Mikasa Levi - Mikasa Eren
Rated M (pembaca di bawah umur harap mundur)
Setting Canon. Banyak time skip. OOC maybe, silakan menilai sendiri.
"Mikasa bingung akan perasaannya terhadap Eren, seiring waktu ia seperti tidak mengenal pemuda itu. Semua hal...
Kadang mandi air panas mampu menyegarkan kembali ingatan Mikasa. Hampir setengah jam ia berada di bawah pancuran air, dan mencuci rambutnya lagi, menambahkan shampo lebih banyak. Setelah itu rambutnya lebih mengembang dan kulitnya jadi cemerlang.
Ketika menatap cermin, Mikasa tak urung memperhatikan memar dan kemerahan yang mewarnai kulitnya. Bekas-bekas gigitan yang semula berwarna ungu kini perlahan memudar menyisakan warna kehijauan yang memuakkan.
Perut Mikasa melilit, suatu perasaan yang sekarang timbul, seperti diperas habis karena mengingat kata-kata dan ketidakpastian yang mencekik.
Dengan cara yang sederhana, Levi telah menyelamatkannya. Tadi malam, usai obrolan singkat mereka, Levi menyentuhnya lagi, memberikan kenangan-kenangan baru. Kulitnya yang pucat, kini merona mengingat pria itu dan tindakannya.
Mikasa merasa lebih baik, tetapi dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Ada sedikit perasaan cemas yang melingkupi hatinya, kala mendengar Levi akan pergi.
.
Hal pertama dalam agendanya hari ini adalah menemui Nicolo. Bersama dengan Armin, Jean, dan Connie, mereka berjanji untuk bertemu Hanji dan Onyankopon di restoran koki asal Marley itu. Niat mereka adalah mempertanyakan pasal beberapa relawan Marleyan yang ditahan akhir-akhir ini. Mengingat pria itu bekerja di bawah tangan Yelena, pasti ia mengetahui sesuatu.
Namun Nicolo tampak sibuk, sepertinya ia memiliki pelanggan lain. Sudah lima belas menit berlalu, namun Hanji dan Onyankopon tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Kopi yang disesapnya sejak tadi sudah dingin. Pahit. Tidak enak. Mikasa lebih menyukai teh. Eh? Sejak kapan?
Suara gaduh di sebelah ruangan mengalihkan atensi keempat muda-mudi itu. Dengan tergesa, mereka berlari ke tempat keributan itu berasal. Nampak disana Nicolo dengan pisau di tangannya berdiri memegang bocah laki-laki yang tak sadarkan diri dengan kepala berlumuran darah, dan seorang gadis cilik dengan pipi biru lebam, mulutnya mengeluarkan darah tersungkur di lantai.
"Apa yang kau lakukan pada Ben dan Mia, Nicolo-kun?" Itu tuan Blouse, ayah dari sahabatnya, Sasha. Kedua anak itu, Mikasa ingat. Mereka adalah kandidat ksatria dari Marley, sekaligus gadis kecil itu yang telah menghilangkan nyawa sahabatnya, Sasha.
"Dialah yang membunuh Sasha. Dialah yang membunuh putri anda." Tunjuk Nicolo pada gadis kecil yang dipanggil Mia tadi, atau bisa dibilang Gabi.
"Blouse-san, ambilah. Jika anda tidak ingin membunuhnya, maka aku akan melakukannya." Tangan Nicolo bergerak seolah akan menggorok leher Falco saat itu juga.
"Hentikan, Nicolo." Suara Jean mencoba mengingatkan untuk tidak melakukan tindakan bodoh.
"Kalau kau punya orang yang spesial, aku juga punya. Orang Eldia, keturunan iblis, tapi dia adalah orang yang paling menikmati makananku. Dia telah menyelamatkanku dari perang bodoh ini. Dia menunjukkan bahwa aku bisa memberikan kebahagiaan lewat makananku. Dia adalah Sasha Blouse. Wanita yang telah kau bunuh." Ungkapan putus asanya membuat semua orang di ruangan itu terenyuh.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.