Tanpa praduga dan curiga, malam membawakan aku segudang pekat, diam-diam tanpa bisik, pun pertanda. Kala itu langitnya tampak terlalu luas tanpa sang kartika, sebagai gantinya ia ajak serdadu guruh untuk membujukku tetap terjaga. Aku tentu marah. Malam pernah berjanji tidak akan lagi membuatku kesakitan dan nyatanya, kini ia ingkar. Mereka apatis terhadapku yang gentar, langit ikut sembunyikan orakelnya dariku yang bersujud menawar. Sumpah serapah dan tangisan adalah kesia-siaan.
Pada akhirnya, aku tetap merengkuh resah, hingga nadiku melemah dipeluk kepulangan fajar.
22/03/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Lapang, Lantur.
Poetrysebab benakku tak lelah angkat suara, hantarkan larik-larik yang hanya ia paham. aku coba lapangkan segala kelanturannya dalam prosa yang mungkin tak ingin kaudengar. Picture by Yusuf Evli on Unsplash Edited by Aksara- copyright 2020 by Aksara-