7

862 94 1
                                    

Kaki New Berhenti saat matanya melihat Tay mengetuk pintu rumahn sambil tak henti memanggil namanya.

New hanya melihat dari kejauhan, ingin tau sampai kapan Tay akan tetap berada disana, hampir lama New menunggu tapi Tay tak kunjung meninggalkan pelataran rumah New.

Sedikit malas, New memutuskan untuk menghampiri Tay, kakinya sudah sakit karena terus berdiri.

"Ngapain disini?" Suara New mampu mengalihkan perhatian Tay seketika, Tay langsung memeluk New merapalkan kata maaf sebanyak yang ia bisa.

New tak membalas pelukan Tay, ia terlalu malas. Tidak. New memang sudah tak ingin lagi bertemu dengan Tay, ia sudah cukup di bodohi.

"Dengerin penjelasan gua, terserah lu bakalan maafin gua apa ngga. Kasih gua kesempatan buat jelasin." Mohon Tay.

New sempat menghela nafas panjang sebelum akhirnya ia menyetujui permintaan Tay. Ia membawa Tay untuk masuk kedalam rumah sederhananya, duduk di sofa yang tersedia di tengah ruangan itu.

Sejenak mereka terdiam, tak ada yang bersuara. Hingga suara Tay mengubah ruangan sunyi itu menjadi sedikit lebih berisik.

"Maaf, gua tau lu ga bakalan maafin gua. Gua balik ke Thailand mau ketemu sama lu, tapi pas beberapa kali ketemu, lu kaya ga kenal sama gua." Jelas Tay, Tay memang sempat beberapa kali tak sengajak bertemu dengan New di cafe pinggir jalan dimana New bekerja.

"Sejak gua tinggal di Paris gua ga bisa ngendaliin emosi, gua emosi karena lu ga ngenalin gua, mangkanya gua terus ngulik lu." Sambung Tay merasa bersalah, Tay tidak seharusnya sekejam itu terhadap New.

"Terus? Kenapa minta anak ke gua?!" Tanya New sedikit emosi. Tay menatap New, jika tentang itu sebenarnya Tay merasa konyol, alasan yang terlalu konyol untuk di katakan.

"Lu inget ga dulu kita melihara kucing. Lu janji sama gua buat tetep jaga kucing kita, gua anggep kucing itu anak kita." Jelas Tay yang sungguh membuat New tak dapat berkata-kata.

Jadi selama ini Tay hanya mencari anak kucing yang bahkan sudah tiada saat ini?! Yang benar saja! Maksud New, bukankah itu tidak masuk akal? Bagaimana bisa Tay menganggap anak kucing sebagai anak mereka?!! Dimana isi kepala Tau?! Mengapa Tay bisa berpikir sampai sejauh itu?! Apa Tay seorang anak kecil yang tengah memainkan peran suami-istri?!!!! Oh...! Sungguh! Alasan yang di berikan Tay membuat New sakit kepala dan tak dapat berkata apa-apa lagi. Itu sangat konyol!

"Terus kenapa lu sampe perkosa gua?!" Tanya New lagi.

Tay sempat terdiam. Sejujurnya sudah sejak dari ia bertemu dan bermain dengan New, Tay merasa ada yang aneh dengan dirinya, Tay yang selalu memikirkan New, bersama dengan New sepanjang waktu saja sudah mampu membuat jantungnya berdebar tidak karuan, Tay ingin terus bersama dengan New, menghabiskan hari-harinya hanya bersama dengan New. Hingga Tay sadar bahwa rasa yang ia miliki tidaklah benar, ingin membuang jauh-jauh perasaan itu, tapi Tay tak mampu.

Tay memutuskan untuk pergi bersama kedua orangtuanya ke Paris. Tay kira ia bisa melupakan New, nyatanya Tay tertekan sendiri atas keputusan yang ia ambil. Perasaan itu masih terus ada dan terus saja berkembang, tak pernah sehari pun Tay melupakan New, New yang seakan terus saja berlarian dalam benaknya tanpa kenal lelah. Sejak saat itu Tay tak dapat mengendalikan emosinya, Tay tak ingin pergi ke psikolog karna menurutnya ia tidaklah sakit jiwa, Tay hanya sedikit stress karena merindukan sosok pemuda manis yang kini sudah jauh dari sisinya.

Saat Tay kembali ia sadar jika New sudah melupakannya, melupakan semua kenangan mereka dengan mudah.

"Itu... Gua..." Tay menggantung kalimatnya, merasa debaran jantung yang menggila, suara Tay seakan menyangkut dalam tenggorokan, lidahnya seakan sulit untuk mengucap kata sederhana itu.

Tanpa sengaja New melihat darah di jari-jari Tay, New menarik tangan itu, melihat darah segar yang masih saja keluar dari luka itu. Sudah berapa lama Tay mengetuk pintu rumahnya?

"Gua ambilin obat dulu." New langsung bangkit.

Tay tersenyum kecil, sungguh Tay merindukan New, merindukan sikap hangat dan tawa New. New yang menggemaskan kini sudah berubah, Tay menyesal meninggalkan pemuda manis seperti New dulu.

Tak terlalu lama, New kembali dengan membawa kotak P3K, mengobati luka itu dengan hati-hati.

"Bisa kita mulai dari awal?" Ucap Tay membuat New menghentikan gerakannya. Wajahnya ia angkat untuk menatap wajah Tay.

New meletakan kapas yang ada ditangannya, menutup luka Tay dengan plester sebelum ia kembali menatap Tay.

Tay mengambil tangan New, menatap New dengan tatapan meyakinkan. "Gua minta maaf." Ucap Tay dengan suara lembut, membuat hati New sedikit melembut.

"Kasih gua kesempatan." Lanjut Tay.

New menatap mata Tay dalam, mencari sebuah kebenaran didalam sana. New tak melihat adanya keraguan didalam sana, hanya ada keyakinan dan tatapan tak menyerah yang terpancar dari sana.

Entah New harus memberi kesempatan itu atau tidak, jika New memberikan kesempatan. Apa Tay takkan mengecewakannya lagi? Bagaimana jika Tay mengecewakan nya?

Cukup lama New terdiam, sampai New mengeluarkan suaranya kembali memberi jawaban untuk Tay.

"Ada syarat nya." Gantung New. Tay hanya terdiam, menunggu lanjutan ucapan New. "Ga boleh larang gua, gua mau kemana urusan gua, ga boleh macem-macem sama gua, pokoknya jangan urusin kehidupan gua!" Lanjut New mutlak, tak bisa di bantah.

"Oke! Deal." Sahut Tay tanpa pikir panjang, setidaknya Tay bisa bersama dengan New lagi.

Tak masalah jika mereka memulai dari awal, Tay akan berusaha membuat New jatuh hati padanya, tak peduli jika hal itu mustahil, tak peduli jika Tay harus menunggu New sampai bertahun-tahun lamanya, Tay hanya ingin bersama dengan New. Hanya dengan New.

TBC...

Akhirnya selesai juga, dari kemaren draf nya ulangan Mulu Ampe mau nangis gua😭🤣

Maap up nya lama banget, Ampe seminggu ya.

Makasih batt yang dh nungguin, vote, comments, polow Sama subscribe 🤣 makasih batt dh pokok nya.

16/04/21
Ni-Gun

Bad Thing✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang