Nine

2.3K 340 5
                                        

"Sakura..." Panggil Sai pada teman merah mudanya yang tampak sedang fokus membaca rentetan kalimat asing dengan mata lelah.

"Hn?" Sahut Sakura cuek. Gadis itu masih berusaha memahami kalimat-kalimat yang tertulis didalam buku. Bahasa Inggris memang kelemahannya. Meski begitu, nilainya tak pernah dibawah angka tujuh.

"Apa kau sedang kesal saat ini?" Pancing Sai.

Sakura menutup bukunya lalu menatap Sai tajam. "Kalau kau bersikap aneh seperti ini dan terus mengangguku, tentu saja aku akan kesal." Desis Sakura.

Sai menggaruk lehernya. Niatnya untuk memberitahukan kelakuan Sasuke yang ia lihat malam tadi sepertinya harus di urungkan demi keselamatan dirinya.

Nanti, saat bel istirahat saja. Pikir Sai mantap. Saat makan siang, dia akan melaporkan apa yang ia lihat malam tadi.

Kalimat tentang manusia bisa berencana tapi tuhan lah yang menentukan agaknya sangat pas untuk menggambarkan keadaan Sai saat ini.

Bel baru saja berbunyi, laki-laki itu sudah bersiap akan mengekori Sakura, yang dengan sigap menarik Ino bersama mereka, menuju kantin untuk makan siang.

"Kau pucat." Komentar Sakura begitu mereka sudah setengah jalan menuju kantin.

Ino mengangguk. "Aku memang sedikit pusing." Keluhnya.

"Kita ke ruang kesehatan saja." Usul Sai begitu melihat Ino yang bertambah pucat.

"Tidak perlu... Sepertinya ini karena aku lupa sarapan."

Sakura dan Sai bertatapan sejenak sebelum melanjutkan langkah mereka menuju kantin.

Baru saja lima langkah, tiba-tiba Ino pingsan. Untungnya Sai dengan sigap menangkap kepala gadis itu sebelum menyentuh lantai.

"Ayo bawa dia ke Sizune Sensei." Ajak Sakura panik.

Sai mengangguk, langsung menggendong Ino dan setengah berlari menuju ruang kesehatan sementara Sakura sudah melesat duluan untuk memberitahu Sizune.

Untunglah Sizune sedang lowong di ruangannya, terlihat dari guru kesehatan itu yang sedang memainkan game di ponselnya.

Langsung saja Ino ditanganinya mengabaikan Sakura yang panik serta Sai yang berdiri kaku disebelah gadis merah muda itu.

"Dia baik-baik saja. Hanya kelelahan dan banyak pikiran."

Sakura menghela nafas lega sampai suara Sai menusuk telinganya.

"Itu salahmu, jelek..."

"Kenapa jadi salahku?" Tanya Sakura kesal, tak terima dituduh aneh-aneh.

"Kau mengajaknya keliling hingga berjam-jam kemarin jika kau amnesia. Padahal pagi ini ada ujian Bahasa Inggris." Omel Sai.

Sakura baru akan mengelak saat Ino membuka kedua matanya.

"Ino.. Kau baik-baik saja?" Tanya Sakura langsung mendekati ranjang Ino.

Gadis pirang itu mengangguk lemah. "Aku pingsan?" Tanya Ino saat melihat dimana dia berada.

"Hn... Sai yang membawa mu kesini. Di gendong ala bridal." Sahut Sakura dengan nada bangga dan sedikit menggoda hingga membuat wajah pucat Ino sedikit merona.

"Bagaimana keadaan mu, Ino?" Tanya Sizune begitu yakin Sakura telah selesai berbicara.

"Aku baik-baik saja, Sensei." Bisiknya.

"Kurasa, lebih baik kau istirahat dirumah saja. Kau perlu bersantai." Tawar Sizune.

"Tapi..."

"Aku rasa Sizune Sensei benar... Kau lebih baik pulang dan istirahat dirumah. Sai akan mengantarkan mu." Potong Sakura sebelum Ino membantah. "Benarkan Sai?" Tambahnya melirik tajam pada laki-laki pucat itu.

Pshyco? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang