Selanjutnya

11 0 0
                                    

Beberapa hari setelah kejadian malam itu, aku berusaha untuk terlihat baik-baik saja. Entah itu dirumah, disekolah atau saat aku pergi menemui Dokter Sam. Aku hanya akan menjawab pertanyaan dari orang-orang dengan apa adanya.

"Kapan kita mau ngerjain tugasnya?" tanya Iva sembari membereskan bukunya.

"Nanti juga gapapa," ujarku.

"Dirumah lo ya el, kita gapernah kerumah lo." aku yang sedang minum seketika tersedak.

Aku terkejut, karena memang kenyataan 3 tahun sejak masuk SMA aku belum mengajak mereka kerumah. Untuk sekedar main, mampir, atau lainnya. Hanya Jenia, ya karena dia tetanggaku.

"Yakin?" tanyaku,

"Emangnya kenapa? gabisa?" tanya Clara.

"Bukan gitu, tapi gapapa kalo dirumah gue?" tanyaku menyakinkan.

Clara, Iva, dan Jenia hanya saling bertatap. Hingga Clara angkat bicara, "Gapapa gue mah, Iva ama Jenia?"

"Gue kan deket, jadi gapapa. Va?" Jenia bertanya kepada Iva.

"Kuyy gas ngengggg..."

"Yaudah, pulang sekolah langsung ya?" mereka bertiga hanya mengangguk.

"Kalian mau ke kantin gak?" tanya Clara,

"Gue mau ke perpus aja ra," jawabku.

"Gue ikut Eline ke perpus deh, Iva mau ke kantin kan?"

"Kalo gitu nanti kita susulin ke perpus ya, byeee.." Iva dan Clara berjalan keluar kelas. Aku dan Jenia pun bergegas ke perpus.

Perpustakaan

Aku dan Jenia duduk dipojok perpustakaan. Saat ini Jenia sedang membaca buku, sedangkan aku hanya menelungkupkan wajah diatas meja.

"El?" aku hanya berdehem.

"Ada yang pengen gue omongin sama lo."

"Apa?" aku sama sekali tidak berubah posisi.

"Soal Clara sama bang Alva."

Kalimat yang dikeluarkan Jenia membuatku terkesiap. Aku langsung mendongakkan kepala menghadap Jenia.

"Kenapa?" kini raut wajahku berubah serius.

"Lo belum kenalin mereka kan? bahkan Iva juga ga kenal sama abang lo kan?"

"Iya, mereka cuma sekedar tau kalo gue punya abang. Selebihnya kaya nama dan apapun itu gue rasa gatau." jelasku.

"Masih inget kejadian tempo hari yang gue ketemu Clara jalan sama cowok?"

"Yang lo omongin dikantin?" tanyaku kembali. Hanya dibalas anggukan oleh Jenia.

"Jangan bilang, Clara jalannya sama bang Alva?" lanjutku.

"Jackpot!!" jawab Jenia dengan yakin.

"Yang bener aja lo anjir," aku masih belum percaya.

"Itu yang gue liat el, mereka jalan berdua. yaa kayak orang pacaran lah." Jenia menyakinkanku.

"Kita buktiin aja nanti dirumah lo, bang Alva lagi libur kan?" tanya Jenia, aku mengangguk "Iya, tapi kalo mereka ketemu apa gak kaget?"

"Udah santai, liat aja nanti. Tuh, panjang umur Clara." Benar saja Clara dan Iva datang masuk ke perpus.


































KRINGGG.. KRINGG..

Bunyi bel sekolah menandakan waktunya pulang. Seperti yang sudah direncanakan Aku, Jenia, Clara, dan Iva akan kerja kelompok.

DIANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang