| |
| |
| |
Malam harinya, Daffa dan Ananta kini sedang duduk di bangku taman belakang sembari menikmati secangkir teh hangat yang dibuat oleh Ananta.
"Gimana?" tanya Daffa yang membuat Ananta menoleh dengan kening yang berkerut, tak mengerti ucapan Daffa.
"Apanya?" Daffa terkekeh kecil itu malah membuat Ananta jengkel.
"Gimana apanya sih Mas? Ditanya malah ketawa nggak jelas," ucap Ananta ketus.
Daffa tersenyum kemudian mengelus puncak kepala Ananta yang dibalas lirikan tajam oleh istrinya.
"Ujian kamu Sayang. Gimana hasilnya?" tanya Daffa yang membuat Ananta bergedik bahu.
Daffa memicingkan matanya menatap Ananta yang terlihat santai membalas tatapannya, "Apa?" tanya Ananta sewot yang membuat Daffa memajukan wajahnya hingga tersisa beberapa senti dari wajah Ananta.
"Kamu nggak ujian yah!" tuduh Daffa yang membuat Ananta melotot kaget.
"Apaan dah! Jelas jelas Ananta ikut yah Mas! Mas jangan solime!" hardik Ananta sembari menekuk wajahnya kesal membuat Daffa tertawa geli melihat itu.
Daffa tersenyum mengejek kearah Ananta yang kini menatapnya tajam, "Ya Mas kira kamu nggak ikut, garis bawahi kira." Daffa menyeruput kembali teh hangat miliknya, sedangkan Ananta mencibirkan bibirnya dengan mata melirik tajam Daffa.
"Kalau nanti kamu udah tamat nih, kamu mau nggak jadi istri yang sesungguhnya?" tanya Daffa yang membuat Ananta langsung menyemburkan teh yang ada di mulutnya, Daffa yang melihat itu langsung terkejut.
"Astaghfirullah Sayang, kamu nggak papa?" Daffa bangkit dari duduknya, kemudian mengambil posisi berdiri ditengah Ananta yang kini menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Tapi kamu nanya apa Mas? Bisa ulangi?" Ananta menatap Daffa yang kini mengerjapkan matanya beberapa kali, kemudian kembali menatap Ananta, kali ini ia mengambil posisi jongkok didepan istrinya, kemudian meraih kedua tangan Ananta, digenggamannya dengan erat.
"Nggak kok Sayang, lupain aja!" Daffa tersenyum sembari mengecup pelan punggung tangan Ananta.
Ananta menggeleng tanda tak setuju, "Kamu mau itu Mas?"
Daffa mengerjapkan matanya, menatap Ananta yang kini menatapnya dengan tatapan tak bisa diartikan, membuat Daffa mengangguk pelan.
"Nanti, setelah lulus aku kasih!" kata Ananta tersenyum manis yang membuat Daffa dibuat salah tingkah, dengan ucapan Ananta.
"Ah, tidak usah kalau kau belum siap. Mas akan menunggumu Sayang, sampai kau benar benar siap," seru Daffa tersenyum membuat Ananta menggeleng lagi tanda tak setuju.
"Tidak Mas, itu keputusan ku. Jadi kau harus menyetujuinya, bagaimana?"
Daffa tersenyum kecil, kemudian menarik pelan Ananta dalam pelukannya, sembari memberikan kecupan bertubi tubi dipuncak kepala gadis itu.
"Tidur yuk," Ananta mengangguk kemudian merentangkan tangannya, Daffa yang mengerti itu hanya bisa tertawa kecil kemudian menggedong tubuh Ananta yang kini menenggelamkan kepalanya dicuruk leher Daffa.
•••
Daffa meletakkan perlahan tubuh Ananta diatas kasur, kemudian menyelimuti nya hingga batas dada, lalu memberikan kecupan hangat dikening gadisnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Dan Pak Daffa (SELESAI)
Ficção Adolescente(FOLLOW MAKCE DULU YAHH 🖤) "Bapak Siapa?!" Ananta Zalynda "Hey Saya Ini Suami mu! Bukan Bapakmu!" Daffa Alfarizi Pertemuan yang tak terduga membawa Ananta menikahi seorang guru yang bernama Daffa, meski awalnya tak berjalan mulus tapi lama kelamaan...