Sebelum baca, coba dong, absen pake nama depan cowok/cewek yang lagi kamu sukai saat ini (bukan idol) →
Pembaca Violin kira-kira berani enggak ya 😗🎻
Happy Reading! ✨
🎻
"Sumpah! Gabut banget gue! Mau keluar tapi mager," Rasha mengerang frustrasi disela acara rebahannya.
Masih dengan tubuh terlentang di atas kasur, Rasha meraih ponsel, dan menghubungi Moka. Kali saja pemuda itu mau ia ajak main ke rumah, untuk membunuh jenuh yang merayap di sekujur tubuh.
"Lo lagi di mana, Nyet?" tanya Rasha begitu panggilan terhubung.
"Gue lagi pacaran, Nying. Jomblo tidur aja udah."
Bip
Rasha menganga.
Moka mematikan telfon itu secara sepihak, padahal dirinya lah yang menelfon duluan.
"Kurang ajar emang. Enggak salah gue nyebut dia Onyet. Kelakuannya aja sama persis."
Kala menengadah menatap langit-langit, Rasha teringat dengan seorang gadis bernama Nada, yang akhir-akhir ini sedang dekat dengan sang adik.
Semakin dipikirkan, ia jadi penasaran dengan kepribadian gadis itu.
"Apa gue suruh ke sini aja, ya?" Rasha kemudian berdecak. "Tapi gue enggak punya nomornya."
Ah, iya, si Aresh!
Rasha pun segera beranjak dari tempat tidur dan keluar menemui sang adik, yang juga tengah rebahan di kasur dengan iPad di tangan, sementara Lona, si Kucing yang sepulang sekolah tadi baru diambil dari pet shop, meringkuk nyaman di samping pemuda itu.
"Lo enggak lihat tulisan depan pintu?" ketus Aresh.
Bahu Rasha terangkat enteng sembari berjalan mendekati sang adik, lalu duduk tanpa peduli tatapan sengit yang melayang padanya.
"Bagi nomor Nada, dong."
"Buat apa?"
"Mau gue suruh main ke sini."
Aresh menyipitkan mata sekejap, sebelum bersuara. "Satu bucket spicy chicken, french fries ukuran large dua, big mac dua, minuman soda tiga."
Rasha mengerjapkan matanya. "Hah?"
"Lo mau minta nomor dia, kan? Itu syaratnya."
"Lo mau malak gue?"
"Kalau enggak mampu, yaudah."
Rasha tertawa garing dan menghubungi salah satu restoran cepat saji berlogo huruf W terbalik itu, memesankan makanan yang tadi disebutkan Aresh.
Meski kesal dan cenderung dirugikan, Rasha hampir tidak pernah menolak keinginan Aresh. Lagipula, sang bunda juga sedang berada di kantor saat ini. Jadi, anggap saja Rasha sedang memberikan makan siang pada peliharaan tercinta.
"Puas, lo? Sekarang kirim nomor dia ke gue."
Aresh mendengus dan melaksanakan perintah Rasha, mengirimkan nomor Nada.
"Udah."
Begitu dapat, Rasha kembali ke kamar dengan perasaan dongkol.
"Kenapa gue harus dikelilingi sama cowok-cowok yang enggak punya adab? Enggak Moka, enggak adek sendiri. Dosa gue segede apa, sih, di masa lalu?" gerutu Rasha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Violin • completed
Teen Fiction#VERNANDOSERIES (last) 🎻 A Spin-Off from Firefly ✨ Biola bagi Rian, adalah cintanya. Ia nyaris tidak pernah mencintai apa pun melebihi lantunan dari permainan biola itu sendiri. Ah, kecuali satu gadis cantik bernama Arsya. Itu pun, hanya sebatas me...