Tumpukan baja penampang rel itu terususun rapi. Dengan tangan seorang Mikasa, semua diangkat dengan mudahnya. Membuat teman-temannya mengernyit ngeri, satu baja itu saja beratnya mungkin 2x dari tubuh si gorilla Reiner. Tapi gadis itu mengangkat tiga sekaligus. Ck ck.
"Padahal aku sudah sering melihatmu seperti itu, tapi kau masih saja membuatku kaget, Mikasa."
Sasha menganggukkan kepalanya setuju, "Kau tau Connie, Ackerman memang mengerikan."
Sedang orang yang dibicarakan hanya melirik sekilas. Sudah tengah hari, mereka berencana kembali ke barak. Untungnya hari itu akhir pekan, jadi mereka diberi waktu setengah hari menyelesaikan rel kereta, dan bisa pulang cepat.
Mikasa sudah tidak sabar mengistirahatkan tubuhnya, kenapa rasanya ia lelah sekali. Padahal biasanya ia kuat-kuat saja melakukan pekerjaan seperti itu. Mungkin dari efek tubuhnya yang kaku, dan sudah lama ia tak melatih otot-ototnya.
Suasana di barak cukup sepi, di hari yang panas pada akhir pekan seperti ini para prajurit lebih memilih menghabiskan waktu di kantin barak atau pulang ke rumah masing-masing, memanfaatkan waktu sebisa mungkin. Itu jika kau punya keluarga, dan Mikasa bukan termasuk.
Perutnya lapar, tapi kakinya malah membawanya ke tempat itu. Tangannya membuka handle pintu ruang latihan, bau pengap seketika menguar dari tempat itu. Ruang latihan yang Mikasa datangi saat ini jarang dipakai, karena jarak yang cukup jauh dari asrama utama dan pencahayaan yang minim, membuat ogah para prajurit berlatih di tempat ini.
Tapi berbeda halnya dengan Mikasa, ia malah suka. Karena di tempat ini, ia tak perlu mendengar suara bising orang-orang yang suka bergosip tentang tubuh para prajurit. Baik pria atau wanita, mereka sama saja. Membicarakan dada, perut, lengan, seperti manusia kelebihan hormon.
Mengganti kemeja dan celananya dengan pakaian training yang biasa ia gunakan untuk berlatih, Mikasa keluar dari ruang ganti di pojok ruangan. Suaranya hampir memekik saat melihat orang lain yang tiba-tiba berada di ruangan itu sedang serius memukul samsak tinju.
"Sedang apa kau di sini, Heishicho?"
Levi melirik sekilas dari sudut matanya, tanpa mengalihkan pandangan dari kegiatannya ia menjawab, "Apa kau buta?"
Mikasa tak peduli. Ia melangkahkan kaki ke tempat tak jauh dari Levi berlatih. Tubuhnya melakukan gerakan sit up, push up untuk melatih otot tangan dan kakinya. Sudah lama ia merindukan ini, sejak timnya diberi misi untuk membantu pembangunan jalur kereta di wall rose, ia jarang melatih tubuhnya, rasanya benar-benar kaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Frieden
FanfictionMikasa Levi - Mikasa Eren Rated M (pembaca di bawah umur harap mundur) Setting Canon. Banyak time skip. OOC maybe, silakan menilai sendiri. "Mikasa bingung akan perasaannya terhadap Eren, seiring waktu ia seperti tidak mengenal pemuda itu. Semua hal...