🎻 violin ° 40

5.1K 1.1K 214
                                    

Q : Apa pendapat kalian mengenai kasus plagiat yang berdiri di atas kata "terinspirasi"?

Coba dong share ke kak Fi, kak Fi pengen tahu pendapat kalian mengenai hal ini, selaku pengguna aplikasi wattpad 😉

🎻

Happy Reading!

🎻

Sepulangnya Oka, Rian membawa Rasha ke ke kediaman Elbrensa atas permintaan Jane, yang meminta tolong pada sejoli itu untuk menjaga Arta sebentar, karena ia harus menghadiri sebuah rapat penting di kantor.

Rasha tak masalah. Ia justru merasa senang bisa membantu wanita itu. Terlebih, Arta, laki-laki imut hampir genap dua tahun itulah yang akan mereka jaga.

"Kakak titip Arta sama rumah bentar, ya. Nanti pulangnya kakak beliin jajan yang banyak. Oke?"

"Enggak usah mikirin Arta, Kak, Arta aman sama Iyan, apalagi ada Rasha di sini."

Jane mengembuskan napas lega. Ia jadi tenang karena Arta dijaga oleh dua insan yang menyukai anak kecil ini.

"Tapi inget, ya." Jane menunjuk wajah Rasha dan Rian bergantian. Raut wajahnya berubah tiga kali lipat lebih serius dari biasa. "Kalian berdua jangan macem-macem selagi kakak enggak ada. Terutama kamu, Iyan."

Rian mendengus geli. "Yang harusnya kakak curigai itu bukan Iyan, tapi Rasha."

Rasha melotot tak terima, Rian malah asik tertawa.

"Menurut lo gue cewek apaan?"

Jane menggelengkan kepalanya pelan. "Yaudah, kakak berangkat dulu. Inget kata-kata kakak tadi. Kalau Arta nangis, ajak aja dia main, kalau enggak mempan coba kasih dia susu formula. Jangan lupa-"

"Susunya harus dalam keadaan hangat, jangan kepanasan. Tuang ke jari biar tahu tingkat kepanasannya," sambung Rian.

"Dan kalau Arta ngantuk, suruh aja Iyan nyanyi, nanti juga ngantuk sendiri. Iya, kan, Kak?" imbuh Rasha.

Jane memberi mereka dua jempol, sebelum pamit undur diri usai mencium kening sang putra juga mengambil kunci mobil di atas meja sana.

Seperginya Jane, Rian dan Rasha saling melempar pandang, lalu mengarahkan atensinya pada Arta, yang kini sibuk tersenyum polos.

"Siap jadi orang tua sementara?"

Rasha mengangguk enteng, "kecil itu mah."

Senyum miring Rian tercetak di wajah rupawan itu. "Berarti kalau jadi orang tua dari anak-anak kita, lo udah siap, dong."

Bola mata Rasha terputar, sebelum melangkahkan kakinya mendekati Arta, sembari memasang senyum lebar. Ya, gadis itu baru saja mengabaikan ucapan Rian.

"Arta mau main sama tante Rasha?" Suara Rasha dilembutkan kala berhadapan dengan Arta.

"Au Ate Atha! Yo ain!" jawab Arta dengan begitu antusias.

"Arta ngingetin gue sama baby Ion waktu diajakin Nada ke rumah."

Rian mencoba mengingat, "ah, waktu keluarga Vernando heboh karena mereka enggak ada di rumah."

"Lo masih inget, ternyata."

"Tentu."

Arta berulang kali menepuk tangan Rasha supaya atensi gadis itu terpusat padanya.

"Arta mau main apa?" tanya Rasha, yang sudah sepenuhnya memberikan perhatian pada pemuda kecil itu.

Violin  • completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang