Saat kepingan kenangan itu muncul lagi, Mikasa tak tahu entah kenapa ia merasa tidak puas dengan kebebasan. Karena kebebasan itu belum sempurna. Tentu saja ia bebas kemanapun ia mau, kecuali ke negara musuh. Bebas melakukan apapun yang ia inginkan, kecuali berteman dengan manusia di luar pulau.Bukan. Mikasa tidak pernah menginginkan hal besar seperti impian Armin atau Eren. Hal sederhana sudah cukup menjadi landasan untuknya bertahan. Bahkan ia sudah lupa apa impian masa kecilnya semenjak nyawa orang tuanya direnggut. Pertemuan pertamanya dengan Eren dalam kondisi yang tidak tepat, tapi bisa dibilang juga sebagai anugerah.
Menjalani kehidupan dengan tenang bersama Eren adalah impiannya saat ini. Kadang Mikasa mengabaikan fakta bahwa di dunia mereka tinggal, mayoritas hal adalah misteri. Kematian adalah sesuatu yang lebih dekat daripada nadi mereka sendiri.
Termasuk fakta beberapa tahun lalu yang baru ia ketahui, fakta bahwa kehidupan titan shifter akan berakhir setelah 13 tahun mewarisi kekuatan titan. Pada awalnya ia mencoba menolak kebenaran yang diceritakan Eren, tapi jelas ingatan Eren yang didapat dari ayahnya yang juga seorang shifter dari luar dinding, sulit sekali untuk diragukan.
Eren dan Armin. Dua orang paling berarti dalam hidupnya akan meninggalkan nya. Secepat itukah waktu yang dimiliki mereka? Eren akan meninggal di umur 23 tahun, sedangkan Armin di umur 28 tahun. Mikasa tidak siap.
Sepertinya Eren berpikiran lain, yang pasti ia tak mau menyia-nyiakan umur pendeknya. Menolak keinginan militer mengorbankan Historia untuk mempertahankan keturunan raja yang memiliki kekuatan titan. Eren tidak ingin sejarah saling memakan terus berulang, melahirkan anak hanya sebagai wadah pewaris titan. Itu yang Mikasa tangkap dari penolakan Eren. Kejadian dengan Grisha pasti membuatnya trauma. Tapi mereka tidak punya pilihan.
Mungkin sebab itulah, Survey Corps memisahkan Eren dan Zeke. Entah apa yang direncanakan keduanya. Akan lebih aman jika kekuatan Zeke lebih dulu diberikan pada Historia, tapi gadis itu memilih hamil. Itu yang membuat Mikasa terus bertanya. Tapi jika rumbling terjadi, bukankah seharusnya Mikasa senang. Eren berada di pihak mereka, para titan itu akan menghancurkan militer Marley dan memberi ancaman pada dunia untuk tidak mengusik Paradis dalam waktu dekat.
Namun semua hal yang Eren lakukan di luar ekspektasinya. Harus sejauh itukah ia bertindak. Eren berniat menghancurkan dunia. Sesaat setelah ia mendengar gemuruh, seketika Mikasa berada di tempat aneh. Segala sesuatunya terasa begitu dekat dan terhubung dalam satu waktu.
"Namaku Eren Yeager. Aku menggunakan kekuatan Founding titan untuk berbicara pada semua subyek Ymir. Seluruh dinding di pulau Paradis sudah dihancurkan dan semua titan yang terjebak di dalamnya sudah bergerak. Tujuanku adalah melindungi pulau dimana aku dilahirkan dan dibesarkan. Tapi dunia ingin orang-orang Paradis bahkan subyek Ymir musnah. Aku menolak keinginan itu. Titan dalam dinding ini akan pergi ke luar pulau ini, sampai semua nyawa yang ada di sana musnah dari dunia ini."
Eren kembali padanya. Tapi apakah ini keputusan yang tepat? Mikasa meragukannya. Hatinya menolak fakta bahwa Eren melakukan pembunuhan massal demi Paradis. Apakah pria itu masih menjadi Erennya yang Mikasa kenal sebagai pria polos baik hati seperti dulu?
Tangan Mikasa berpegangan kuat pada pelana kuda, sedangkan satu manusia yang duduk di belakangnya menggerakan tali kekangnya dengan tenang. Sejak beberapa waktu lalu, mereka memutuskan meninggalkan pondok untuk segera menemui Hanji. Ketenangan luar biasa Levi mengusik Mikasa, berbanding terbalik dengan pikiran dan tubuhnya yang mengeras pada titik tertentu dimana dapat Mikasa rasakan beberapa kali menggesek pada tubuh bagian belakangnya.
"Berhenti berpikiran kotor, Pak Tua." Ancam Mikasa dengan nada memperingatkan.
"Salahmu sendiri yang hanya membawa satu kuda."
KAMU SEDANG MEMBACA
Frieden
FanfictionMikasa Levi - Mikasa Eren Rated M (pembaca di bawah umur harap mundur) Setting Canon. Banyak time skip. OOC maybe, silakan menilai sendiri. "Mikasa bingung akan perasaannya terhadap Eren, seiring waktu ia seperti tidak mengenal pemuda itu. Semua hal...