DQ-37

12.7K 827 25
                                    

Malam ini sekolah SMA Kencana dirubah menjadi tempat yang banyak lampu kelap-kelip, panggung besar yang berada di pojok kanan lapangan utama, bangku-bangku yang tertata rapi dan meja panjang yang terletak di sisi kiri lapangan dengan berbagai macam rasa minuman dan makanan serta camilan ringan.

Alexa, Erlin, Della dan Irene sudah duduk di bangku yang disediakan. Mereka masih menunggu yang lainnya karena mereka tidak berangkat bareng.

Erlin berdeham. "Ekhem, guys ada yang mau gue omongin sama lo semua." Ketiga temannya kompak menoleh ke arah Erlin.

"Ngomong apaan Lin? Kayak serius gitu muka lo," ujar Della.

"Gue gak pernah seserius ini sama lo semua. Jadi tolong dengerin gue baik-baik ya.." respon mereka bertiga sama, bingung dengan sikap Erlin.

"Yaudah ngomong apaan Lin?" Tanya Alexa.

"Tapi jangan ada yang motong omongan gue!" Mereka semua mengangguk paham.

"Pertama, gue mau bilang kalo gue udah putus sama Rivan dan gue mohon sama kalian jangan ada yang marah atau gimana sama Rivan. Soalnya dia gak salah, dia selama ini baik sama gue ternyata cuma anggap gue sebagai adiknya doang. Tapi gue gak papa kok, gue seneng bisa deket sama dia. Cinta gak akan bertahan lama jika itu semua hanyalah unsur keterpaksaan. Gue yakin, kedepannya Rivan atupun gue bakal nemuin jodoh yang terbaik. Gue sama Rivan gak jodoh, udah itu aja yang gue pikirin. Gue gak mau Rivan gak bahagia kalo sama gue cuma karena amanat bokap gue. Jadi gue lepasin dia." Erlin mengambil nafasnya untuk menceritakan tentang masalahnya yang kedua.

"Dan yang kedua, tiga hari lagi gue udah gak disini lagi. Gue bakal ke Amerika, gue milih kuliah disana. Bokap gue kebetulan pas banget dapet kerjaan disana, jadi gue mending ikut bokap gue kesana supaya gue juga lebih deket lagi sama dia. Gue juga mau jadi anak yang berbakti sama bokap gue. Gue udah gak punya nyokap, jadi ini satu-satunya cara yang akan gue ambil."

Semuanya masih diam mencerna setiap kata yang terlontar dari mulut Erlin.

"Kasih satu alasan sama kita, kenapa lo lepasin Rivan gitu aja," ujar Alexa yang mendapat anggukan dari Della dan Irene.

Erlin menghela nafas panjang. "Oke, gini ya Al. Gue emang cinta sama Rivan, gue sayang sama dia. Tapi kalo dia gak sayang sama gue, buat apa juga hubungan ini di pertahanin? Gue juga ngerasa kalo dia cinta sama orang lain bukan gue." Kata Erlin.

"Emang dasar yah tu orang! Liat aja nanti kalo ketemu gue. Bakal gue bejek-bejek!" Ujar Della menggebu-gebu.

"Jangan Del. Lo gak inget barusan yang gue bilang. Gak perlu lah nyalahin orang lain. Kalo dia gak bisa cinta sama gue, yaudah lah biarin dia bahagia sama pilihannya sendiri. Awas aja kalo lo sampek macem-macem sama dia. Gue gak mau ngomong lagi sama lo!" Ujar Erlin yang membuat Della kesal namun tak urung juga dia menuruti kemauan Erlin.

"Yaudah iya! Gue diem!" Decak Della.

"Terus kalo masalah lo kuliah di Amerika, itu beneran Lin?" Tanya Irene.

"Bener lah." Jawab Erlin.

"Yahhhh lo gak bisa dateng dong ke acara tunangan gue sama Axel." Rengek Irene.

Axel dan Irene memutuskan untuk bertunangan bulan depan. Setelah itu mereka kuliah dan Axel akan kuliah sambil pelan-pelan belajar mengurus perusahaan keluarganya.

"Ya mau gimana lagi Ren, gue cuma mau yang terbaik dan juga gue kan mau jadi wanita karir yang sukses. Jadi gue ambil kuliah disana aja sekalian,"

Di saat mereka asyik mengobrol, tiba-tiba Alvi, Rivan, Axel, dan Bobby datang bersamaan.

"Aduhh ini para bidadari impian semua kaum Adam lagi ngomongin apa si? Serius amat," celetuk Bobby.

Rivan dan Erlin tatapannya bertemu dan mereka saling melempar senyum. Keadaan baru putus, jadi masih agak canggung bagi mereka.

Dark QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang