3

1K 105 11
                                    

New terbangun saat mendengar kedoran pintu dan teriakan Tay dari luar kamarnya. Sungguh mengganggu, bukan kah Tay sendiri yang menginginkan New agar tetap terkurung didalam?

"Buka pintu nya, sialan!" Teriak Tay dengan menggedor pintu coklat itu, semua pelayan sudah berusaha untuk menenangkan Tay, tapi kini mereka begitu takut melihat Tay yang sudah mengamuk.

"Lu sendiri kan yang mau gua tetep di kamar, selamat Tuan Tay, harapan Tuan terkabul." Balas New dari dalam.

"Buka! Gua tau lu geser lemari biar pintu nya ga bisa gua buka!" Sahut Tay.

New memang memindahkan lemari kecil kemarin, ia terlalu kesal. Bukankah Tay kemarin memang menginginkan New untuk tetap terkurung di kamar? Lalu mengapa sekarang ia marah New menuruti perintahnya?

New turun dari ranjang dan menggeser lemari kecil itu dari hadapan pintu, membuka pintu itu dan ia langsung berhadapan dengan Tay dengan wajah yang sungguh sangat menyeramkan.

"Buatin gua sarapan." Perintah Tay langsung pergi.

Oh sungguh! Bukankah Tay memiliki banyak pelayan dan juga koki handal? Lalu mengapa harus New yang menyiapkan sarapan untuk Tay? Mengapa tidak Tay suruh saja salah satu pelayannya untuk menyiapkan makanan.

Teringat kembali kata yang Aye ucapkan kemarin, New hanya harus menurut. Dan New akan mendapatkan kebebasan nya kembali.

...

New melihat isi kulkas, mengambil daging yang masih beku itu, New akan membuat Steak.

Hampir memakan waktu 30 menit New memasak, akhirnya masakannya dapat disajikan diatas piring cantik tanpa lupa New memberi sentuhan akhir, membuat Steak itu lebih menggugah selera.

New membawa Steak itu ke hadapan Tay, dengan senyum dan suara khasnya New berucap "selamat menikmati, Tuan Tay Tawan Vihokaratan."

"Coba ulang." Wajah Tay sudah seperti menahan emosi. Tay tak salah dengar kan? Apa New baru saja meledeknya? Vihokaratan? Yang benar saja!!!

Tay menggebrak meja makan, membuat semua yang ada disana terkejut bahkan New sama terkejutnya, apa ia salah berucap?

"Aye! Siapkan tiket penerbangan! Bawa New pergi ke hutan Amazon!" Marah Tay.

"Mendingan di Amazon dari pada disini." Gumam New yang masih dapat terdengar jelas oleh Tay. "Aye! Kalo gitu ga jadi!" Teriak Tay lagi.

New menghela nafas, mengapa tidak dikirim saja ke hutan Amazon? New lebih baik mati di sana dimakan hewan buas dari pada tersiksa disini bersama dengan manusia tempramen seperti Tay.

Dan New sampai sekarang tak mengerti, mengapa Tay menyekapnya hanya karena anak? Anak mana yang Tay maksud? New belum menikah, tidak. Berkencan saja New tidak pernah dan lagi New itu seorang laki-laki yang tidak bisa mengandung anak Tay. New rasa memang Tay sudah kehilangan akal sehatnya.

Selesai dengan sarapan pagi yang membuat kepala pusing serta rumah menjadi ramai karena teriakan Tay. Kini Tay pergi menuju ruang kerjanya, padahal New berharap ia pergi ke kantor, tidak berada dirumah. Mata New lelah melihat keberadaan Tay, dan lagi kenapa Tay selalu marah-marah, apa tidak ada hari tanpa marah-marah didalam hidup Tay? Dan apa lehernya tidak sakit karena terus berteriak? New harap pita suara Tay segera putus jadi Tay tidak lagi marah-marah. Jika dihitung mungkin dalam waktu 5 jam ini Tay sudah marah hampir 20 kali hanya karena kesalahan kecil, New heran bagaimana bisa karyawan Tay betah bekerja dengannya?

New bingung sekarang ini, ia tak tau harus melakukan apa. Biasanya jika dirumah, New akan membereskan seluruh penjuru rumah kecil dan sederhananya. Tapi disini? Tay memiliki banyak pelayan membuat New tak tau harus melakukan apa. New hanya berjalan-jalan mengelilingi rumah megah itu, melihat lukisan-lukisan indah yang terpajang di dinding kokoh itu.

Bad Thing✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang