jake bangun lebih awal pagi ini. ia langsung berlari kecil ke kamar mandi untuk mencuci mukanya dan menyikat gigi. setelah itu, kembali ke kamar untuk mengecek keadaan si pacar, jay. pria itu terlihat masih nyenyak sekali di dalam alam mimpinya. jake tidak bisa menahan senyumnya saat melihat pacarnya itu, ia mendekati jay lalu menghujani jay dengan kecupan-kecupan ringan di seluruh wajah tegas yang masih terlelap itu.
"hei, ayo bangun jaayy.." rengeknya tepat di telinga jay ketika mendapati jay tidak terusik barang sedikitpun oleh kecupan-kecupannya.
"hmm.." jay mendesah pelan ketika suara halus jake dengan sopannya masuk ke indera pendengarannya.
"bangun ayoo... katanya kamu mau bantuin aku, kan?" kata jake lagi, kali ini ia sambil menggoyang-goyangkan tubuh jay.
ia kembali menciumi wajah pacarnya itu, "jay, come on.. bangun ih"
tidak ada jawaban.
"jay iih! ayo bangun tau!" rengekan itu akhirnya menjadi teriakan, "yak! dasar kebo!" final jake pada akhirnya sambil mencubit perut kekasihnya itu.
"ah! aduh sakit, jake!"
"hih, tumben aku cubit bangun, biasanya harus aku sewa pengamen jalanan yang suaranya gak enak itu dulu terus aku suruh dia nyanyi di telingamu baru kamu bangun." jake memutar matanya malas.
jay nyengir lebar, "hehe aku kan emang udah bangun daritadi, sengaja pura-pura tidur biar dikasih kecup-kecup kayak tadi, eh malah kamu cubit. anarkis banget. untung sayang."
"idih nyebelinn! modus mulu, pak tua!"
"pak tua? i'm just 6 months older than you, if you don't remember." jay mendengus sebal.
"yeah yeah whatever! ayo cepet bantuin aku nyusun barangku! kan kamu yang kemarin maksa banget aku pindahan ke apartemenmu!"
"iya siap sayang! kiss nya dulu dong, mana?"
"duh, i kissed you like thousand times already this morning." kata jake dengan nada sedikit kesalnya.
jay nyengir lagi, "masih kurang hehe.."
jay sedikit banyak agak menyesal sudah minta jatah ciumnya itu kepada jake. karena alih-alih mendapatkan kecupan ringan yang bisa membuatmu senang sepanjang hari, yang ia dapatkan malah cubitan keras di perutnya lagi. yang sialnya adalah spot yang sama ketika jake mencubitnya pertama kali. makin sakit. haduh kasian. sabar ya jay, makanya jangan buat jake ngambek dong.
"bantuin dulu baru dapet kiss!" ujar jake lalu langsung menuju ruang tengah meninggalkan jay sendirian.
--
jay sedang mengangkat kotak-kotak kardus yang berisi baju jake ke dalam kamar mereka. yeah, hari ini, setelah 2 tahun menjadi sepasang kekasih, akhirnya jake dan jay memutuskan untuk tinggal di atap yang sama. err.. lebih tepanya sih jay yang memaksa, katanya 'mumpung apartemenku gede sekarang, bisa muat dua orang.'
aslinya mah dia mau modus doang biar pemandangan tiap bangun paginya adalah wajah manis pacarnya itu.
"baby, kamu ngapain sih kok malah ngeliatin album foto itu? katanya minta aku bantuin, sekarang malah aku jadi babumu, kamunya ga ngapa-ngapain." jay protes saat melihat kekasihnya sedang duduk manis di sofa ruang tengah disamping sebuah box bertuliskan 'memories' dan memegang sebuah album foto ditangannya.
kesel jay tuh, hari libur gini malah disuruh beres-beres, dia kan pengen rebahan sepanjang hari. tapi ya memang jiwanya udah bucin sehidup semati sih ya gini, gas ajalah apapun yang disuruh pacar.
"ih kamu bawel deh, apaan aku ga ngapa-ngapain! orang aku lagi liat foto kita!" jake agaknya emang lagi sensi hari ini, disulut dikit memuncak emosinya, ngegas kan dia jadinya.
"lah kok ngamok." kata jay menggoda jake. jake hanya mendelik sinis.
"ututu.. sayangku kok ngambek" kata jay lalu mendudukkan dirinya di sebelah jake lalu merangkul pacar imutnya itu, "jangan ngambek terus, jake. nanti cantiknya hilang."
"ih apaan! aku cowok ya!" jake mencubit paha jay.
"ah! sakit ih, sadis sekarang kamu ya. belum aja aku bales. pake cium hehe." jay lalu menciumi pipi gembil jake, membuat pipinya merona kemerahan.
"udah ih, geli tau!"
"halah bilang aja kamu mau lagi, tapi malu ngomongnya... yakan?" sumpah ya jay ini suka banget mancing-mancing emosi jake untuk berbuat anarkis ke dia giliran jake beneran berbuat anarkis protes dia.
"whatever, park."
jay tergelak. jake yang memanggil marganya itu terdengar gemas sekali di telinganya, "you too baby, sim soon-to-be-park jake."
jake mendelik lagi, "hih! apasih jaaay! siapa bilang aku bakal ngambil margamu kalo kita nikah?!"
"loh? siapa bilang juga kita bakal nikah?" jay menggodanya lagi.
"gak tau ah! huee... mommy, jake mau pulang ajaa lagi asik-asik liatin foto malah digangguin pak tua..."
"hahahaaha... iya iya sayang, ututuu.. lagi liatin foto apasih, hm?"
"our photo, jay! didn't i tell you alreadyy?!"
"fine.. sorry sorry, mana sini aku mau liat juga.." kata jay sambil merebut album itu.
"ih gausah rebut-rebut kali!" protes jake, lalu mendekatkan badannya ke jay agar bisa melihat foto-foto mereka bersama.
"ah, this is our first selca, isn't it? niat banget sampe kamu cetak gini haha.."
"iyalah! aku kan seneng punya temen yang ngerti bahasaku!" ucap jake semangat. yang ia maksud adalah bahasa inggris, bahasa pertamanya, "walaupun kamu juga sempet cengo sih ga ngerti apa yang aku bicarain.."
"loh, jangan salahin aku dong! aksen aussie mu kental banget, beda banget sama aksen yang kupakai, aku kurang ngerti, nggak pernah ngomong sama orang pake aksen aussie sebelumnya." kata jay membela dirinya, "lagian kamu pindah ke korea bukannya belajar bahasa korea dulu, huh!" cibir jay.
"yakan aku pindahannya mendadak.. yaudah sih yang penting kamu ngerti kan waktu itu? berguna juga kan akhirnya pengalamanmu tinggal di amerika, jadi bisa jadian sama orang ganteng kayak aku."
jay terkekeh kecil, "jadi inget waktu kamu nanyain ruangan kepala sekolah ke aku, sambil celingukan, di koridor. eh, turns out kita ternyata sekelas, dan fyi bahasa korea mu dulu minus banget, capek lho aku harus translate-in kamu terus. untung aja wajahmu imut, jadi aku nggak tega buat nggak nge-translate-in ke kamu terus." kata jay sambil terus memandangi foto itu.
jake yang mendengarnya terkikik pelan, memutar memori masa lalu ketika pertama kalinya ia bertemu jay, ketika mereka berbicara bahasa inggris namun juga agak kesulitan memahami satu sama lain, karena jujur jake juga jarang sekali berbicara dengan orang beraksen amerika. padahal kata jay aksen amerika paling mudah dimengerti, nggak nyeret-nyeret ngomongnya kayak orang aussie.
"tapi serius loh jake, kamu itu imut banget dulu. kayak puppy." ujar jay lalu mengalihkan pandangannya dari foto itu lalu memandangi kekasihnya. jake yang mendapati jay memandangnya, secara spontan juga langsung menoleh kearah jay, menampakkan tatapan polosnya, "eh, ralat. kamu masih kayak puppy juga sampai sekarang, makin gemes malah, kalo ngambek apalagi, hahahah.." jay lalu mengecup singkat bibir jake, "love you, puppy."
jake lalu menundukkan kepalanya, "udah ih, malu."
"HAHAHAHAHAHAHA"
finished.
KAMU SEDANG MEMBACA
sweet • 2j
Fanfictiononeshots n twoshots with jay and jake as the main casts mostly fluff