Agaknya dibelenggu, terkaput-kaput dalam penyenduan yang larut sebab sukma menggebu, semarakkan didih embun yang tertuang riuh, kobarkan daksa yang enggan, sulutkan senyap api nan padam. Agaknya lagi, ia datang dengan juta-juta kegelapan teramat kelam, tawar giur seteguk-teguk kepergian, bentangan tangan ajak lepas dari bentala seolah ia tahu pilu-pilu yang menganak dalam dada.
Satu dari seribu kemungkinan, bukan sekarang ia henti waktu dan menghilang. Satu dari seribu pilihan, bukan aku yang ia ajak pulang.
24/04/20.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lapang, Lantur.
Poesíasebab benakku tak lelah angkat suara, hantarkan larik-larik yang hanya ia paham. aku coba lapangkan segala kelanturannya dalam prosa yang mungkin tak ingin kaudengar. Picture by Yusuf Evli on Unsplash Edited by Aksara- copyright 2020 by Aksara-