PLAK!
Tamparan itu lolos mendarat dipipi kananku. Aku hanya melihat Bang Alva dengan tatapan kecewa. Suasana dibelakang minimarket semakin mencekam karena hanya ada Aku, Clara, dan Bang Alva.
"Lo gak usah sok ikut campur sama urusan gue!!" Dia membentakku dengan begitu kerasnya.
"Tapi lo udah ngehancurin hidupnya Clara!!! Lo sadar gak sih Clara sahabat gua bang!!" Aku tak mau kalah bahkan air mataku datang dengan sendirinya.
"Udah el, udah.." Clara dengan susah payah melerai.
Tanpa perasaan, Bang Alva mendorong Clara hingga tersungkur dan segera mencengkram seragam kerjaku. Kurasa dia lupa bahwa aku ini adalah seorang perempuan.
"Gak peduli lo adik gue apa bukan, gak peduli lo cewek apa cowok. Siapapun yang ngusik urusan gue, habis lo ditangan gue." Satu per satu kalimat ia ucapkan dengan tegas, lalu aku melihat tangannya bersiap ingin menamparku kembali. Aku hanya memejamkan mata dengan pasrah.
BRUK!!
Cengkraman itu lepas begitu saja. Lalu aku langsung menghampiri Clara untuk memastikan bahwa dia baik-baik saja.
"SETAN!"
BUGH! BUGH! BUGH!
"Cowok brengsek! Beraninya ama cewek! sialan!"
BUGH!
Aku melihat Bang Alva sudah tak berdaya karena serangan dari Nathan. Ya, Nathan datang dengan mata nyalang dan memukuli tanpa ampun. Bang Alva hanya tersenyum remeh dan berkata, "Anak ABG sekarang ga punya akhlak. Nathan Saputra, Bakal gue inget nama lo." Dengan sempoyongan dia berjalan menjauh dari tempat kejadian.
"Eline lo gapapa kan?" Nathan datang menghampiriku.
"Gue gapapa Nat, gue gapapa...." Aku memeluk Clara saat itu juga dan menumpahkan air mata bersama.
"Gue minta maaf Ra, gue minta maaf.. Semua salah gue. gak seharusnya jadi begini..." Clara menggeleng dengan cepat.
"Udah terjadi El, gue udah kehilangan semuanya. Terus gue harus gimana???"
"Lo tenang ya ra, gue bakal omongin ini ke nyokap bokap gue." Aku mencoba menenangkannya.
"Gue harap lo bisa secepatnya bikin Rendra tanggung jawab, karena gue gabisa ngurus ni anak sendirian."
Aku menyusuri jalan sendirian, waktu menunjukkan pukul 21.00 malam. Aku sengaja mematikan ponselku, agar tidak ada satupun yang mencariku. Aku menghela napas panjang. Kenapa ada saja hal yang bikin aku tak habis pikir? Apakah aku menyelesaikannya sendirian?
"Darimana?" Langsung menghentikan langkah, aku mencari asal suara.
"Kerkom." Singkatku, lalu kita berjalan bersama.
"Pinter banget boongnya zel, Lo kira gue gatau?" Aku menatap Ajun kilat.
"Tau apa emangnya?" Tanyaku.
"Masalah bang alva kan? Tu pipi lo merah juga ditampar ama dia kan?" Tentu saja aku terkejut dengan pertanyaanya, bagaimana dia tau?
"Yaudah kalo tau jun, ga perlu gue jelasin ya?" Ajun hanya menatapku.
"Duduk dulu deh zel," Dia menarikku untuk duduk dihalte dekat perumahan. Aku hanya memasang wajah heran.
"Kasihan gue ama lo." Ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIANTARA
Teen FictionHanya mengisahkan tentang Zeline Zakeisha gadis berusia 18 tahun. Dimana ia sama sekali tidak ingin membebani orang lain. Dengan memendam semua apa yang menyakitkan dan ia rasakan. Aku berharap kalian jangan terlalu berekspetasi yang tidak-tidak. I...