"Juna!!!"
Teriakanku berhasil menggema dikantin. Sedangkan yang ku panggil namanya hanya melihatku sambil melambaikan tangannya. Mengisyaratkanku untuk mendekat.
"Ga malu apa?" tanya Juna dingin.
Dia adalah Arjuna Narendra. Aku memanggilnya Juna atau ajun, yang dulu suka sekali menggangguku. Dari bangku sekolah dasar sampai sekarang kita satu sekolah. Dia masuk jurusan Ipa dan aku Ips kalau kalian lupa.
Bahkan, dulu kita satu komplek. Tapi karena ada suatu peristiwa yang tidak mengenakkan, keluarganya memutuskan untuk pindah. Rumah itu sekarang ditinggali oleh keluarganya Jenia.
"Engga," jawabku acuh.
"Cepetan mau pesen apa? biar gue yang bayar." tawarnya.
"Kak Ros, nasi gorengnya 1 sama es jeruknya 1."
Setelah memesan aku mengajak Juna untuk duduk bersama dengan sahabat-sahabatku.
"Kalian belum pesen apa-apa?" tanyaku sambil menaruh pesananku. Aku bertanya karena mereka hanya duduk dan tidak memakan apapun.
"Ternyata nyamperin Juna toh," ucap Iva.
"Jadi obat nyamuk deh." sungut Clara.
"Yailah, gue tanya apa...jawabnya apa.." aku menghela napas.
Sedangkan Juna hanya diam dari tadi, padahal dulu dia adalah orang yang sangat cerewet. Kalian nanti akan tau apa penyebab berubahnya Juna.
"Belum laper kita El," ujar Jenia.
Aku hanya mengangguk dan melanjutkan aktivitas makanku.
Selang beberapa menit Iva, Jenia, dan Clara ingin kembali ke kelas.
"Balik kelas yuk," ajak Clara.
"Tumbenan, kenapa?" tanyaku.
"Gue belum ngerjain tugasnya Bu Susi nih. Va, lo udah selesai kan?" Iva yang ditanya hanya mengangguk.
"Heh ra, jangan kebiasaan ga ngerjain tugas deh." ujar Jenia.
"Gu- gue lupa,, iya lupaaa.." Clara beralasan.
"Lupa apa lupa ha? Gue tadi malem ngeliat lo jalan ama cowok anjir." aku yang mendengar perkataan dari Jenia sontak melotot.
"Lo punya cowok? Siapa? Kok ga ngasi tau kita!" tanyaku bertubi-tubi.
"Aisshhh Jen, Bukan urusan kalian yaa.. Ayo Va kita ke kelas." Clara menarik Iva untuk kembali ke kelas.
"Wahhh, gue harus mengintrograsi Clara nih." saat aku hendak melangkahkan kakiku, tiba-tiba Juna menahan tanganku.
Jenia yang paham situasi, langsung berdiri dan berkata. "Biar gue aja El yang tanya sama Clara. Kayaknya pawang lo mau ngomong sesuatu, gue duluan ya."
"Pawang pawang pala lo peyang," gerutu ku.
Aku kembali duduk disamping Juna. Agak canggung sih, tapi aku mencoba untuk biasa saja.
"Kenapa?" tanyaku sambil menghabiskan es jeruk.
"Ya lo yang kenapa, tadi kenapa manggil gue ha?" aku hanya menepuk jidat dan Juna berdecak.
"Maap Jun, jangan marah dulu ya.." aku berusaha bicara dengan tenang.
"Iya.. Iya.. Cepetan, keburu masuk kelas nanti." ujar Juna dan aku hanya menghela napas. Kini aku menatap kedua bola matanya serius.
"Gue kangen Anjani." Juna hanya menatapku sendu.
"Lo kenapa? Ada masalah?" sudah kuduga, dia akan mempertanyakan hal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIANTARA
Teen FictionHanya mengisahkan tentang Zeline Zakeisha gadis berusia 18 tahun. Dimana ia sama sekali tidak ingin membebani orang lain. Dengan memendam semua apa yang menyakitkan dan ia rasakan. Aku berharap kalian jangan terlalu berekspetasi yang tidak-tidak. I...