Chapter 5

3.1K 132 19
                                    

Aroma musim panas berlalu berganti aroma hujan. Langit nampak murung, menghembuskan angin kelabu yang tak nyaman, menghapus sisa-sisa kehangatan yang membuat tubuh terasa lelah pada siang hari. Walau terlihat mendung, sepertinya hujan masih enggan turun.

Mikasa melamun dalam langkahnya, dua gadis muda berambut pirang dan coklat setia mengekor. Dipandangnya sisi kiri dan kanan, hanya lorong kosong melompong. Hari ini adalah jadwal piketnya bersama Sasha dan Louise. Mereka ditugaskan untuk merapikan senjata 3d manuver yang tak terpakai dan sisa tabung gas bekas yang ada di gudang.

Rencananya besok semua peralatan usang itu akan dibawa kembali untuk diperbaiki dan akan disalurkan ke pelatihan trainee para kadet baru. Dan tugas mereka di sini adalah memilah mana peralatan yang sekiranya perlu diperbaiki dan yang tidak.

Peralatan rusak macam ini banyak terdapat di markas Survey Corps, mengingat dulu divisi ini selalu kehilangan banyak pasukan saat ekspedisi ke luar tembok menghadapi para titan. Bisa dibilang juga, Survey Corps adalah divisi yang paling boros dalam menghabiskan dana pemerintah. Peralatan dan kuda para anggota Survey Corps sering kali hilang atau rusak saat misi. Dikejar para titan pasti membuatmu memilih memprioritas hidupmu lebih dulu.

Jadi tak heran, jika masyarakat dinding dulu sangat membenci mereka. Karena dianggap menyia-nyiakan pajak yang mereka bayarkan pada pemerintah hanya untuk suatu tujuan yang tidak jelas. Apalagi jika misi yang dijalankan mereka gagal dan banyak memakan korban jiwa, semakin hilang rasa kepercayaan masyarakat pada divisi ini.

Waktu berubah, semua juga berubah. Akhirnya Survey Corps bisa membalikkan keadaan. Mulai dari penutupan distrik Trost, penangkapan Female Titan, kudeta raja palsu, pengambilalihan Wall Maria, dan pengungkapan rahasia tentang dunia yang dihapus raja Karl Fritz dari ingatan orang Paradis oleh Eren Yeager, sudah dapat membungkam mulut orang-orang yang dulu begitu membenci mereka. Meski ada harga mahal yang harus dibayar untuk sampai ke titik ini, mereka harus terus maju bukan? 

Gudang pasukan Survey Corps terdiri dari 2 ruangan. Satu ruangan menyimpan persediaan tabung gas, dan sisanya menyimpan peralatan manuver 3d lengkap seperti pegangan tangan dan pedang, kait yang bisa ditembakkan, mekanisme tenaga gas, serta tempat penampung gas dan pedang.

Mereka membagi masing-masing orang untuk setiap ruangan. Mikasa bertugas memindahkan gas, sedangkan dua orang lainnya bertugas merapikan dan memilah peralatan manuver 3d yang masih bisa digunakan.

Selalu saja Mikasa yang mendapat bagian angkat-angkat seperti ini. Memang sih dia kuat, titlenya sebagai prajurit yang kekuatannya setara seratus prajurit tak diragukan lagi. Tapi bukankah ini sedikit keterlaluan? Ia selalu mendapat jatah pekerjaan berat seperti ini dibandingkan para prajurit wanita lain. Mikasa bukan gorilla seperti Reiner, seharusnya mereka menyuruh pria besar untuk melakukan ini.

"Ayolah, Mikasa. Kau kan kuat. Jadi aku mohon, manfaatkanlah kekuatanmu itu untuk sedikit meringankan pekerjaan kami." Sasha memohon dengan mata memelas seperti anak kucing minta makan, dan lagi lagi Mikasa hanya bisa menghela nafas. 

"Hm, baiklah. Tapi lain kali saat kita sedang piket bersama, giliranmu untuk mengangkat gas dan batu-batu berat itu, Sasha."

"Yey, terima kasih Mikasa. Kau memang temanku yang paling baik. Kau penyelamat hidupku. Aku takut sekali jika harus masuk ke gudang gas itu. Katanya di sana seram. Sudah cukup aku melihat hantu pagi ini." Sasha memang terlalu berlebihan jika melakukan sesuatu. Seperti saat ini, dia sedang memeluk Mikasa erat dengan senyuman bodoh karena kelewat senang. Mikasa hanya tersenyum melihat kelakuannya.

"Tentu saja. Mikasa-san kan memang orang baik yang suka menolong orang lain. Dia dulu juga menyelamatkanku dan penduduk Trost dari titan, itulah motivasiku memasuki Survey Corps. Sebab aku ingin menjadi prajurit yang kuat sepertimu, Mikasa-san." Louise ikut menimpali.

FriedenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang