🎻 violin ° 25

6.2K 1.3K 209
                                    

Yang kemarin merasa jawab : Rian & Rama (dominan) di pertanyaan "tipe cowok", selamat, ya, kalian udah debut (lahir) di tiktok : write.fi 😂🥳

Btw, maaf ya kalau ada typo 😔

🎻

Happy Reading!

🎻

"LO BERDUA BENERAN BELIIN SEPULUH KOLOR MOTIF KARTUN BUAT GUE?" Syok Bara begitu mengeluarkan isi paper bag yang Rasha ulurkan padanya.

Di dalam kamar pemuda itu, Rasha mengangguk semangat. "Lo suka, kan?"

Bara berpura-pura menangis. "Padahal gue cuman bercanda, tapi lo berdua beneran beliin motif kartun. Tahu gitu gue enggak nambahin omongan Rian."

"Cup, cup, cup, enggak usah nangis. Ntar dipake, ya? Kalau bisa sambil main basket atau latihan sama temen-temen lo." Rasha menepuk bahu kanan Bara yang terbebas dari tali gips.

"Ya kali, Sha. Yang ada gue bisa dibully abis-abisan sama mereka."

"Itu derita lo."

Bara memutar bola mata, sebelum mengarahkan tatapan sengit pada Rian. "Gara-gara lo, nih."

Rian hanya mengangkat pundak sebagai sahutan.

Ddrrtt Ddrrtt

Merasakan getaran di saku, Rian membuka notifikasi yang berasal dari sang kakak, sebelum menengadahkan kepala kembali menatap Rasha juga Bara.

"Kita bertiga disuruh ke rumah, kak Jane sengaja masak banyak buat makan siang."

"Kak Jane emang terbaik. Udah cantik, pinter lagi. Andaikan gue lahir lebih cepet, pasti gue udah jadi abang ipar lo, Yan."

"Standar kakak gue tinggi. Lo terlalu rendah buat dia." Rian melirik jengah kala Bara menunjuk senyum menjengkelkannya.

Ekspektasi Bara pun menurun drastis.

"Kalau seandainya lo lahir lebih cepet, berarti gue enggak perlu jadi mantan lo, dong." Rasha menyeringai.

Dua kali ditampar kenyataan, Bara memutuskan bangkit dari kasur dan berjalan keluar. "Mending makan, dah, daripada berandai."

Rasha melirik ke arah Rian, dan mereka tertawa melihat kekesalan Bara, sebelum menyusul kepergian pemuda itu.

Begitu sampai di rumah Elbrensa, kedua mata Bara berbinar melihat banyaknya makanan yang tersaji di meja makan. Jane sampai tertawa akannya.

"Cuci tangan dulu, baru makan," titah wanita beranak satu itu.

"Siap, Kak Jane." Bara pun berlalu ke wastafel, begitu pun Rian juga Rasha. Ia mencuci tangannya dengan dibantu Rian, mengingat si tangan kiri yang masih terbalut gips.

Usai Jane mengambilkan nasi untuk sang suami serta dirinya, ia juga turut mengambilkan sepiring nasi untuk Bara agar pemuda itu tidak kesusahan.

"Makasih, Kak," ucap Bara.

"Sama-sama."

Usai Bara berlalu, Rian mempersilahkan Rasha untuk mengambil nasi lebih dulu.

Namun hal tak terduga terjadi di detik setelah piring itu terisi. Yakni pergerakan Rasha yang mengambil piring lain, menaruh nasi di atas sana, lalu bertanya, “segini cukup? Atau mau nambah lagi?” pada Rian.

“Cukup. Makasih, ya, udah diambilin.” Rian berkata sambil mengulas senyum simpul. Sementara Rasha mengangguk sebagai jawaban.

Tingkah mereka rupanya menyita perhatian Jane. Wanita itu tersenyum gemas di sela mengunyah. Ada rasa lega karena Rian menyukai orang yang tepat. Ia harap Rasha segera membuka hati pada sang adik, agar mereka bisa saling melengkapi kedepannya.

Violin  • completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang