reunion

1.1K 121 12
                                    

jay menyeruput kopinya. ini adalah gelas kopi kedua yang sudah ia habiskan sejam terakhir. akhir-akhir ini, dia sangat stress. dari tugas kuliah yang kian menumpuk, proyek organisasinya yang progressnya segitu-segitu saja, sampai perusahaan start-up nya yang tiba-tiba kehilangan investor. terlebih lagi, belakangan ini dia selalu memimpikan sosok itu. 

orang bilang, jika kau memimpikan seseorang yang sudah lama tidak kau lihat, artinya kau sedang merindukannya. dan iya, jay mengakui bahwa dia merindukannya. sudah hampir 4 tahun ia merindu seperti ini. yang ironisnya, ia tidak tahu bahwa orang yang sedang ia rindukan itu juga merindukannya atau tidak. menyedihkan.

jujur jay menyesal ketika dia menyetujui saat orang itu meminta hubungan mereka untuk berakhir. tapi saat itu jay tidak ingin egois, ia mau pacarnya mengejari impiannya tanpa dia sebagai halangan. mungkin memang bukan keputusan yang buruk, tapi mengingat bahwa orang itu adalah satu-satunya tempat dia untuk pulang, mungkin sudah seharusnya ia memikirkannya lebih jauh kala itu.

yang lebih menyedihkan, jay pikir dengan pergi menjauh dari tempat yang memiliki banyak kenangan bersamanya itu akan menjadi ide terbaik untuk move on. nyatanya tidak, ia justru lebih sengsara karena merasa semakin jauh dengan rumahnya. hampir setiap hari ia merasa dihantui oleh kenangan-kenangan itu. senyumannya yang manis, mata puppynya yang menggemaskan saat dia meminta sesuatu, tangan halusnya yang selalu berhasil menenangkan jay dari emosinya, pelukan hangatnya di malam salju pertama, pancake gosongnya yang entah mengapa tetap enak dimakan, dan masih banyak lagi. 

sungguh, jay sangat rindu pada jake.

--

ini adalah salju pertama di kampung halamannya. ia sedang memerhatikan jalanan penuh orang yang berlalu-lalang. sesekali ia meminum coklat panasnya sambil terseyum miris. pikirannya penuh. penuh dengan kata andai saja.

andai saja dulu dia tidak egois.

andai saja dia tidak asal mengambil keputusan.

andai saja dulu dia lebih memerhatikan perasaan pacarnya.

andai saja dia tidak memutuskan hubungan mereka.

andai saja ia bisa memutar waktu. pasti tidak pernah ada kata pisah diantara mereka. jake sangat menyesal. mengapa ia tidak lebih bijak saat itu? dan mengapa juga jay tidak menahannya untuk pergi? apakah ia tidak menyayanginya lagi? 

jake mengusap wajahnya kasar. pikirannya kini melayang jauh memutar memori hangat 5 tahun lalu. saat keduanya sedang berjalan di taman kota sambil bergandengan tangan, masih memakai seragam sekolah, tertawa lepas seakan tidak ada beban padahal siang itu mereka sedang bolos sekolah. saat itu juga adalah hari anniversary pertama mereka. mereka memutuskan untuk memakan eskrim berdua sebagai perayaan kecil hari anniversary itu. acara makan eskrim itu tidak berjalan mulus karena jay dengan jahilnya mencolekkan eskrim itu ke wajah jake. berakhir dengan mereka saling colek eskrim ke wajah masing-masing.

jake juga ingat betul setelah adegan itu ada salah seorang kakak kelas badung yang juga sedang bolos mengata-ngatai mereka karena perbedaan orientasi seksual yang mereka miliki. jake hampir menangis saat itu juga jika jay tidak langsung menggandengnya pergi sambil mengacungkan jari tengah ke senior tadi.

jay ternyata mengajaknya ke cafe kecil di pinggir kota yang merupakan tempat bersejarah mereka—tempat keduanya jadian tepat setahun lalu. mereka makan siang disana. jake juga sudah tidak sedih lagi karena jay memang selalu sukses membuat senyum manisnya mengembang. 

"jay, happy anniversary. kuharap kau tidak akan meninggalkanku." 

jay mengangguk, "i won't, jake. don't worry, okay? happy anniversary too." 

sweet • 2jTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang