Chapter 3

3.3K 155 9
                                    

Levi keluar dari ruangan kantor Hanji dengan masih menyimpan amarah dan rasa frustasi. Percakapannya dengan Hanji tadi sukses membuatnya memijat kening lantaran rasa pusing yang secara tiba-tiba menyerang kepalanya.

"Hei, jangan bercanda kau Megane!" Levi meninggikan suaranya. Tangannya mencengkram kerah baju Hanji, mengangkat si pemilik hingga tubuhnya menggantung di udara. Sedang Hanji hanya menggigit bibir bawahnya, namun tak melepaskan sedikitpun pandangan dari lawan bicaranya, yang manakala siap kapan saja untuk menghabisinya.

"Aku tau ini pasti berat untukmu, Levi. Tapi kita sudah melangkah sejauh ini, kita tidak bisa mundur lagi."

Levi melepaskan Hanji, membiarkan komandan bermata satunya itu melanjutkan perkataannya. Mencoba mendengarkan baik-baik setiap kata yang keluar dari mulutnya. Hanji lalu memungut kembali kertas lecek berwarna coklat dari bawah mejanya yang sempat terjatuh tadi. Merapikan kembali bagian lembaran itu agar dapat dibacanya.

"Seperti yang sudah ditulis Eren dalam surat ini, dia akan menyerang Liberio, dan meminta kita datang untuk menjemputnya. Dia akan kembali membawa Zeke Yeager."

Masih serius dengan perkataannya Hanji melanjutkan, "Kita akan bekerja sama dengan Zeke Yeager dan menggunakannya untuk memicu kekuatan Founding titan dalam diri Eren muncul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih serius dengan perkataannya Hanji melanjutkan, "Kita akan bekerja sama dengan Zeke Yeager dan menggunakannya untuk memicu kekuatan Founding titan dalam diri Eren muncul. Dia satu-satunya keluarga kerajaan yang tersisa yang memiliki kekuatan titan. Saat tiba di sini kita bisa saja merebut kekuatan Beast menggunakan prajurit lain, tapi garis darah kerajaan akan hilang. Kita tidak bisa menggunakan Historia lagi, karena dia sedang hamil."

"Dasar wanita sialan itu, dia mempermainkan kita dengan kata-katanya, dan para militer bodoh itu mempercayainya begitu saja. Ternak anak? Cih, orang gila mana yang mau melahirkan banyak anak yang pada akhirnya dimakan juga?" Levi menggeram, menahan amarah

"Itu adalah pilihan Historia sendiri. Kita tak bisa mencegahnya." Derakan kursi mengambil duduk di atasnya, Hanji meraih gelas lalu mengisinya dengan air dalam ketel di sebelahnya dan meminumnya, berharap dengan itu bisa menjernihkan pikirannya yang kacau.

"Eren, anak sialan itu berniat menghancurkan Marley dan Liberio ya? Itu artinya akan ada penduduk sipil yang terkena dampaknya. Anak-anak, para orang tua yang tidak berdosa?"

Hanji bergumam dan mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Levi. Menyerah pada keadaan, dia juga pasrah karena otaknya sudah buntu memikirkan bagaimana cara keluar dari masalah ini.

"Seharusnya dulu aku berhasil membunuh monyet bajingan itu. Padahal sedikit lagi. Siaal."

Levi menendang kursi di depannya hingga hancur berkeping-keping

"Kita tidak bisa berbuat banyak. Dengan atau tidaknya kita mencegah Eren, dia tetap akan melakukan invasi itu. Dan mau tak mau kita harus membawanya pulang. Tanpa Eren, Paradis bukan apa-apa. Kita terpaksa bekerja sama dengan Zeke."

Terpatri jelas dalam ingatannya, Levi saat itu telah mengucapkan janji pada komandan sekaligus sahabat baiknya, Erwin Smith. Dia berjanji akan membunuh Zeke Yeager dengan tangannya sendiri, menyuruh Erwin mati pergi ke neraka dan melupakan impian masa kecilnya. Erwin rela mengorbankan hidupnya sendiri, supaya Levi berhasil mengalahkannya.

FriedenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang