🎻 violin ° epilog

11.5K 1.4K 478
                                    

Belom bobo, kan?

Btw gengs, ini bakal jadi Epilog rasa Extra Chapter 🤣 sebenernya ada 400 kata, dan itu udah jadi dari kemarin-kemarin, tapi karena kak Fi rasa kurang memuaskan, makanya kak Fi rombak, dan ujungnya malah membengkak jadi 2k+ 😭 semoga kenyang ya 😗

Btw, ini 17+ 🌝 (ya masih terbilang aman sih) 🌝

Selamat membaca 🌝

🎻

Rasha tak habis pikir pada sosok laki-laki yang tengah berdiri tepat di depannya saat ini. Pasalnya, belum ada dua puluh empat jam cincin mas kawin itu tersemat di jari, keberadaannya sudah menghilang entah ke mana.

Benar. Mereka sudah melangsungkan akad tadi pagi di kediaman Rasha, yang dihadiri keluarga besar dan beberapa teman dekat saja. Acara berlangsung dengan perasaan haru yang lebih dominan. Entah sudah berapa banyak air mata yang sudah Gisya keluarkan saat melihat sang putri, sedari didandani hingga proses sungkeman berlangsung.

“Bantuin aku cariin cincinya,” pinta Rian dengan raut memelas, hingga Rasha tak kuasa untuk menolak. Lalu ia pamit undur diri dari hadapan tamu-tamu yang sudah datang memenuhi undangan resepsi, untuk mencari benda berharga itu bersama seorang laki-laki yang sekarang sudah berganti status menjadi suaminya.

“Kok, bisa sampe ilang? Gimana ceritanya?”

“Tadi sewaktu ganti baju dalaman, aku taruh cincinnya di meja, terus ke kamar mandi bentar. Tahu-tahu pas balik, cincinnya udah ilang.”

“Masa iya ada yang ngambil?” Kecemasan sukses mengurung erat hati Rasha.

Sampai di sebuah ruangan di dalam gedung mewah yang dijadikan tempat resepsi pernikahan, Rasha menggeledah isinya, mencari ke sudut demi sudut dengan teliti, kali saja benda kecil namun sangat penting itu ada di sana.

“Kamu yakin ilangnya di sini?” Rasha bertanya pada Rian, yang tengah mencari di bagian meja.

Pemuda itu mengangguk sebagai balasan.

Rasha mencoba mencarinya sekali lagi. Mungkin saja ada tempat yang terlewati karena ia kurang teliti.

“Enggak ada, kok. Udah coba cari di luar belum?” yakin Rasha begitu sudah mencari yang kedua kali.

“Belum, karena aku enggak ngerasa ke mana-mana sebelum ganti baju.”

“Walau gitu tetep dicari, dong, Yan. Kali aja enggak sengaja kebawa penata busana dan jatuh di luar.”

Rian menggaruk tengkuk belakang. Wajahnya yang setengah ditekuk membuat pemuda itu nampak terlihat menggemaskan di mata Rasha. Hingga mampu menghadirkan sebuah senyum di wajah ayunya.

 “Yaudah, aku cari di luar dulu, enggak usah cemberut gitu mukanya,” pamit Rasha sembari menepuk pelan puncak kepala Rian.

Begitu kenop pintu Rasha pegang, bahkan sudah ditekan, sebuah tangan berbalut jas berwarna cokelat beige, selaras dengan gaun yang dikenakannya, justru melingkar apik dari arah belakang. Tentu saja pergerakan yang di luar dari dugaan itu membuat Rasha terkejut hingga tubuhnya tegang.

“Y-Yan.”

“Enggak usah dicari lagi cincinya.” Rian berbisik di telinga kiri Rasha.

“Kok, enggak usah dicari? Itu kan mas kawin, bukan sembarang barang.”

Tangan kanan Rian yang memperlihatkan bagian punggungnya terulur ke depan dan berhenti tepat di depan wajah Rasha. “Cincinnya enggak ilang, dari tadi aku simpen di saku jas.”

Violin  • completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang