Teachers? Or Husband? (08)

10.3K 693 8
                                    

PLISS VOTE DULU YAHH🙏
| |

| |

| |

Takut dan cemas. Adalah keadaan yang dirasakan Ananta sekarang, bagaimana tidak saat ini Daffa dan dirinya kini telah duduk berhadapan didepan Mita sang Nenek yang kini menatapnya tajam.

"Jadi?" Mita membuka percakapan, yang dari tadi hanya diisi keheningan semenjak cucunya dan suaminya datang kerumahnya.

Daffa menghela nafas kemudian tersenyum kecil kearah Mita yang masih memandangnya tajam.

"Saya Daffa Alfarizi Nek! Suami Ananta! Maaf sebelumnya saya tak mengundang Nenek ke pernikahan kami karna di situasi saat itu sangat genting.

Mita menganggukkan kepalanya mengerti ucapan suami cucunya itu, "Baiklah, tidak masalah! Cuman Nenek hanya ingin tahu alasan kalian menikah diam diam seperti ini,"

Daffa mengangguk kemudian menoleh menatap Ananta yang menunduk dan mematung layaknya sebuah patung pajangan.

"Sayang.." panggil Daffa yang seketika membuat mata Ananta membulat sempurna, ditambah wajah memerah menahan malu akibat panggilan sweet dari suaminya itu yang kini menggulum bibirnya mencoba menahan tawa melihat tingkah Ananta.

Mita terlihat bingung melihat tingkah cucu dan suaminya yang tampak menyembunyikan sesuatu darinya.

"Alasannya?" Mita masih menuntut penjelasan, yang membuat Ananta langsung menatap sang Nenek yang kini melipat tangan didada.

"Ananta mau dijodohkan.." kata Ananta pelan, membuat Mita menyergitkan dahinya tanpa belum paham maksud cucunya.

"Maksudnya gimana?" Ananta menghela nafas panjang sembari melirik Daffa yang terlihat tenang tanpa ada beban.

"Ananta mau dijodohkan sama Tante Amayra dan Paman Dito, Nek!" kata Ananta menjedah ucapannya.

"Dan yang dijodohkan sama Ananta tuh bukan Mas Daffa, tapi pria tua yang beristri Nek, Ananta nggak mau." Gadis itu menunduk rapuh saat menceritakan tentang rencana busuk Amayra dan Dito, membuat Daffa yang melihat itu langsung mendekap istrinya yang beberapa detik kemudian terisak memilukan.

Mita memejamkan matanya, mencoba memendam amarah yang bergejolak saat mendengar ucapan cucunya mengenai anaknya dan suaminya yang memperlakukan Ananta layaknya barang jualan.

"Stttt..sudah yah," bisik Daffa sembari mengelus punggung Ananta yang bergetar hebat akibat menangis.

Mita menatap sendu cucunya yang masih menangis dalam pelukan Daffa,"Jadi, bagaimana bisa kau menikahi Daffa?"

Daffa mengalihkan pandangannya kearah Mita yang kini terlihat memandang dengan tatapan sayang, tidak lagi tatapan tajam.

"Daffa yang meminta menikahi Ananta Nek, meski baru pertama kali bertemu, Daffa sudah yakin kepada Ananta," ungkap Daffa yang membuat Mita tersenyum. Meski tak menghadiri pernikahan sang cucu, Mita tetap bahagia karna melihat suami dari cucunya itu terlihat bertanggung jawab dan tentunya baik hati.

"Baiklah, hari ini menginap lah! Toh besok hari libur. Sekalian besok kalian temani Nenek untuk bertemu Amayra dan Dito. Dan yah, kamar kalian ada disana didekat tangga." ucap Mita yang beranjak dari tempat duduknya membuat Daffa mengangguk sedangkan Ananta masih menangis dalam dekapan Daffa.

Setelah kepergian Mita, Daffa perlahan melepaskan Ananta dari pelukannya, menatap Ananta yang kini terlihat berantakan. Mata memerah, apalagi kemeja yang Daffa pakai sudah basah karna air mata istrinya.

"Kekamar yuk!" ajak Daffa yang diangguki oleh Ananta dan langsung berdiri dari duduknya, namun tidak dengan Ananta gadis itu masih setia diposisi duduknya.

Ananta mendongak, menatap sang suami yang kini menatapnya heran, "Gendong!" kata Ananta sembari melebarkan tangannya membuat Daffa terkekeh geli, kemudian mengangguk menggendong Anant layaknya koala.

Daffa membawa Ananta menuju kamar mereka sesuai kata Mita tadinya, sembari terus mengelus punggung Ananta yang terlihat nyaman dengan menenggelamkan kepalanya dicuruk lehernya.

•••

Ananta duduk termenung didekat jendela dengan angin malam yang menerpa wajahnya yang nampak begitu muram, akibat ucapan Neneknya yang mengajaknya menemui Amayra dan Dito.

"Hei," Daffa memanggil Ananta yang tak melihatnya meski sudah ia panggil, membuat laki laki itu yang tadinya duduk di ranjang langsung berjalan mendekati sang istri.

"Kenapa, hmm?" tanya Daffa sembari tersenyum lembut mengusap puncak kepala istrinya itu.

Ananta tak bergeming. Ia memilih dia memendam semua rasa sedih dalam hatinya, sembari terus menatap kosong kearah luar jendela.

Daffa melihat tingkah Ananta menghela nafas jega. Ia tak tahu harus apa, karna dirinya dan Ananta baru saja bertemu, apalagi saat ini ia sudah berstatus suami dari gadis didepannya ini.

"Hei," Kali ini tangan Daffa terangkat  memegang pipi Ananta membuat gadis itu langsung menoleh dengan tatapan berkaca kaca. Daffa tersenyum kemudian menarik Ananta kedalam pelukannya.

"Kenapa, hmm? Apa yang mengganggumu? Mana Ananta yang periang?" tanya Daffa yang malah menambah tangisan Ananta semakin besar.

Dengan menghela nafas panjang, Daffa mengelus punggung istrinya itu, yang kini terus menangis pilu.

"Aku takut mereka..."cicit Ananta yang membuat Daffa mengerutkan dahinya bingung, siapa yang dimaksud istrinya itu.

"Siapa, hmm?" tanya Daffa yang membuat Ananta mengeratkan pelukannya.

"Tante dan Paman," Daffa mengeratkan pelukannya pada Ananta yang juga menguatkan pelukannya.

"Sudah yah, kamu nggak perlu takut! Selama ada aku, kamu akan aman, jadi tenanglah." seru Daffa sembari memberikan kecupan singkat dipuncak kepala Ananta yang terbalut hijab berwarna dusty pink .

Perlahan Ananta melepas pelukannya, kemudian mendongak menatap Daffa yang terlihat tersenyum kearahnya.

"Terima kasih!" ucap Ananta kemudian memeluk tengkuk leher Daffa membuat lelaki itu mengangguk membalas pelukan Ananta.

Daffa perlahan melepaskan pelukannya, namun Ananta malah mengeratkannya membuat Daffa harus berdiri dengan posisi Ananta yang memeluk tubuhnya.

"Bisakah kau turun? Aku ingin pergi kebawah sebentar, untuk mengambilkan mu air putih," pintah Daffa yang langsung mendapat gelengan cepat dari Ananta.

"Ikut," balas Ananta yang membuat Daffa tersenyum kecil, kemudian memperbaiki posisi Ananta yang sedikit merosot kebawah dengan menariknya keatas.

Dengan perlahan Daffa keluar dari kamar, sembari menggendong Ananta layaknya balita, menuju dapur.

•••

Daffa meletakkan Ananta diatas meja makan, dan beralih mengambil sebuah gelas dan mengisinya dengan air putih, kemudian menyodorkan kearah Ananta yang menerimanya.

"Minum, baru kita tidur!" perintah Daffa yang diangguki oleh Ananta sembari mengelus puncak kepala gadis itu.

Ananta menatap mata biru milik suaminya yang baru ia ketahui adalah blasteran Indonesia-Belanda mengingat sang Ayah mertua memang seorang WNA. Setelah menghabiskan air putih miliknya.

"Gendong," ucap Ananta yang langsung diangguki oleh Daffa membuat dirinya kini berada di dekapan suaminya, yang kini kembali berjalan menuju kamar mereka.







#BERSAMBUNG
#JANGAN LUPA VOTE
INSTAGRAM: @_shantisudrn03

Mas Dan Pak Daffa (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang