Seven

12.3K 1.8K 564
                                    

Happy Reading :)))

Taeyong terlihat gusar. Beberapa kali pria mungil itu terlihat mondar-mandir tidak jelas. Hatinya benar-benar tidak menentu saat ini. Dia merasa hatinya sakit, sangat sakit. Perasaan sakit ini sama seperti saat dia kehilangan Jaehyun, sama seperti saat dia memutuskan untuk pergi dari Jaehyun. Dia juga sama sekali tidak tahu mengapa perasaannya benar-benar gundah seperti ini. 

Pria mungil itu menatap ke arah jam tangannya. Masih setengah jam lagi sampai David pulang sekolah. Dia ingin segera bertemu dengan anaknya itu, dan memeluknya dengan saat erat. Dan kini, perasaannya semakin tidak menentu. Pria mungil itu meraih tasnya hendak pergi untuk menjemput David, namun suara ponselnya menghentikannya. Ia mengambil ponsel dari tasnya, dan kemudian tersenyum ketika melihat siapa yang meneleponnya. Dengan cepat pria mungil itu mengangkat telepon, sama sekali tidak ingin membuat si penelepon menunggu lama.

"Hallo eomma."

"Hallo sayang. Maaf ya eomma baru bisa menelepon sekarang, akhir-akhir ini eomma sangat sibuk sekali."

"Tidak apa-apa eomma, aku mengerti. Eomma sudah makan? Bukankah sekarang di Korea sudah malam?" Taeyong kembali duduk. Ia tersenyum, hatinya merasa cukup tenang mendengar suara ibu kedua baginya. 

"Sebentar lagi eomma makan nak, eomma sedang menunggu appa. Sayang, mana cucu eomma? Eomma ingin sekali mendengar suaranya."

"David masih sekolah, eomma. Setengah jam lagi David akan pulang." Taeyong tersenyum, ia kemudian menghela nafasnya pelan, "Eomma... aku bertemu Jaehyun. Dan... dan aku sekarang bekerja di butiknya."

"Apa kau bilang?! Bertemu dengan Jaehyun? Butik? Sejak kapan Jaehyun mempunyai butik? Taeyong... sayang kau tidak apa-apa? Jika kau merasa tidak nyaman, lebih baik kau mengindarinya."

Taeyong tersenyum mendnegar suara Yoona yang terdengar penuh kekhwatiran itu. Ya, Yoona dan Yunho memang bukan mertuanya lagi, tapi mereka berdua itu adalah orang tua kedua bagi Taeyong. Yoona dan Yunho memperlakukannya seperti anak mereka sendiri, dan Taeyong bisa merasakan kasih sayang Yoona dan Yunho yang sangat besar kepadanya itu. 

"Tidak apa-apa eomma. Lagipula, Jaehyun sepertinya sudah benar-benar melupakanku eomma. Dia sudah mempunyai kehidupannya sendiri. Dia sudah mempunyai kekasih. Lagipula, kami bersikap profesional. Jadi aku baik-baik saja eomma."

"Sayang, kau yakin kau baik-baik saja?"

Taeyong menghela nafasnya pelan, dan kemudian tersenyum nanar, "Aku merindukannya eomma." lirihnya. 



Pintu terbuka, dan terlihat Jaehyun muncul dari balik pintu. Taeyong cukup kaget, tidak menyangka jika Jaehyun akan datang, "Eomma, nanti aku telepon lagi. Atasanku sudah datang. Sampaikan salamku kepada appa. Aku menyayangi kalian." setelah berkata seperti itu, Taeyong langsung mematikan ponselnya. Ia tersenyum kepada Jaehyun.

"Selamat siang Taeyong." ucap Jaehyun, dengan nada yang tidak bersemangat. Pria Jung itu tersenyum tipis, dan kemudian duduk di depan Taeyong.

"Selamat siang juga President Jung. Tunggu sebentar, aku akan membuatkan dulu minuman untukmu." Taeyong berdiri dan kemudian berjalan pergi keluar dari ruangannya.

Jaehyun terdiam menatap figura yang ada di meja Taeyong. Dia mengambil figura photo itu, dan kemudian mengusap dengan lembut photo David. Hatinya terasa benar-benar sakit ketika melihat David.
"Maafkan paman, nak." lirihnya.

"Itu photo David saat berusia 3 tahun." ucap Taeyong. Pria mungil itu membawa segelas teh hangat yang dicampur susu. Minuman kesukaan Jaehyun.

President Jung IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang