6

875 93 17
                                    

"Phi New!!!!" Teriak seseorang dari luar sana dengan menggedor pintu rumah New.

New yang mendengar itu sedikit terganggu, padahal ia baru saja sampai, ingin beristirahat tapi tak bisa. Dengan langkah lelah, New membuka pintu rumahnya, menemukan First teman dekatnya ada disana.

"Phi? Kemana aja? Kok ga bisa di hubungin?" Tanya First.

Sedari kemarin ia berusaha menghubungi New, tapi seniornya sewaktu kuliah ini tak pernah menjawab panggilan First.

"Oh... Itu, hp gua ilang." Sahut New asal. New memang tidak tau dimana Tay menyimpan hpnya, Tay tak pernah memberikan hp New, mungkin Tay sudah membuangnya mengingat betapa rusak dan hancurnya hp New.

"Terus kenapa Phi ga ada di rumah?" Tanya First lagi. New tak menjawab, ia tak tau harus mengatakan apa.

"Phi, kalo Phi ada masalah cerita aja, First bakalan bantu Phi." Lanjut First.

New tak kuasa untuk menahan air matanya, ia menangis sejadinya, dan tentu First sontak memeluk New, mengusap bahu itu dengan lembut, memberikan kalimat penenang pada New.

...

Tay melempar proposal yang baru saja datang, Tay bahkan belum membacanya. "Bawa pergi! Ga ada penerimaan dana sekarang! Ga liat gemana pemasukan perusahaan?!" Teriak Tay. Padahal pemasukan perusahaan terus meningkat, atau Tay tidak membaca grafik yang kemarin diberikan?

Sepanjang hari ini Tay terus saja mengomel, setelah pulang dari Phuket Tay tak pernah berhenti memaki karyawan nya.

"Aye! Kosongin jadwal!" Teriak Tay lagi, ia melonggarkan dasi yang mencekik lehernya sedari tadi.

"Tapi, Tuan. Setelah ini Tuan Tay memiliki pertemuan dengan---"

"Ga denger!? Kalo gua bilang kosongin jadwal ya kosongin! Ga usah ngebantah! Udah bosen kerja sama gua?!! Beli tiket ke Afrika, besok lu pergi ke Afrika ga usah balik lagi!" Potong Tay dengan emosi yang meledak-ledak.

Aye menghela nafas panjang. Padahal kemarin tempramen Tay sudah lebih baik, tapi sekarang? Hah~ Tay kembali menjadi Tay Tempramen seperti dulu.

Tay keluar dari ruang kerjanya, berjalan tanpa henti mengomeli setiap Karyawan yang melakukan kesalahan sekecil apapun itu, bahkan yang baru keluar dari Toilet pun kena semprot Tay.

"Saya gaji kalian bukan buat ke Toilet doang!!!!" Teriak Tay tanpa menghentikan langkah kakinya.

"Minggir!!! Jangan ngerusak pemandangan saya!!!" Teriak Tay lagi saat tanpa sengaja matanya melihat salah seorang Karyawan yang tengah mencetak dokumen.

Tay terus saja mengomel, bahkan di basement yang tak ada orang saja ia terus mengomel, entah apa yang Tay bicarakan, tapi sungguh telinga Aye panas mendengarnya.

Sesampainya di rumah megah itu, Tay langsung meminta pelayannya menyiapkan air hangat untuk ia mandi. Mungkin setelah Tay berendam, otak dan emosi nya lebih baik.

Tay merendam tubuhnya yang terasa lelah. Pikirannya melayang memikirkan makian New.

"lu tahan gua udah kaya peliharaan lu! Lu perkosa gua! Gua bukan boneka sex! Sialan!"

"Lu emang cuman mau buat gua tambah sakit kan!? Kenapa ga lu bunuh gua aja?! Kenapa lu harus kaya gini ke gua?! Sialan! Brengsek! Seenaknya pergi, seenaknya Dateng ke hidup gua! Tay Tawan sialan!!! Tay Tawan Brengsek!!!!"

Tay mengusap wajahnya kasar. Bukan seperti ini seharusnya, Tay tak ingin menjadi seperti ini. Tak ingin berakhir seperti ini. Tidakkah New sadar jika disini Tay pun ikut terluka. Mengapa New tak ingin mendengar penjelasan Tay? Mengapa New pergi begitu saja? Mengapa? Mengapa New meninggalkan Tay saat Tay telah kembali?

"Sialan!!!!" Maki Tay dengan menampar air yang ada di bathtub.

...

Hampir seminggu ini Tay tak pernah berhenti mengomel, memaki semua Karyawan nya yang melakukan kesalahan sekecil apapun itu, bahkan Tay tidak segan memecat mereka.

Memang Tay tidak bisa mengendalikan emosinya, tapi bukankah sekarang Tay terlihat lebih parah? Yang biasanya Tay marah dalam sehari 40 sampai 50 kali, mungkin beda dalam seminggu ini, karena pada dasarnya dari Tay bangun sampai Tay tidur kembali ia tak pernah berhenti mengomel, bahkan Aye yang tengah melihat data kena omel Tay.

Aye memberikan dokumen yang harus Tay tanda tangani, raut wajah Tay yang lelah dan alis yang menikuk membuat jembatan terlihat jelas disana.

"Tuan, mengapa tidak Tuan temui saja Tuan New?" Ucap Aye. Aye sadar betul setelah New pergi entah kemana, Tay berubah drastis, entah apa yang terjadi pada mereka berdua, Tay tak mengatakan apapun pada Aye.

"Ga liat gua lagi kerja?!! Ngapain gua nemuin New?!! Gua punya banyak kerjaan!" Sahut Tay dengan emosi.

"Terkadang untuk menurunkan sedikit ego itu tidak masalah." Sahut Aye dengan tenang, tangannya mengambil kembali dokumen yang sudah Tay tanda tangani.

Aye keluar dari ruangan itu, memberi waktu dan ruang untuk Tay berpikir.

Tay menarik nafas, menyandarkan tubuhnya di kursi kebesaran itu. Tay sedikit melonggarkan dasi yang mencekik sedari tadi, matanya melihat keluar jendela besar disana, melihat indahnya langit biru tanpa awan disiang hari.

Tay tau jika dirinya salah, tapi Tay tak tau harus meminta maaf seperti apa pada New, apa New akan memaafkannya? Apa New ingin bertemu dengan Tay lagi? Mengingat kalimat New sepertinya New sudah terlalu muak bertemu dengan Tay.

Membuka laci meja kerjanya, Tay mengambil hp hitam yang tersimpan disana. Itu hp New, Tay tidak sempat mengembalikan hp New.

Tay membuka hp itu yang untung nya tidak ada sandi atau semacamnya. Mata Tay melihat wallpaper yang menampilkan wajah manis New yang tengah tersenyum, ada sedikit ukiran disana, Tay sungguh merindukan senyum manis itu.

Tay sempat terkejut saat hp itu berdering menampilkan nama seseorang disana.

Arm.

Saat deringan ke tiga, Tay mengangkatnya, menempelkan benda pilih itu ke telinga.

"Nong New? Nong dimana? Phi udah didepan rumah Nong."

Tay tak menyahut. Entah mengapa mendengar sapaan akrab itu membuat Tay semakin kesal. Tanpa menjawab Tay mematikan sambungan telepon itu secara sepihak.

Tay keluar dari ruangannya dengan langkah yang cepat dan lebar, kali ini tak ada makian yang keluar dari bibir Tay, meski raut wajahnya menandakan ia tengah menahan emosi.

Tay memasuki mobilnya, membawa kendaraan mewahnya pergi dari basement. Tay membawanya diatas rata-rata, bahkan ia tak jarang mendengar klakson dari kendaraan lain.

Memarkirkan mobil dengan asal saat Tay sampai tepat rumah New. Dengan langkah besar Tay menghampiri pintu masuk, tangannya langsung saja mengetuk pintu yang sedari tadi tertutup.

"Hin?! Hin?! Buka pintunya!" Teriak Tay. Tangannya tak berhenti mengetuk, tapi Tay tak mendapat jawaban dari dalam sana. Apa New sedang keluar? Apa New keluar bersama pemuda yang menelponnya tadi?

Hampir 2 jam Tay tak berhenti mengetuk pintu rumah itu, meski tetangga New sudah memberi tau jika New baru saja keluar, tapi Tay tak mempercayai nya, bisa saja itu akal-akalan New saja.

"Hin? Phi minta maaf." Ucap Tay, tangannya masih mengetuk pintu itu, bahkan jari-jari sudah memerah dan bahkan ada darah disana. Mulut Tay tak pernah berhenti memanggil nama 'Hin' masih berharap New ada di dalam sana.

"Ngapain disini?" Tay mengalihkan pandangannya pada New yang ada di belakangnya. Tanpa bicara, Tay menghampiri New dan langsung memeluknya, merapalkan kata 'maaf' sebanyak yang Tay bisa. Tay memeluk erat tubuh itu, seakan ia tak ingin melepaskan New lagi.

Sedangkan New? Ia bahkan tak berniat untuk membalas pelukan Tay, mungkin untuk bertemu dengan Tay saja New sudah segan. New sudah cukup dibohongi dan dibodohi selama ini, dan sungguh New membenci dua hal itu.

TBC...

11/04/21
Ni-Gun.

Bad Thing✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang