jay memakai jas hitam mahalnya sesaat setelah pesawat landing. ia sebenarnya malas sekali kembali ke tempat asalnya, namun sang ibu mengancam tidak akan mengenalinya lagi jika dia tidak pulang kali ini. entah apa motifnya sampai mengancamnya seperti itu. padahal jujur saja ia sudah sangat menikmati hidupnya di amerika sana.
setelah turun dari pesawat, ia menyempatkan diri untuk pergi ke kamar kecil untuk sekedar buang air kecil lalu merapikan penampilannya.
cklek
pintu kamar kecil itu terbuka, toilet ini sepi, dan hanya terlihat ada sesosok pemuda yang sedang buang air kecil di salah satu urinoir. jay lalu melangkah masuk ke salah satu bilik toilet--ia sebenarnya hanya ingin buang air kecil namun pikirnya nanti akan agak canggung jika ia juga menggunakan salah satu urinoir itu, jadi ia memilih buang air kecil di toilet.
beberapa saat setelahnya, jay keluar dari bilik toilet dan berjalan ke arah wastafel untuk mencuci tangan dan merapikan penampilannya. tidak disangka, ia malah menemukan sebuah paspor dan dompet milik seseorang.
"eh, apakah ini memang ada disini daritadi? kupikir tidak." monolognya.
ia lalu meraih paspor itu dan melihat sebuah tiket terselip didalamnya. brisbane to seoul. etihad airways. jam departure 20.45, flight number xxxxxx. yap, penerbangan yang sama dengannya.
"apakah ini milik pemuda tadi?" tanyanya. ia pun membawa kedua benda itu dengannya, berharap akan bertemu dengan pemilik barang-barang ini saat pengambilan barang bagasi--atau jika tidak bertemu, ia mungkin akan menyerahkannya ke pihak bandara. ia lalu keluar dari kamar mandi sambil melihat data pemilik paspor itu. paspor itu adalah paspor australia, namun jika dilihat-lihat pemiliknya ini kemungkinan orang korea. jake. jake sim namanya.
--
"shit," umpat pemuda itu pelan, sambil meraba-raba kantongnya, "where's my passport?!" ujarnya panik. sialan, baru juga mendarat ia sudah ditimpa kesialan saja. ia berusaha mengingat-ingat kapan kiranya ia terakhir kali ia memegang paspornya.
"sial, aku pasti meninggalkannya saat di kamar kecil tadi!" katanya lalu langsung putar arah menuju kamar kecil tadi. ia berlari secepat yang ia bisa, karena bukan hanya paspornya yang ada disana, namun dompet dan semua kartunya ada didalam dompetnya.
saat hampir menuju ruangan itu, ia bertemu dengan seorang pria berjas rapi yang sedang menilik-nilik sesuatu yang sedang dibawanya. ia agak curiga, sebenarnya karena barang itu sangat mirip dengan paspor miliknya. namun, karena ia tidak ingin asal menuduh orang, ia tidak memedulikannya dan fokus berlari ke kamar kecil.
sesampainya di kamar kecil, ia tidak menemukan apa-apa. tidak ada barang pribadi apapun disana. ia awalnya sudah putus asa karena dipikir petugas kebersihan sudah membuangnya atau ada orang yang mencurinya. namun, sesaat setelah itu ia mengingat bahwa barusan ia berpapasan dengan pria misterius yang membawa sebuah barang yang mirip dengan paspor miliknya.
ia pun menyeringai, "kutangkap basah kau, keparat."
pemuda itu lalu berlari sekencang yang ia bisa untuk mengejar pria mencurigakan tadi. yap, dan benar saja, pria itu tidak terlalu jauh berada di depannya.
brukk!
ia menubrukkan badannya ke badan pria yang lebih besar itu selagi berteriak, "pencuri! pencuri!" beberapa petugas keamanan pun datang menghampiri kedua anak adam tersebut.
--
brukk!
seseorang menabrak jay dari belakang. sial, terjatuh di tempat umum ini bukanlah suatu hal yang kecil baginya--harga dirinya ikut jatuh.
"pencuri! pencuri!"
hah? pencuri? dimana?
jay yang merasakan beban di punggungnya hilang lalu bangun dan menepuk-nepuk pakaiannya.
"ini, pak! dia mencuri paspor saya!" kata seseorang itu menunjuk dirinya.
jay dengan bingung menunjuk dirinya sendiri, "aku?"
--
setelah drama kecil-kecilan yang membuatnya kehilangan selera makan--padahal sebelumnya ia lapar sekali--jay langsung melangkah cepat meninggalkan ruang keamanan bandara dan berniat langsung pulang ke apartemennya.
"hey, tunggu!" sial, itu pasti pemuda tadi.
"ada apa lagi, bocah? kau mau menuduhku atas tuduhan apa lagi, huh?" kata jay tanpa berhenti sedikitpun, malah makin mempercepat langkah kaki jenjangnya--membuat yang memanggilnya semakin susah mengerjarnya.
jake, pemuda yang mengejarnya itu lalu menarik lengannya, "tunggu dulu kubilang, paman."
"paman? hey, aku bahkan hanya 4 tahun lebih tua darimu, bocah!"
"lalu, mengapa memanggilku bocah?"
"karena kau menyebalkan, seperti anak kecil saja main asal tuduh begitu. sudah, lepaskan! aku ingin kembali ke apartemenku!"
"ya sudah kupanggil kau hyung ya kalau begitu? tadi siapa namamu? jay, ya? okay, jay hyung... ayo makan bersama, atas permintaan maafku yang tadi, aku traktir kok tenang saja!"
"aku tidak berselera."
namun, tampaknya jake tidak menghiraukan jawaban jay, ia langsung menarik lengan pria itu dan berjalan menuju salah satu restoran di sekitar situ.
tbc.
ayo, vote dong! part 2 akan ku publish as soon as buku ini tembus 120 readers!
KAMU SEDANG MEMBACA
sweet • 2j
Fanfictiononeshots n twoshots with jay and jake as the main casts mostly fluff