a can of cola

974 116 5
                                    


trigger warning : mentioning suicide






jongseong's

aku menatap ke bawah. derasnya air sungai perlahan menciutkan nyawaku. jujur, sebenarnya aku juga takut melakukan ini, namun kupikir memang sudah tidak ada lagi yang bisa kuharapkan dalam hidup. seberapapun aku berusaha, aku tidak akan pernah cukup di mata mereka. plus, tidak akan ada yang peduli juga jika aku mati.

aku melangkahi pembatas jembatan itu, dan kini aku sudah dekat sekali dengan kematianku. mungkin, malaikat pencabut nyawa bahkan sudah berada tepat disampingku. dan jujur saja, saat kau berada sedekat itu dengan kematianmu, semuanya tidak akan sama lagi. bayang-bayang akan kehidupan afterlife yang sebenarnya kau tidak yakin ada atau tidaknya membuat keberanian yang kau punya untuk menghabiskan nyawamu sendiri tiba-tiba hilang begitu saja.

aku memejamkan mataku, merentangkan tanganku—mengumpulkan sedikit demi sedikit keberanianku untuk melompat bebas.

"hey." suara seseorang menginterupsiku. aku menengok ke belakang,

"mau cola?" ujarnya sambil menyodorkan satu kaleng cola.

tanpa kusadari, tanganku bergerak meraih cola yang orang itu sodorkan. orang itu pun tersenyum.

"ayo temani aku minum cola ini. jangan disini, di taman sana saja."

aku menangguk menuruti perintahnya.

kami sekarang sudah berada di taman kota yang sudah mulai sepi. orang asing tadi menyeruput cola nya menginterupsi keheningan yang menyelimuti kami.

"jadi, mengapa menyelamatkanku?" aku berusaha membuka pembicaraan.

"aku tidak menyelamatkanmu."

"huh?"

"iya, aku hanya menawarimu sekaleng minuman, dan kau menerimanya. kau menyelamatkan dirimu sendiri." ujarnya.

benar juga.

"yeah. but thanks, tho."

ia hanya mengangguk-angguk kecil.

"omong-omong, namamu siapa?"

ia menoleh kearahku, "jake. panggil aku jake. kau?"

"jay."

ia tersenyum manis, "nama yang bagus."

"benarkah? kupikir nama itu cukup pasaran." ujarku.

"hahahah ya tentu saja. aku hanya ingin impresi pertama kita baik." ia terkekeh kecil.

"hei! jadi kau hanya pura-pura memujiku?"

ia hanya tertawa-tawa kecil sambil memegangi perutnya.

"namamu lebih pasaran, jika kau tau."

"hahaha baiklah... baiklah.." katanya sambil tetap tertawa renyah. aku yang daritadi hanya memperhatikannya tanpa sadar ikut tertawa bersamanya.

malam itu, entah mengapa aku merasa nyaman sekali menghabiskan waktu dengan orang yang bahkan belum kukenal barang sehari pun. hanya tiga jam dan kami sudah cukup akrab.

kami bercerita banyak hal, sampai-sampai malam sudah semakin larut. ia mengecek jam tangannya sebentar, "jay, aku pergi dulu, ya? aku ada beberapa urusan."

aku mengangguk. sebenarnya aku masih ingin menghabiskan waktu dengannya. karena terhitung sudah 2 tahun lamanya semenjak teman baikku sunghoon pindah rumah dan aku tidak pernah seakrab ini dengan siapapun selain jake.

"hati-hati, jake."

jake tersenyum. manis. manis sekali, "terima kasih. oiya, ini nomorku. kau boleh menghubungiku jika butuh teman cerita. ingat, jangan terpikir untuk melakukannya lagi, oke? asal kau tahu, ditinggal karena bunuh diri itu lebih sakit dari apapun." ujarnya sambil menyodorkan sebuah kertas berisi nomornya.

sweet • 2jTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang