Seorang Gadis betubuh mungil berjalan dengan kecepatan penuh melewati kerumunan manusia disekitarnya. Hari sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam, membuat gadis itu, Sakura, semakin mempercepat langkah kakinya. Wajahnya dihiasi dengan kerutan kemarahan yang membuat wajahnya yang manis menjadi menakutkan.
“Shimura Sai kurang ajar.. Berani sekali dia meninggalkan pekerjaannya padaku seorang diri.” Gumamnya.
Gadis yang masih berseragam sekolah itu menggulung lengan kemeja panjangnya, membuat kulit putih pucatnya terlihat. “Lihat saja kau.” Katanya lagi.
Langkah Sakura semakin cepat begitu dia tiba di gang sepi tak jauh dari rumahnya. Gang itu selalu sepi bahkan saat siang hari. Ditambah dengan lampu yang kadang berkedip hidup lalu mati menambah kesan seram jalanan disana.
Gadis itu melangkah cepat tanpa melihat kanan kiri, apa lagi kebelakang. Sehingga tak menyadari kehadiran orang lain selain dirinya yang berjalan beberapa meter dibelakang dengan seringai puas terpatri di wajah rupawannya.
Sasuke merasa sangat bahagia hingga dorongan kuat untuk menyusul dan meraih tubuh mungil itu terasa begitu menyesakkan. Tangan besarnya berkali-kali mengepal membayangkan bahwa dirinya tengah menggenggam tangan mungil sang gadis.
Awalnya, Sasuke merasa heran saat melihat gadis merah muda itu berjalan seorang diri dengan wajah seram. Matanya langsung mengedar kebelakang, mencari teman laki-laki yang biasa menemani sang gadis pulang.
Nihil... Sasuke menyeringai. Untuk apa dia mencari laki-laki itu? Bukankah hal ini malah menguntungkannya?
Semeter dari pintu rumahnya, Sakura mendengar suara langkah kaki. Dan itu tak jauh dibelakangnya! Gadis itu sekarang sudah nyaris berlari. Bisa saja orang itu adalah orang jahat. Atau bahkan arwah yang berkeliaran.
Dia tidak ingin mati sia-sia, dia belum membalaskan dendam pada sahabatnya, Shimura Sai.
Begitu sampai dipintu rumahnya, Sakura merogoh kantong untuk mencari kunci, sialnya, gadis itu lupa dimana dia meletakkan kuncinya tadi. Tangan mungil itu merogoh semua bagian tasnya panik. Berharap kunci itu tak tertinggal di sekolah.
Begitu tangannya menggenggam gantungan kunci, Sakura langsung menariknya paksa, membuat beberapa buku dan peralatan sekolahnya berserakan dijalan.
Sakura menatap barangnya yang jatuh dengan tatapan tak percaya sementara langkah kaki itu terdengar semakin mendekat dan berhenti, tepat dibelakangnya!
Dengan tangan gemetar, gadis itu meraih payung dari dalam tas sekolahnya dan mengarahkan pada siapapun yang ada dibelakangnya itu.
“Jangan macam-macam atau aku akan membunuhmu.” Teriak Sakura sambil memejamkan matanya.
Terdengar tawa pelan dari orang itu. Laki-laki… Dia laki-laki… Pikir Sakura masih belum membuka matanya sampai dia merasa ketukan pelan didahinya.
Sakura membuka mata dan melihat buku serta barang miliknya tepat didepan matanya. “He?”
“Barangmu.” Kata orang itu, Sakura meraihnya dan melihat siapa laki-laki yang sempat diancamnya itu.
Mulut Sakura terbuka lebar begitu melihat siapa orang itu, seorang laki-laki tampan dengan mata tajam yang terkesan dingin tapi senyum itu terlihat hangat, setengah meledek.
“Ah…” Sakura tersadar lalu menunduk untuk menyembunyikan pipinya yang memanas. Untung saja sekeliling mereka cukup gelap dikarenakan lampu teras rumahnya yang belum menyala, sehingga bisa menyamarkan rona merah yang menghiasi pipinya.
“Terimakasih…”
Laki-laki itu tidak terlihat seperti seorang pelajar SMA, mungkin dia sudah kuliah atau bekerja? Sakura tidak bisa menebaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pshyco? ✔
FanfictionDia psikopat? Aku tak percaya dia seperti apa yang mereka tuduhkan... -Sakura- ©Masashi Kishimoto