Twenty

12K 1.4K 341
                                    

Happy Reading :)



Taeyong membuka matanya perlahan ketika mendengar suara ponselnya berbunyi. Ia meraih ponselnya yang ada di atas meja. Nama Rowoon muncul di layar ponselnya. Dia hendak mengangkatnya, namun ponselnya tiba-tiba mati. Ah, dia lupa semalam tidak mencharger ponselnya. Dia meletakkan kembali ponselnya di atas meja, dan kemudian menoleh ke arah sampingnya



Ia menoleh ke arah samping. Dan kemudian mengerucutkan bibirnya sebal ketika mendapati tempat tidur di sampingnya kosong. Padahal dia masih ingin berada di pelukan Jaehyun. Namun, dia langsung menoleh ke arah pintu ketika mendengar suara pintu terbuka. Terlihat Jaehyun masuk ke dalam kamar sambil membawa segelas susu putih. Taeyong segera beranjak bangun dan duduk. Ia menaikkan selimut sampai menutupi dadanya.



Jaehyun berjalan menghampiri Taeyong. Ia duduk di samping Taeyong dan kemudian menyerahkan segelas susu yang ia bawa kepada Taeyong. "Selamat pagi menjelang siang, sayang. Ayo minum susu." Ucapnya. Ia mencium kening Taeyong.



"Menjelang siang? Memangnya sekarang jam berapa?" Taeyong menatap Jaehyun dengan tatapan bingung. Ia meneguk susu itu dan meminumnya sampai habis. Kemudian memberikan gelas kosong kepada Jaehyun.

"Jam 10 sayang." Jaehyun tersenyum, ia mengusap susu di atas bibir Taeyong.


"Aigoo, sudah jam 10? Ah, aku kesiangan. Tapi David sudah sarapan kan?" Taeyong menatap kepada Jaehyun dengan tatapan khawatir. Ia hendak turun dari ranjangnya, namun Jaehyun dengan cepat menahannya.




"David sudah sarapan sayang. Bahkan sekarang dia sedang sekolah. Tadi David merengek kepadaku ingin sekolah lagi. Padahal aku sudah melarangnya, tapi anak kita memaksa, bahkan sampai menangis. Kau tahu sayang, kelemahanku adalah melihatmu dan David menangis, jadi ya aku langsung mengikuti permintaannya. Tapi jangan khawatir, aku sudah menyuruh beberapa bodyguard untuk menjaga anak kita di sekolahnya." ucap Jaehyun.



Taeyong tersenyum mendengar ucapan Jaehyun, dan ia pun kemudian mengangguk. Jaehyun tersenyum, ia menurunkan paksa selimut yang menutupi tubuh Taeyong. Ia kemudian merendahkan tubuhnya, dan mencium perut Taeyong yang sama sekali tidak terhalang sehelai benang pun, "Selamat pagi calon baby. Daddy tunggu sembilan bulan ke depan ya."



"Belum ada baby nya. Kita kan baru semalam melakukannya." ucap Taeyong, sambil terkekeh pelan. Ia mengusap lembut rambut Jaehyun. 


Jaehyun beranjak bangun, dia tersenyum lebar kepada Taeyong, "Itu berarti kita harus sering melakukannya sayang." 


Taeyong tertawa sambil memukul pelan lengan Jaehyun. Ia kemudian mendekatkan tubuhnya kepada Jaehyun, meminta pria Jung itu untuk memeluknya erat. Dan tentu saja Jaehyun langsung memeluk Taeyong dengan erat, sambil menciumi rambut Taeyong.

"Kau sangat menginginkan mempunyai anak lagi?"


"Sangat. Aku ingin merasakan bagaimana menemanimu disaat kau hamil. Aku ingin merasakan bagaimana saat kau membangunkanku di tengah malam karena menginginkan sesuatu. Aku ingin merasakan semua kebahagiaan itu. Aku ingin menjadi suami yang siaga untukmu."


"Mantan suami." Ralat Taeyong. Bermaksud untuk menggoda Jaehyun.


"Calon suami." ucap Jaehyun. Ia semakin mengeratkan pelukannya, "Tiga bulan lagi kita akan menikah sayang. Aku akan membuat pesta pernikahan kita dengan sangat meriah sayang. Agar semua orang tahu jika kau adalah milikku. Dulu kita menikah hanya di gereja saja, dan kau menolak untuk dibuatkan pesta yang meriah. Tapi kali ini, kau tidak bisa menolak lagi. Kita akan merayakan pernikahan kita dengan pesta yang sangat meriah. David juga pasti akan senang."


President Jung IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang