CW // SLIGHT MATURE SCENE
jay as hansen
jake as arashi
---
"jadi?" tanya hansen setelah menutup pintu mobilnya.
yang lebih muda menoleh, melabuhkan pandangannya ke mata elang yang menatapnya tajam itu, "jadi apa?"
"jadi kenapa lu ngechat gua? you miss me enough to drink or you're just drunk enough to miss me?"
arashi—yang masih setengah sadar—mengacungkan jari telunjuknya, "satu, sen. yang kesatu. gua mau—i miss us, hansen i miss y—"
"rash." hansen memotong ucapan arashi cepat. bukan, bukan karena ia tidak merindukan sosok di sampingnya ini—justru sebaliknya, ia sangat rindu dan ia lebih dari sadar kalau ucapan arashi yang berikutnya hanya akan menggores kembali luka lama.
"hansen i— fuck..."
"arashi radhyan narendra, dengerin gua dulu." ucap pria pirang itu tegas.
"i—iya apa.."
hansen menghela napas kasar sebelum melanjutkan kalimatnya, "rash. there is no us anymore. kita udah nggak bisa bareng lagi. lu juga tau sendiri, kan? lu tau kan, kalo kita barengan lagi, secara nggak sadar kita buka luka lama... atau mungkin malah membuka luka baru,"
"i know b—"
"gua belum selesai ngomong. arashi, gua ingetin sekali lagi, kita se gender... dan beda agama. sekuat apapun lu nyoba buat bareng gua, sekuat apapun gua nyoba buat bisa bareng sama lu... kita nggak akan bisa." ujar hansen, lalu mengusap kasar wajahnya.
"iya gua tau, sen.. gua cuma... nggak bisa, gua masih sa—"
secepat kilat, bibir hansen sudah dengan lihainya meraup bibir milik pria di sampingnya, melumatnya sekilas, lalu melepaskan tautan itu. sial, bahkan arashi belum sempat menikmatinya.
"han..sen..?" si yang lebih muda terheran.
"jangan, rash. jangan lanjutin kalimat lu. ayo gua anter pulang." kalimat terakhir itu lebih terdengar seperti perintah mutlak dibanding ajakan. dan arashi tentu hanya bisa menyetujui.
---
"sen..."
"hmm? kenapa?"
"e—engga... jangan ngebut-ngebut, gua mau lama-lama sama lu.."
hati hansen berdesir mendengarnya. jauh di lubuk hatinya, ia juga ingin berlama-lama dengan seseorang yang berhasil menaklukkan hati kerasnya hanya dengan sebuah senyuman indah yang tersungging di bibir manis itu pada kali pertama keduanya bertemu.
baginya sendiri, 3 bulan ini lebih terasa seperti neraka. ia yang awalnya selalu terbangun dengan arashi yang berada di pelukannya—atau sebaliknya—kini harus terbiasa dengan absennya eksistensi manusia satu itu.
ia yang awalnya selalu membuat sarapan bersama pria berambut cokelat—yang pasti berujung dengan perang di dapur—kini harus terbiasa dengan hanya selapis roti diolesi selai untuk menemani paginya karena ia sebenarnya benci sarapan.
ia yang awalnya akan pulang ke rumah dengan perasaan senang karena mengetahui ada seseorang yang menunggunya, kini mau tidak mau harus terbiasa pulang dan mendapati rumahnya kosong bak tidak dihuni—karena dirinya sendiri juga seperti kehilangan setengah nyawanya.
dan banyak, banyak sekali hal-hal kecil lain yang ia rindukan selama tinggal bersama pria di sebelahnya ini, yang ia tahu tidak bisa ia ungkapkan sekarang karena itu hanya akan membuatnya—dan arashi, kembali terluka.
"i—iya.. deh ini gua pelanin..." jawabnya, "oh iya rash, lu pernah nyoba sama orang lain?"
"...pernah haha... but it didn't work out... i mean, kayaknya nggak akan ada yang bisa ngerti gua sebaik lu.."
tanpa sepengetahuan arashi, hansen menyunggingkan senyum tipis—yang bahkan mungkin tidak bisa disebut sebuah senyuman. entah mengapa, ia merasa bangga atas penuturan arashi itu.
"lu? pernah?"
hansen mengedikkan bahunya, "nggak tau, sih... cuman deket doang haha..."
"kenapa nggak jadian?"
hansen terkekeh, "sengaja mancing gua ya lu?"
"mancing gimana?" tanya arashi bingung.
"you know that i'm gonna say nobody ain't as good as you, kan?"
arashi tertawa dibuatnya, "well i didn't expect that, i swear! tapi thanks, i guess?"
"hahaha iya, tapi jujur sih emang kayak... nobody knows me better than you.."
si yang lebih muda manggut-manggut, "then, why don't we..."
"nggak." potong hansen cepat.
"apaan sih, emang gua mau ngomong apa?"
"mau ngajak balikan?"
arashi tertawa kencang dibuatnya, "geer banget! i was about to say why don't we spend this one last night together? as a couple? cuz for fucks sake, gua kangen. kangen banget, anjing."
hansen terlihat berpikir sejenak, "one last.. night..?"
"iya... cause by the time the sun rises tomorrow... gua bakal harus udah ada di airport, then i have to leave you... forever."
brengsek. arashi brengsek.
---
"fuck you're pretty.."
"aahh.. please! aakhh.."
dalam beberapa hentakan terakhir, hansen berhasil membuat arashi mendesahkan namanya keras, membawanya melayang menuju surga--karena demi apapun, ini nikmat sekali. keduanya terengah setelah mencapai pelepasan, arashi lalu dapat merasakan tubuh hansen mendekat kepadanya, mendekapnya erat.
hansen lalu mendaratkan sebuah kecupan lembut di bibir mantannya, "rash... kalo kehidupan selanjutnya beneran ada, lu mau sama gua lagi apa nggak?"
arashi mengangguk pelan dengan mata terpejam, karena--sebut saja arashi gila, tapi kecupan lembut barusan masih sangat terasa dan ia mau lebih banyak menikmatinya.
"mau. asal seagama dan beda gender." ucap pria berambut cokelat itu sekenanya.
hansen tertawa dibuatnya, "hahahah... yaudah... let's make a promise, then."
"janji apa?"
"janji kalo kita bakal ketemu lagi di kehidupan berikutnya, and we gonna love each other like we do today. jangan pura-pura nggak kenal gua ya lu, rash."
"hahaha kocak banget si lu.. bukannya kita emang udah buat janji?"
"janji apa?"
"itu... the moment you said you love me... isn't it a promise? isn't love a promise until the end? until the very end?" tanya arashi.
"so, does it still apply in the next life? in another life?"
"nggak tahu, but let's pretend it does."
KAMU SEDANG MEMBACA
sweet • 2j
Fanfictiononeshots n twoshots with jay and jake as the main casts mostly fluff