11

859 88 34
                                    

Tay sedari tadi melihat jari manisnya yang kini sudah tersemat cincin polos yang kemarin ia beli bersama dengan New, tidak hanya itu. Sedari tadi Tay tak bisa berhenti tersenyum, meski hubungan mereka belum lah resmi, tapi Tay akan membuat hubungan itu segera resmi. Tay cukup bahagia mengetahui New menerima cincin itu, setidaknya mereka sudah terikat meski hanya melalui cincin sederhana.

"Sepertinya aku melewati banyak berita penting." Goda Aye sambil meletakan dokumen diatas meja kerja Tay. Tay mengalihkan pandangannya, menatap Aye masih dengan senyuman.

"Anak kecil diem aja." Sahut Tau terdengar pedas, terlebih senyum yang masih terpatri diwajah tampan itu, itu lebih terlihat meledek.

"Apa setelah lamaran kemarin, Tuan Tay akan segera menggelar pernikahan?" Tanya Aye lagi.

Tay terdiam. Benar juga, Tay belum sempat memikirkan pernikahan nya dengan New, terlebih ia belum memberi tau kedua orangtuanya. Mungkin Tay bisa memberi tau melalui sambungan telepon saja, tak peduli jika sekalipun mereka melarang Tay. Tay tetap pada pendiriannya, ia akan tetap menikahi New apapun keadaannya, meski New sendiri yang menolak Tay, mana peduli Tay akan hal itu.

"Aye! Sewain gedung pernikahan yang paling mewah!" Putus Tay setelah berpikir cukup lama.

Tapi tunggu! Tay ingat betul New tak terlalu suka kemewahan, pasti New akan mengatakan 'jangan boros.'

"Ga jadi yang paling mewah, yang murah aja, kalo bisa malah ga usah bayar." Aye yang mendengarnya sedikit tertawa. Tak biasanya Tay menjadi pelit seperti itu, benar-benar berbeda jauh dari Tay yang sebelum nya.

"Kenapa Tuan tidak membuat acara dirumah Tuan sendiri?" Sindir Aye dengan senyum manis diwajahnya. Aye hanya berniat bercanda, Tay tidak akan pernah mengundang rekan kerja bisnisnya kerumah mewah itu.

"Hm. Ide bagus." Sahut Tay bangkit. Mengambil jas hitam yang ada di lengan kursi, memakainya sebelum melangkahkan kakinya keluar dari sana.

...

New menatap cangkir kopi nya. Ia kini sedang di luar bersama Arm dan juga First, teman dekat New. Sudah lama rasanya mereka tidak duduk seperti ini, berkumpul dan tertawa bersama.

"Oh! New! Kemaren gua kerumah lu tapi lu dibilang udah pindah." Ucap Arm setelah menyeruput minumannya. New mengalihkan pandangannya. "Iya, New lupa kasih tau P'Arm sama First." Jawab New dengan senyuman hangat.

"P'New? P'New sekarang pake cincin?" Kini First menarik tangan New dan melihat lebih dalam cincin sederhana itu.

New cepat-cepat menarik nya, tak menyangka jika First akan melihat cincin yang tersemat dijari manis nya. "Kaya nya New punya banyak cerita." Goda Arm menopang kepalanya.

New menghela nafas. New tidak pandai berbohong, terlebih pada Arm dan juga First yang sudah tau betul sifat New ketika berbohong. New sendiri tak mengerti bagaimana bisa mereka tau jika New sedang berbohong? Ini tidak adil bukan?

"New ketemu lagi sama temen kecil New." Cerita New sambil memainkan cincin yang ada di jari manisnya. Arm dan First tampak asik mendengarkan. "Terus, kemaren dia ngelamar New." Sambung New.

"HAH?!" Kaget mereka. "Lu dilamar?! Terus nikahnya kapan?!" Tanya Arm dengan suara setengah berteriak. "Yang ngelamar cewe apa Cowo? Cakep ga?" Kini First ikut menyerang New dengan pertanyaan-pertanyaan konyol.

"Temen New Cowo." Jawab New. "HAH?!" Kaget mereka lagi. "Terus kapan nikah?" Sahut Arm tampak begitu antusias. "Ganteng ga? Ganteng ga?" Ucap First tak kalah antusias.

New mengalihkan pandangannya saat dirasa wajahnya menjadi panas, New yakin jika kini wajahnya sudah memerah. Hanya memikirkan Tay saja sudah mampu membuat wajah New memerah dan juga debaran jantung New yang tidak karuan. Tay sialan!

Bad Thing✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang