Papa. Daisha's butik namanya.
Kalo bang Alva yang tak lain dan tak bukan sedang kuliah.
"Aya? Bang Alva belum pulang?" tanyaku kepada adik perempuanku ini yang sedang menonton tv.
"Belum." singkatnya.
"Mau makan apa non?" tanya Bi Uyem.
"Gausah bi, nanti aja. Eline belum laper." setelah mengucapkan kalimat itu, aku langsung naik ke lantai 2. Kekamarku.
Cat putih yang mendominasi kamarku membuatku sedikit tenang. Langsungku membaringkan tubuhku ke kasur. Melepas penat, dari banyaknya tugas, materi, dan hal lainnya.
Sekitar 20 menit aku tidak bergerak dari posisi ternyaman ini. Hingga tiba-tiba kakakku mengetok pintu kamarku.
Tok.. Tok.. Tok..
"Masuk! Pintunya ga dikunci." ujarku.
"Zel, pinjem uang dong," pinta bang Alva sambil melangkahkan kakinya masuk kekamar. Ternyata dia sudah pulang.
"Buat apa?" tanyaku, jujur saja ini sudah menjadi kebiasaannya.
"Gue mau pergi sama pacar.." jelasnya sambil menggaruk tengkuknya.
"Idih, emang lo punya pacar?" sungutku. Kini kita duduk berhadapan diatas kasur abu-abu ku.
"Punyalah, gak kayak lo jomblo mulu." dia menekan kata jomblo.
"Oh. Yaudah ga gue pinjemin." aku kesal.
"Aishhh, becanda doang gue. Pinjemin yaaa..." pintanya sambil memohon dengan menyatukan kedua tangannya didepanku.
Aku hanya melihatnya malas, dan segera beranjak dari kasur ke meja belajarku untuk mengambilkan uang. Saat membuka kotak uangku sudah terlihat tinggal beberapa lembar uang.
Heran saja, kenapa Bang Alva sangat sering meminjam uang. Bukannya tidak mau meminjaminya, tapi bukannya kebalikan ya? Harus dia yang memberiku uang. Huh.
Kata Bang Alva, karena mudah meminta denganku. Kalau minta Papa atau Mama pasti akan dimarahi. Karena, biasanya hanya akan dipakai hang out dengan teman-temannya, pacarnya, atau apalah itu.
Darimana juga aku mendapat uang ini? Aku kerja paruh waktu di minimarket dekat sekolah. Lagi-lagi tidak ada yang tahu, hanya Clara, karena dia sering ke minimarket itu. Aku memintanya untuk tidak memberi tahu siapapun.
Alasannya? Nanti kalian akan tau..
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIANTARA
Teen FictionHanya mengisahkan tentang Zeline Zakeisha gadis berusia 18 tahun. Dimana ia sama sekali tidak ingin membebani orang lain. Dengan memendam semua apa yang menyakitkan dan ia rasakan. Aku berharap kalian jangan terlalu berekspetasi yang tidak-tidak. I...