Twenty One

9.2K 1.2K 250
                                    

Happy Reading :)

"Ini minuman herbal. Aku sengaja membelikannya untukmu. Minumlah, agar kau tenang... beristirahat dengan tenang."

Taeyong terdiam sejenak, ia menatap kepada Naeun yang kini tersenyum manis kepadanya sambil menyodorkan sebotol minuman. Taeyong tampak ragu, namun kemudian dia menggerakan tangannya mengambil minuman itu. Belum sempat Taeyong mengambil minuman itu, dengan cepat Jaehyun menarik tangan Taeyong.

"Untukmu saja. Taeyong tidak butuh minuman itu." ucap Jaehyun, dengan tatapan mata sinis. Ia menarik tangan Taeyong untuk segera pergi dari sana, meninggalkan Naeun yang terlihat sangat kesal.

"Padahal aku berbaik hati, ingin membantu dia agar dia tidak terlalu lama menderita di dunia." gumam Naeun, berdecak kesal.

~President Jung~

Taeyong tersenyum menatap kepada kedua orang yang sangat dicintainya itu. Semakin dewasa, David terlihat semakin mirip dengan Jaehyun. Dulu saat David masih sangat kecil memang wajahnya terlihat seperti dirinya. Namun kini, wajah dan bahkan sikap David sangat mirip dengan Jaehyun.

Sejak dari dulu, Taeyong sudah memimpikan tentang hal ini. Ia selalu memimpikan tentang kehidupan bahagianya bersama dengan Jaehyun dan David. Dia selalu memimpikan jika David digendong oleh Jaehyun, bercengkrama dengan Jaehyun. Dan kini, semua impiannya terwujud.

Senyumannya memudar, digantikan dengan air mata yang kini mulai menggenang di pelupuk matanya. Apakah dia bisa merasakan semua kebahagiaan ini selamanya? Apakah mungkin dia bisa bertahan hidup cukup lama? Sedangkan, dia sudah merasakan jika penyakitnya sudah semakin parah.

"Mom, kenapa menangis?"

Jaehyun langsung menoleh ketika mendengar David berkata seperti itu. Ia terkejut ketika melihat Taeyong menghapus air matanya. Dengan cepat dia  berdiri, dan berjalan menghampiri Taeyong. Ia duduk di samping pria mungil yang sangat dicintainya itu, "Sayang, mengapa menangis?" tanyanya, sambil mengusap lembut pipi Taeyong.

David pun langsung turun dari kursinya, dan berjalan menghampiri ibunya, "Mom, mengapa menangis? Jangan sedih, David ada disini.". Ia menatap ibunya dengan tatapan nanar dan juga khawatir. 

"Tidak sayang. Mommy tidak sedih. Kemari, duduk di pangkuan mommy." ucap Taeyong, tersenyum kepada anaknya, dan kemudian mengangkat tubuh anaknya untuk duduk di pangkuannya, "Mommy tidak sedih. Mommy menangis karena mommy sangat bahagia."

"Bahagia? Memangnya kalau bahagia juga bisa menangis  mom?"

""Bisa sayang." Taeyong terkekeh pelan, ia mencium rambut anaknya.

Jaehyun mengusap lembut rambut Taeyong, membuat pria mungil itu langsung menoleh kepadanya, "Sayang, apa yang terjadi? Mengapa  menangis? Apa aku menyakitimu?" tanya Jaehyun, menatap kepada Taeyong dengan tatapan khawatir.

"Tidak sayang. Kau sama sekali tidak menyakitiku, aku menangis karena aku bahagia. Melihat bagaimana kau bercengkrama dengan David benar-benar membuatku sangat bahagia. Aku sudah lama memimpikan semua ini. Aku selalu bermimpi tentang kita bertiga. Kita menjadi keluarga bahagia. Ini seperti mimpi" Lirih Taeyong. Air mata mulai menggenang kembali di pelupuk matanya, dan kemudian mengalir begitu saja di pipinya. 

Jaehyun tersenyum, mengusap lembut air mata yang membasahi pipi Taeyong, "Sayang, aku minta maaf... aku benar-benar  minta maaf karena aku pernah menyakitimu sehingga mengakibatkan kita berpisah. Maafkan aku karena telah membuatmu menderita. Sekarang dan selamanya, kita akan selalu bersama. Bersama dengan anak-anak kita."

Taeyong hendak menjawab ucapan Jaehyun, namun kemudian dia  mengurungkannya ketika merasakan dadanya mulai terasa sakit. Ia langsung memalingkan wajahnya ke sembarang arah, berusaha kuat untuk  menahan rasa sakitnya. Dia tidak boleh membuat Jaehyun tahu jika saat ini dia sedang sakit. 

President Jung IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang