| |
| |
| |
Siang yang begitu panas membuat kulit terasa terbakar, membuat semua orang mengeluh kepanasan . Sama halnya yang dikeluhkan Ananta, gadis itu terus merengek kepanasan. Bagiamana tidak, kali ini dia sedang berdiri itu bendera dengan wajah yang mendongak ke atas menatap matahari yang begitu menyilaukan mata.
"Ya Allah! Panas banget!" keluhnya sembari mengusap keringat yang kini membasahi wajahnya.
Andai dirinya tidak tertidur dikelas, mungkin saat ini dia tidak akan berdiri disini. Ingin sekali ia pingsan, namun tubuhnya tak bisa diajak kerjasama, ingin pura pura tapi guru dapat melihat kepura-puraan itu.
"Semangat Na!" Ananta menoleh saat mendengar teriakan dari Zifanya yang nampak berjalan beriringan dengan Lucas sembari memegang sebuah buku besar yang bertumpuk-tumpuk.
"Kampret!" teriak Ananta yang membuat keduanya malah terkekeh geli, itu membuat Ananta kesal.
"Astaghfirullah! Ngomong apa kamu Ananta?!" tanya Pak Ujang siguru killer yang entar sejak kapan ia berdiri disana, membuat Ananta terlonjak kaget.
"Ya Allah Pak! Bapak ngagetin tau!" kata Ananta sembari mengelus dada, dengan Pak Ujang yang kini memicingkan mata menatap muridnya yang satu ini.
"Saya ulangi! Kamu tadi ngomong apa?" tanya Pak Ujang galak.
"Loh Bapak nggak punya telinga?" Ananta mengerjapkan matanya beberapa kali, yang membuat emosi Pak Ujang makin naik.
"Kamu jangan main main yah Ananta!" teriak Pak Ujang sembari berkacak pinggang, sedangkan Ananta menyengir lebar.
"Saya nggak main main loh Pak! Saya ini lagi ngejalanin hukuman saya! Malah Bapak tuduh saya main main, astaghfirullah Pak!" seru Ananta mendramatisir yang membuat Pak Ujang hanya bisa mengelus dada sabar.
"Sudahlah! Lama lama saya bisa gila nanti!"
Ananta menunduk," Lah emang gila kan?",
"Apa?!" Pak Ujang melotot seram kearah Ananta yang malah dibalas senyuman tak berdosa.
"Nggak kok Pak!"
Pak Ujang menggeleng pelan, pusing jika harus beradu argumen dengan Ananta si gadis ajaib ini.
"Loh mau kemana Pak?"
Pak Ujang terus melangkah meninggalkan Ananta yang menatap punggung gurunya itu.
"Ke neraka!" teriak Pak Ujang yang membuat Ananta terkekeh geli.
"Selamat menikmati Pak! Jangan lupa oleh olehnya!"
Pak Ujang menoleh dengan mata yang menajam, membuat Ananta berlari kencang meninggalkan lapangan, meski 5 menit lagi hukumannya baru bisa ia tinggalkan, namun karna harus menghindar terpaksa dia harus kabur.
"ANANTA!!!"
Gadis itu tertawa lepas, melihat ekspresi gurunya setelah ia kerjai habis habisan.
Dilain sisi, Daffa melihat Pak Ujang tengah berjalan ke arahnya dengan mulut yang terlihat berkomat kamit tak jelas plus wajah yang terlihat kesal.
"Kenapa Pak?" tanya Daffa saat Pak Ujang tengah berdiri dihadapannya sembari berkacak pinggang.
"Ananta!" seru Pak Ujang dengan jengkel yang membuat Daffa langsung melototkan matanya mendengar nama istrinya disebut oleh guru killer ini.
"Loh, Ananta kenapa Pak?" tanya Daffa lagi kali ini terlihat tidak sabar mendengar jawaban dari Pak Ujang, ia takut istrinya itu sedang dalam bahaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Dan Pak Daffa (SELESAI)
Fiksi Remaja(FOLLOW MAKCE DULU YAHH 🖤) "Bapak Siapa?!" Ananta Zalynda "Hey Saya Ini Suami mu! Bukan Bapakmu!" Daffa Alfarizi Pertemuan yang tak terduga membawa Ananta menikahi seorang guru yang bernama Daffa, meski awalnya tak berjalan mulus tapi lama kelamaan...